Nasional

Orang Tua Aktivis Ungkap Kondisi Anaknya yang Ditahan: Alami Tekanan Mental dan Fisik

Jumat, 19 September 2025 | 07:00 WIB

Orang Tua Aktivis Ungkap Kondisi Anaknya yang Ditahan: Alami Tekanan Mental dan Fisik

Orang tua aktivis saat menjenguk anaknya di Polda Metro Jaya, pada Kamis (18/9/2025). (Foto: NU Online/Mufidah)

Jakarta, NU Online

Sejumlah orang tua aktivis yang ditahan di Polda Metro Jaya mengungkapkan kondisi anak-anak mereka yang dinilai tidak manusiawi selama masa penahanan. Mereka menceritakan anak-anaknya mengalami tekanan mental, fisik, hingga perpanjangan masa tahanan yang dianggap tidak adil.


Kesaksian tersebut disampaikan dalam aksi solidaritas Gerakan Muda Lawan Kriminalisasi yang digelar di depan Direktorat Perawatan Tahanan dan Barang Bukti (Dit Tahti) Polda Metro Jaya, Jakarta, Kamis (18/9/2025).


Salah satu orang tua aktivis, Marni, ibu dari Fajar yang ditangkap pada 31 Agustus 2025, mengaku kondisi anaknya sangat memprihatinkan.


“Udah ngga manusiawi, kita ketemu anak kita pun dengan kondisi mukanya nggak bisa dikenalin lah, kemarin sempat drop mentalnya tetapi anak ku satu kamar sama Delpedro yang akhirnya dia juga membantu menguatkan mental anakkku dan anak-anak yang lain,” jelas Marni.


Ia menambahkan, setiap hari datang ke Polda Metro Jaya dari Senin hingga Kamis untuk memberikan semangat dan kabar positif kepada anaknya. Namun, ia kecewa karena meski Fajar sudah diminta membuat video klarifikasi dan permintaan maaf, pihak kepolisian justru memperpanjang masa penahanannya.


“Saya setiap hari ke sini (Senin-Kamis) dengan harapan kasih motivasi, kita kasih kabar positif untuk bisa pulang. Kemarin sudah diminta video klarifikasi permintaan maaf, tapi dari pihak kepolisian malah diperpanjang penahanannya, itu yang tidak habis pikir,” tambahnya.


Marni juga menceritakan perjuangannya mencari keberadaan anaknya, mulai dari Polres Jakarta Timur hingga akhirnya mengetahui bahwa Fajar ditahan di Polda Metro Jaya. Ia menegaskan, kondisi para tahanan sangat tertekan.


“Kondisi anak-anak sekarang sedang dizalimin banget, semoga anak-anak kita kuat. Aku bilang sama anak aku seberat apapun mentalnya harus kuat, hal terburuk yang terjadi harus siap,” pungkasnya.


Sementara itu, Rahman, ayah dari aktivis berusia 19 tahun, menuturkan bahwa anaknya ikut aksi demonstrasi setelah melihat informasi di media sosial. Anak tersebut bahkan datang seorang diri tanpa membawa uang.


“Anak saya dituduh membuat kerusakan padahal dia tidak membuat kerusakan. Dia demo tanggal 25 di Senayan kemudian ditangkap pada tanggal 28 Agustus,” ungkapnya.


Rahman mengaku rutin datang ke Polda Metro Jaya setiap Senin hingga Kamis untuk menjenguk anaknya. Namun, keterbatasan biaya membuatnya tidak selalu bisa hadir.


“Hari ini adiknya ikut karena ingin bertemu kakaknya. Kakaknya sempat bilang kangen dengan adiknya,” tuturnya.


Ia menambahkan, komunikasi dengan anaknya hanya bisa dilakukan saat kunjungan. Surat yang pernah dibuat adiknya ditolak, sementara anaknya pun tidak bisa mengirimkan balasan.


Selain itu, Esni, ibu dari seorang aktivis yang berprofesi sebagai pelaut, juga menyampaikan harapan agar anaknya segera dibebaskan dan bisa kembali beraktivitas seperti biasa.


“Anak saya ditahan sejak tanggal 31, saya sudah 2 minggu setiap hari ke sini untuk menemui dia dan menenangkan untuk terus bersabar. Harapannya semoga anak saya segera keluar dan karena dia juga ada pekerjaan dan tugas yang harus diselesaikan,” kata Esni.