Khoirul Adib, Santri Inspiratif yang Satukan Nilai-Nilai Pesantren dan Inovasi Teknologi
Rabu, 22 Oktober 2025 | 14:30 WIB
Khoirul Adib saat menerima penghargaan sebagai santri inspiratif dalam Pesantren Award 2025 yang digelar Kementerian Agama, di Jakarta, pada Senin (20/10/2025). (Foto: dok. pribadi)
Jakarta, NU Online
Sosok Khoirul Adib (23) menjadi bukti nyata bahwa santri bukan hanya mampu membaca kitab kuning, tetapi juga bisa berkiprah di panggung teknologi.
Adib lahir dan tumbuh di Desa Rayung, Kecamatan Senori, Kabupaten Tuban, Jawa Timur. Ia menempuh pendidikan di lingkungan pesantren yang membentuk karakter religius dan disiplin, sekaligus menumbuhkan semangatnya untuk berinovasi di dunia digital.
Semangat itulah yang mengantarkan Adib menorehkan prestasi dalam ajang Pesantren Award 2025 yang digelar di Jakarta, pada Senin (20/10/2025). Santri Pondok Pesantren Darul Ilmi Meteseh Semarang itu berhasil meraih Juara 1 kategori Santri Inspiratif.
"Kemarin dalam proses seleksi banyak hal yang ditanyakan mulai dites mengajinya, dites bagaimana kebermanfaatanya, prestasinya, terus apa kontribusi kita bagi pondok pesantren. Saya tidak bisa menjudge apa yang menjadi titik besar saya. Mungkin ya alhamdulillah saya bisa memenuhi aspek semua tersebut, kayak gitu yang sudah menjadi ketentuan dalam santri inspiratif ini," ujar Adib kepada NU Online, pada Selasa (21/10/2025).
Ia kini menempuh pendidikan S2 Double Degree di Magister Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Diponegoro serta Graduate School of Innovation and Practice for Smart Society Hiroshima University, Jepang, melalui beasiswa LPDP.
Lulusan Teknologi Informasi UIN Walisongo Semarang ini dikenal cemerlang di bidang akademik. Ia berhasil meraih IPK 3,97 dan dinobatkan sebagai Wisudawan Terbaik Universitas sekaligus peraih Skripsi Terbaik. Tak berhenti di situ, Adib juga aktif mengikuti kompetisi internasional, serta menulis buku yang menginspirasi banyak kalangan santri.
Perjalanan Adib hingga menjadi santri inspiratif penuh dengan perjuangan dan konsistensi. Bermula menempuh pendidikan dasar di MI Al-Ghozaliyah Senori, lalu melanjutkan ke SMP Islamiyah Singgahan dan MAN 2 Bojonegoro jurusan IPA. Sejak remaja, Adib sudah menunjukkan minat besar pada bidang teknologi, sembari tetap aktif mengaji di Pondok Pesantren Ihya’ussunnah Bojonegoro.
Tak hanya menuntut ilmu agama, Adib juga aktif mengembangkan kemampuan profesional. Ia mengantongi berbagai sertifikasi BNSP, mulai dari Data Management Staff hingga Office Professional. Pada 2023, ia bahkan mengikuti program MOSMA Awardee di Rochester Institute of Technology, Amerika Serikat, dengan capaian IPK 3,1.
Menjadi santri di era digital
Bagi Adib, tinggal di pesantren bukanlah hambatan, melainkan tantangan sekaligus peluang. Ia menilai bahwa pesantren adalah tempat yang ideal untuk belajar beradaptasi dan membangun karakter.
“Di Pesantren kita juga bukan belajar soal kitab tapi bagaimana soal adaptasi. Bagaimana di era digitalisasi seperti ini kita bisa beradaptasi sehingga pesantren-pesantren itu harus bagaimana menyiapkan para santrinya setidaknya dia punya soft skill atau life skill yang nantinya akan menjadi bekal bagi khususnya saya sendiri dan teman-teman untuk bisa survive di masa mendatang. Dan saya sedang mempersiapkan itu,” ujarnya.
Menurutnya, kehidupan di pondok dengan berbagai latar belakang santri yang beragam justru memberikan pelajaran berharga. Ia mengaku kerap berdiskusi untuk memanfaatkan berbagai peluang yang bisa diambil.
"Sehingga kita berjalan sesuai bidangnya masing-masing ada di teknologi, ada teman saya di bidang teknik yang lain. Namun di situ dia harus bisa memadukan, berjalan sesuai koridor yaitu kita tetap mengikuti perkembangan zaman tapi tidak melupakan tradisi yang sudah kita pegang teguh di pesantren," lanjutnya.
Adib mengaku, keseharian di pesantren mengajarkannya kedisiplinan tinggi. Ia harus pandai mengatur waktu antara belajar agama dan mendalami riset teknologi.
Menurutnya, pesantren memberikan banyak pandangan dan kepribadian bagi saya, salah satunya soal kedisiplinan. Di pesantren, setiap santri harus mengaji dan membagi waktu.
"Manajemen waktu menjadi tantangan kita karena kita berbeda. Kita punya waktu untuk ngaji, untuk belajar nah ini yang menjadi salah satu saya bisa survive, bisa membagi waktu saya. Harus pintar membagi waktu. Selain itu disiplin yang menjadi titik poin,” ujarnya.
Selain kedisiplinan, pesantren mengajarkan kesopanan dan adab. Inilah yang sangat penting diajarkan kepada santri di pesantren. Sebab, kata Adib, ilmu tanpa adab adalah hal yang sia-sia.
“Jadi, adab di pesantren kita diajarin. Bagaimana kita bertemu orang, bagaimana kita bertemu guru kita, ini yang menjadi hal yang tidak kita dapatkan di lain (tempat). Ini yang menjadi salah satu hal yang saya dapatkan di pesantren," kata Adib.
Ketertarikan Adib pada teknologi tidak membuatnya meninggalkan dunia pesantren. Sebaliknya, ia justru berupaya menggabungkan keduanya. Salah satu wujudnya adalah dengan membangun platform pembelajaran agama berbasis daring, yang dinamakan Santri Academy.
Inovasi tersebut berbuah hasil. Bersama timnya, Adib mengikuti berbagai kompetisi internasional dan menorehkan prestasi membanggakan. Ia meraih Medali Emas di ajang World Young Invention and Exhibition (WYIE) di Kuala Lumpur, Malaysia, serta Medali Perak di World Invention Creativity Olympic (WICO) di Seoul, Korea Selatan, melalui proyek Sociopreneur Platform yang mereka kembangkan.
Pada tahun-tahun sebelumnya, ia menyabet penghargaan di berbagai ajang internasional seperti World Startup Competition TÜBİTAK di Turki, Research International Science and Invention Fair (ISIF) di Bali, dan Youth International Science Fair (YISF) di Semarang.
Meski sering berinteraksi dengan dunia modern, Adib tidak melupakan akar spiritualnya. Ia menegaskan bahwa nilai-nilai pesantren seperti disiplin, adab, dan sopan santun menjadi fondasi utama dalam setiap langkahnya.
Bagi Adib, gelar Santri Inspiratif justru menjadi tanggung jawab moral untuk memberi teladan kepada santri lain.
“Saya harus membuktikan bahwa santri bisa memberi manfaat bagi masyarakat. Santri itu bukan hanya belajar agama, tapi juga harus berkontribusi nyata untuk kemajuan bangsa,” tegasnya.
Pada 2024, Adib menerbitkan buku berjudul Beradaptasi Atau Mati: Santri Milenial Harmoni, antara Tradisi dan Teknologi.
Ia menilai, tantangan utama pesantren masa kini adalah menyiapkan santri yang tak hanya kuat dalam ilmu agama, tapi juga melek digital dan siap bersaing di dunia global.
“Kita harus punya skill, punya mental siap berinovasi. Jangan takut mencoba dan jangan takut gagal,” pesan Adib.
Bagi Adib, santri masa kini harus berani keluar dari zona nyaman. Santri harus terus beradaptasi dengan berbagai perubahan zaman, dan tak perlu takut untuk mencoba hal baru.
“Kalau gagal, itu bagian dari proses belajar. Kalau berhasil, itu rezeki,” ujarnya.
Ia juga berpesan agar para santri tidak menunggu kesempatan, tapi menciptakan peluang.
“Silakan fokus di bidang masing-masing, teknologi, sosial, atau agama, jangan lupa tularkan ilmu. Mungkin kecil bagi kita, tapi besar bagi orang lain. Ilmu yang barokah itu yang ditularkan,” katanya
Rekam jejak prestasi Adib begitu panjang, baik di tingkat nasional maupun internasional. Berikut beberapa di antaranya:
2025: Invited Speaker di acara YSEALI AI Future Makers Thailand.
2024: Pembicara International Symposium on Innovative Masjid (ISIM) dan Annual International Conference on Islamic Studies (AICIS) yang diselenggarakan Kementerian Agama.
2023: Medali Emas di WYIE Malaysia, Medali Perak di WICO Korean University Invention Association di SETEC Convention Center, Seoul, Korea Selatan, serta menjadi Tim Pengabdian Masyarakat di Sungai Buloh, Malaysia.
2022: Medali Emas di World Startup Competition Turki dan Research International Science and Invention Fair (ISIF) di Bali. Juara Terbaik dan Favorit dalam Kompetisi Proposal Prototipe Aplikasi UI/UX, Universitas Jenderal. Juara 1 Kompetisi National Line Maze Kategori Robotika, Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan serta Sanata Dharma University
2021: Delegasi Indonesia di Asia World MUN dengan fokus negara Kongo.
2024: Pemuda Utama Jawa Timur kategori Hobi dan Prestasi oleh Dinas Kepemudaan dan Olahraga Jawa Timur.