Jakarta, NU Online
Pada lambang Ikatan Pencak Silat Nadlatul Ulama (IPS-NU) Pagar Nusa tertulis Laa Ghaaliba Illa Billah yang melingkar di bola bumi; terletak di bawah trisula.
<>“Saya yang mengusulkan lafadz La Ghaliba Illa Billah,” ungkap KH Suharbillah, seorang pendekar silat dan salah seorang pendiri Pagar Nusa, pada acara pengukuhan Pimpinan Pusat Pagar Nusa, di pesantren Al-Hamid, Jakarta, Ahad (21/10).
Mulanya adalah La Ghaliba Illallah, terus Kiai Sansuri Badhawi mengusul diganti dengan La Ghaliba Illa Billah yang konotasinya menjadi la haula wala quwwata illa billah.
Menurut Suharbillah, dengan lafadz tersebut, Pagar Nusa ingin kejayaan Islam di Cordova, Spanyol, tumbuh di Indonesia.
“Selain itu, lafadz tersebut sangat pas untuk ikon bela diri. Supaya tidak takabur!” tegasnya. Makna lafadz tersebut, sambung Suharbillah, tidak ada yang mengalahkan, kecuali Allah. Dengan makna seperti itu sangat berpengaruh terhadap psikologis pendekar Pagar Nusa.
“Dengan slogan itu, pendekar tidak terlalu oper dosis tujuan kemenangan. Ia berpandangan di atas langit ada langit,” kata mantan Ketua PP Pagar Nusa ini.
Menurut KH Fuad Anwar, yang juga mantan Ketua PP Pagar Nusa, lafadz tersebut bermakna tidak ada yang mengalahkan kita tanpa kehendak Allah.
“Dengan pemaknaan seperti itu, menanamkan diri kepada pesilat supaya tidak meratapi kalau terjadi kekalahan, dan bisa bangkit lagi,” ujarnya.
Sementara menurut Ketua Pagar Nusa 2012-2017, Aizzudin Abdurrahman, menafsirkan lafadz tersebut sebagai tingkat kepasrahan tertinggi seseorang.
“Meskipun seseorang sakti, tapi tidak boleh merasa sakti. Termasuk kepada musuh kita. Meskipun dia telihat sakti, tapi ketika tidak diridoi Allah, dia tidak akan berarti apa-apa,” ungkapnya.
Ketua yang akrab disapa Gus Aiz ini mengatakan, ada slogan yang sering diungkapkan Gus Ma’sum Jauhari, seorang pendekar pilih tanding Pagar Nusa. Slogan itu, “Pantang menantang walau kepada lawan, pantang mundur kalau ditantang.”
“Saya suka dan sering saya kutip. Maknanya tak jauh dengan Laa Ghaaliba Illa Billah,” pungkasnya.
Penulis: Abdullah Alawi