Bincang tentang Zohran Mamdani, Ketua PCINU AS-Kanada Ungkap Pertumbuhan Muslim Menguat di Barat
Senin, 17 November 2025 | 07:00 WIB
Jakarta, NU Online
Ketua Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Amerika Serikat–Kanada, Annas Rolli Muchlisin, mengungkapkan pertumbuhan populasi umat Muslim di negara-negara Barat menguat.
“Kalau kita flashback ke belakang, beberapa tahun yang lalu, kasus 9/11 di bom World Trade Center yang di New York itu diserahkan pada tahun 2001. Jadi sejak saat itu Islam berkembang besar di Amerika khususnya di New York sendiri karena kejadiannya di New York,” kata Annas saat Webinar Internasional bertema Zohran Mamdani, Politik, dan Masa Depan Muslim di Amerika pada Sabtu (15/11/2025).
Mahasiswa doktoral bidang studi agama di Harvard University itu menyebut bahwa Islam saat ini merupakan agama dengan perkembangan yang sangat pesat. Berdasarkan berbagai data, jumlah pemeluknya terus meningkat, termasuk dari kawasan Asia Tenggara seperti Indonesia, terutama mereka yang berpindah dan menetap di sejumlah negara Barat.
“Kalau kita lihat database (World Christianity Database) meningkat, dari yang awalnya 10 persen (tahun 1900) meningkat sebesar 30 persen di tahun 2075 nanti. Bahkan nanti jumlah Muslim di dunia itu hampir setara dengan jumlah Kristen di dunia,”
Bahkan ada prediksi, Pew Research Center di tahun 2070 ke atas Muslim akan menjadi pemeluk agama terbesar di dunia melampaui agama Kristen.
Menurut Annas pertumbuhan tersebut terutama ditopang oleh dua faktor, pertama, mobilitas imigran Muslim yang tinggi menuju negara-negara Barat. Kedua, tingkat kelahiran keluarga Muslim yang secara global masih lebih tinggi dibanding kelompok agama lain.
“Dan itu yang berkontribusi menciptakan pertumbuhan jumlah muslim yang signifikan. Sebenarnya agama Kristen yang paling banyak bermigrasi. Cuman masalahnya mereka berimigrasi hanya di antara negara Eropa sendiri, misalnya dia lahir di Belanda, dia imigrasinya ke Jerman, atau ke Prancis, atau ke Amerika. Sedangkan Muslim, itu imigrasinya jauh. Misalnya lahir di Indonesia, bisa jadi dia pindah ke Arab Saudi, atau ke Amerika,” jelasnya.
Annas memaparkan data historis dan proyeksi demografi agama global dari World Christianity database menunjukkan adanya pergeseran signifikan dalam komposisi populasi dunia antara tahun 1900 hingga 2075.
Analisis grafik menunjukkan bahwa meskipun Kristen akan mempertahankan status sebagai kelompok agama terbesar, pertumbuhan pesat Muslim diprediksi akan mengubah peta demografi secara signifikan.
Setelah dua dekade berlalu, di New York City seorang muslim akhirnya terpilih memimpin kota tersebut. Menurut Annas, hal itu menunjukkan sebuah perkembangan penting. Karena itu, apa yang sebenarnya terjadi di New York atau di Amerika secara umum—bagaimana mungkin sebuah negara yang selama ini kerap dianggap mempromosikan islamofobia justru kini dipimpin oleh seorang pemimpin muslim.
Di Amerika Serikat, misalnya, kelompok Muslim masih masuk kategori yang rentan secara ekonomi dibandingkan komunitas agama lain. Dalam hal pencapaian pendidikan tinggi, populasi Muslim masih tertinggal di bawah kelompok Yahudi, Kristen, maupun non-agama. Ia menekankan bahwa kesenjangan ini juga terjadi di sejumlah negara berkembang.
“Tantangan secara global, jumlah Muslim secara kuantitas terus bertambah, namun tiga tantangan utama, Pendidikan, ekonomi, dan Kesehatan. Dan kita melihat ada beberapa Muslim yang sudah selesai dari tantangan ini. Misalnya Zohran Mamdani yang kita mau diskusikan, secara pendidikan beliau oke karena orangtua beliau seorang profesor,” katanya.
Annas menambahkan bahwa pertumbuhan populasi, mobilitas sosial, dan pendidikan membuat representasi Muslim di panggung politik Barat meningkat. Fenomena ini muncul ketika anak-anak migran Muslim generasi pertama dan kedua mulai mendapatkan akses pendidikan tinggi, jaringan sosial lebih luas, serta keberanian untuk tampil sebagai pemimpin publik.