Gus Yahya Harap Hasil Putusan Sengketa Pilpres 2024 di MK Tak Timbulkan Kontroversi
Kamis, 18 April 2024 | 16:30 WIB
Ketua Umum PBNU Gus Yahya saat konferensi pers dalam Halal Bihalal di Kantor PBNU, Jakarta, Kamis (18/4/2024).
Jakarta, NU Online
Mahkamah Konstitusi (MK) menjadwalkan pembacaan putusan sidang perselisihan hasil pemilihan umum (PHPU) Pilpres 2024 pada Senin (22/4/2024) pekan depan.
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf berharap, keputusan MK sebagai ketetapan pengadilan didasarkan pada pertimbangan yang absolut dan dapat diterima oleh seluruh pihak, sehingga tidak menimbulkan kontroversi.
"(Keputusan yang diambil) tidak menggunakan pertimbangan-pertimbangan yang nisbi yang bisa menjadi kontroversi lebih lanjut, itu saja," ujarnya dalam agenda Halal Bihalal di Lobi Kantor PBNU, Jalan Kramat Raya 164, Jakarta Pusat, pada Kamis (18/4/2024).
Menurut Gus Yahya, jika pertimbangan-pertimbangan tersebut bersifat nisbi dan bisa diperdebatkan, maka permasalahan justru akan menjadi berkepanjangan. Karena itu, ia berharap tidak ada lagi kontroversi yang berkelanjutan terkait putusan sidang sengketa Pilpres 2024 itu.
"Itu yang kami harapkan sebagai masyarakat biasa, karena saya juga bukan ahli hukum. Masyarakat ini juga sudah kangen bisa kerja seperti biasa, sudah tidak ada ribut-ribut lagi," imbuhnya.
Menurut Gus Yahya, masyarakat pada umumnya memiliki harapan setelah ini tidak akan ada lagi kontroversi yang berkelanjutan, sehingga semua kehidupan bisa kembali berjalan normal, serta upaya-upaya untuk kemajuan dan perbaikan bisa terus dilaksanakan secara efektif.
Gus Yahya sempat ditanya mengenai jumlah menteri dari NU yang akan mengisi jabatan sebagai menteri di kabinet pemerintahan berikutnya. Merespons itu, ia menegaskan bahwa NU bukan faksi politik, melainkan realitas demografis.
"NU itu bukan faksi politik tetapi realitas demografis. Jadi misalnya sekarang, jangan tanya ada berapa representasi NU di kabinet, kalau secara demografis penduduk Indonesia ini separuhnya NU," ujarnya.
"Jangan-jangan menterinya NU semua, jangan kaget loh, bukan soal faksi politik, soal demografis saja, itu saya kira. Jadi kalau sekarang ditanya berapa orang? Ya nggak tahu, secara demografis paling nggak separuh lah," ujar Gus Yahya sambil tertawa.
Serangan Iran ke Israel
Gus Yahya merespons eskalasi konflik yang semakin meningkat di Timur Tengah, terutama mengenai serangan Iran ke Israel baru-baru ini.
Menurut Gus Yahya, konflik kemanusiaan bukan soal aliran-aliran dalam Islam seperti Syiah dan Sunni, akan tetapi menjadi konsekuensi konflik yang berkepanjangan.
"Kalau tidak segera dihentikan; stop begitu, ini yang lain juga pasti akan ikut-ikutan. Kelompok-kelompok teroris di Timur Tengah akan bangkit lagi karena punya alasan, punya momentum untuk melakukan sesuatu. Nah, ini berbahaya sekali, sangat-sangat berbahaya," katanya.
Karena itu, Gus Yahya menegaskan bahwa tidak ada jalan untuk mencegah kerusakan lebih besar, selain berhenti sekarang juga.
"Lalu kita mulai bicara. Lebih-lebih dari kondisi kemanusiaan yang melebihi batas dan ini tanggung jawab dari seluruh umat manusia," jelas Gus Yahya.