Nyai Sinta Nuriyah: Hidupkan Kembali Peran NU sebagai Penggerak Kemaslahatan Rakyat
Ahad, 21 Desember 2025 | 21:45 WIB
Mustasyar PBNU Nyai Hj Sinta Nuriyah Abdurrahman Wahid saat menyampaikan tausiyah dalam momen penutupan Mubes Warga NU di Ciganjur, Jakarta Selatan, pada Ahad (21/12/2025). (Foto: NU Online/Aji)
Jakarta, NU Online
Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Nyai Hj Sinta Nuriyah Abdurrahman Wahid menyerukan pentingnya menghidupkan kembali peran NU sebagai penggerak kemaslahatan rakyat melalui kerja-kerja pemberdayaan yang nyata dan partisipatif.
Ia menjelaskan bahwa NU memiliki pengalaman panjang dalam menghadirkan program-program yang berdampak langsung bagi rakyat, sebagaimana ditunjukkan pada era kepemimpinan KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur).
“Saya ingat, dulu Gus Dur saat menjadi Ketua Umum PBNU melakukan banyak upaya pemberdayaan masyarakat. Beliau mendorong berkembangnya berbagai inisiatif anak muda NU, baik di dalam maupun di luar struktur NU, di dalam maupun di luar pesantren,” jelasnya di Musyawarah Besar Warga Nahdlatul Ulama 2025 di Ciganjur, Jakarta Selatan, Ahad (21/12/2025).
Ia juga menjelaskan bahwa Gus Dur mendorong kerja sama NU dengan berbagai institusi, salah satunya adalah keterlibatan NU sebagai mitra strategis pemerintah dalam program Keluarga Berencana (KB) yang dinilai berhasil dan berdampak luas bagi masyarakat.
“NU menjadi mitra strategis pemerintah dalam program KB, sehingga menjadi keberhasilan yang dibanggakan oleh negara Indonesia hingga saat ini. Yang terpenting, program ini berdampak pada menurunnya praktik pernikahan usia muda dan praktik banyak anak, yang sebelumnya menyebabkan tingginya angka kematian ibu dan bayi,” paparnya.
Menurutnya, peran NU dalam menghadirkan kemaslahatan umat juga terlihat melalui berbagai program ekonomi dan pemberdayaan ekonomi rakyat, upaya dan inovasi yang digerakkan NU telah memberi kontribusi penting bagi kesejahteraan masyarakat.
Nyai Sinta juga menjelaskan bahwa Gus Dur menempatkan NU sebagai kekuatan moral dalam upaya meninggikan harkat dan martabat manusia melalui kepemimpinan gerakan lintas iman.
“NU menjadi pengayom para tokoh agama dan berbagai organisasi, terutama pada masa Orde Baru. Saya rasa tidak ada satupun organisasi keagamaan di Indonesia yang mampu menjalankan peran memimpin gerakan lintas iman sekuat NU,” tuturnya.

Nyai Sinta mengingatkan bahwa tantangan besar NU saat ini adalah melibatkan warga NU yang bukan pengurus agar aktif dalam program-program organisasi. Ia menilai, selama ini masih terasa adanya jarak antara NU struktural dan NU kultural, padahal keduanya seharusnya saling memperkaya.
“Namun sayangnya, sudah cukup lama kegiatan-kegiatan NU struktural tidak banyak melibatkan warga NU, kecuali hanya sebagai peserta pengajian atau kegiatan seremonial. Di sinilah letak pentingnya kegiatan hari ini, yaitu Musyawarah Besar Warga NU Tahun 2025,” katanya.
Nyai Sinta mengingatkan bahwa Gus Dur pernah terlibat dalam Musyawarah Besar Warga NU pada 2004 di Jombang. Kala itu, Gus Dur menegaskan bahwa Musyawarah Besar Warga NU semestinya dilakukan secara berkelanjutan, bukan hanya saat muncul persoalan besar dalam struktur organisasi.
Lebih lanjut, Nyai Sinta berharap agar forum warga NU diarahkan untuk membahas persoalan-persoalan yang berkaitan langsung dengan kemaslahatan umat, seiring perubahan zaman dan tantangan baru yang dihadapi masyarakat.
“Kegiatan ini juga sebaiknya lebih diarahkan untuk membahas hal-hal yang berkaitan langsung dengan kemaslahatan warga NU, misalnya saat ini masyarakat semakin menolak praktik kekerasan dan kekerasan seksual," harapnya.
"NU juga perlu membahas persoalan ini, terutama dalam kasus-kasus yang menyangkut lembaga pendidikan di lingkungan NU, baik sekolah umum, madrasah, maupun pesantren,” tegas Nyai Sinta.