Nasional

Pidato Lengkap Gus Yahya pada Kick Off Harlah Ke-102 Nahdlatul Ulama di Surabaya

Jumat, 17 Januari 2025 | 06:00 WIB

Pidato Lengkap Gus Yahya pada Kick Off Harlah Ke-102 Nahdlatul Ulama di Surabaya

Ketum PBNU Gus Yahya Staquf saat menyampaikan pidato sambutan dalam Kick Off Harlah Ke-102 NU di Gedung PWNU, Jawa Timur, pada Kamis (16/1/2025). (Foto: LTN PBNU)

Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) menyampaikan pidato sambutan pada Kick Off Harlah ke-102 Nahdlatul Ulama dengan tema “Bekerja Bersama Umat untuk Indonesia Maslahat” di Ballroom Lt. 3 Kantor PWNU Jawa Timur di Surabaya, Kamis, 16 Januari 2025/16 Rajab 1446 H.


Berikut adalah salinan pidato lengkap Gus Yahya dalam acara tersebut.

***

Assalāmualaikum warahmatullāhi wabarakātuh.
 

Alhamdulillāh wa syukrulillāh, was shalātu was salāmu alā Rasūlillah Sayyidina wa Maulana Muhammad ibni Abdillāh, wa 'alā ālihii wa shahbihi wa man wālāh. Amma ba’ad.


Yang mulia Rais ‘Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama KH Miftachul Akhyar. Yang mulia Rais Syuriah pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama Provinsi Jawa Timur KH Anwar Manshur. Yang saya hormati jajaran Pengurus Besar Nahdlatul Ulama yang hadir bersama kita hari ini, ada katib ‘aam, ada wakil ketua umum, ada Mensekjensos (hadirin tertawa), ada bendahara umum, dan jajaran ketua serta wakil sekjen juga hadir sama kita. Yang saya hormati Ketua Tanfidziyah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama Provinsi Jawa Timur KH Abdul Hakim Mahfudz, beserta seluruh jajaran Pengurus Wilayah NU Jawa Timur – syuriyah dan tanfidziyah. Yang saya hormati jajaran Forkopimda yang hadir bersama kita, terima kasih. Yang saya hormati, saya cintai, seluruh jajaran pimpinan syuriah dan tanfidziyah PCNU-PCNU seluruh Jawa Timur (hadirin tepuk tangan). Dan tidak lupa juga, yang sangat kita banggakan dan selalu lekat di hati, saudara pembawa acara, acara ini (hadirin tertawa).


Terima kasih kepada PWNU Jawa Timur yang telah memfasilitasi upacara dimulainya rangkaian peringatan hari lahir Nahdlatul Ulama ke-102 dan ke-99; ke-102 menurut kalender Hijriyah, dan ke-99 menurut kalender Masehi.


Jadi, acara kita pada siang hari ini – siang dan sore hari ini – bukan acara PWNU Jawa Timur, tapi acara nasional (hadirin tepuk tangan) untuk kick off rangkaian kegiatan peringatan Harlah NU. Insyallah, kita mulai hari ini, dengan kick off ini, insyaallah sampai dengan tanggal 7 Februari yang akan datang.


Bapak Ibu yang saya hormati.

102 tahun yang lalu, di kota ini, pada tanggal ini, 16 Rajab – waktu itu – 1344 Hijriyah, para muassis berkumpul untuk mengumumkan berdirinya jam’iyah Nahdlatul Ulama yang kita cintai ini. Suatu inisiatif yang luar biasa, suatu inisiatif yang tidak hanya membawa bobot strategis dalam skala peradaban, tapi juga membawa bobot rohani dari para muassis itu untuk cinta dan kasih sayang mereka kepada umat Muhammad shallallahualaihi wasallam.


Takdir Allah subhanahu wa ta'ala menjadikan kita, generasi kita ini, sebagai pewaris dari lebih 100 tahun atsar barokah mubadarohnya para muassis itu. Kita mewarisi atsar dengan kekayaan yang luar biasa, berupa berbagai macam lembaga-lembaga, berbagai macam aset, berbagai macam pemikiran, gagasan, dan lain sebagainya yang masyaallah.


Saya tidak melihat ada atsar yang sedemikian besar dari inisiatif siapa pun di sepanjang sejarah modern dunia Islam ini, yang lebih dalam maknanya dari atsar yang ditinggalkan oleh para muassis Nahdlatul Ulama.


Hari ini kita semua mewarisi tanggung jawab atsar maha luhur ini, atsar yang luar biasa luhur dan luar biasa besar maknanya bagi agama, bagi kemanusiaan. Maka kita bersama-sama kemudian mengambil pilihan, mengambil keputusan, bahwa ini adalah saatnya kita mengkonsolidasikan keseluruhan atsar kekayaan, atsar yang diwariskan kepada kita ini, untuk semakin memudahkan – ke depannya nanti – upaya-upaya dari seluruh warga, seluruh pejuang, seluruh khudamajam'iyah Nahdlatul Ulama ini untuk memperjuangkan terwujudnya cita-cita para muassis.


Maka kita berkonsolidasi secara penuh, yang meliputi tiga matra konsolidasi, yaitu matra konsolidasi tata kelola, dengan merapikan berbagai macam standar, mekanisme, proses, prosedur-prosedur, sehingga jalannya dinamika organisasi ini menjadi lebih terukur dan lebih pasti. Dan setiap unitnya, lebih-lebih unit kepemimpinan dari semua jajaran kepengurusan, ini menjadi unit-unit organisasi yang mapan, dengan kepercayaan diri yang lebih tinggi, dengan martabat yang lebih tinggi di depan siapa pun, sehingga mampu melaksanakan tugas-tugasnya dengan lebih baik dan lebih terukur.


Matra kedua adalah konsolidasi sumber daya yang menyangkut sumber daya manusia dan sumber daya pembiayaan organisasi. Kita telah melaksanakan sistem pelatihan kader berjenjang. Alhamdulillah, dalam dua tahun terakhir ini kita berhasil melaksanakan lebih dari 1.000 kali PD-PKPNU (hadirin tepuk tangan) dan meluluskan lebih dari 94.000 kader lulusan PD-PKPNU. Kita juga berhasil melaksanakan 43 kali pendidikan menengah NU atau PMKNU dan meluruskan lebih dari 2.600 kader. Ini masih jauh dari target yang kita tetapkan untuk kinerja penuh dari pelatihan kader ini; yang kita targetkan, sebetulnya, setahun – seharusnya nanti sesudah semua kapasitas berhasil kita penuhi – kita mestinya harus bisa melaksanakan PD-PKPNU setiap tahunnya sekurang-kurangnya 2.864 kali, dan PMKNU sekurang-kurangnya 800 kali. Tapi sekarang ini – insyaallah, karena sambil memenuhi kebutuhan instruktur dan lain sebagainya – kita telah mencapai hasil yang sangat signifikan yang akan cukup menjadi dorongan memperkuat dan memperbesar kapasitas pelaksanaan pelatihan kader berjenjang ini.


Kami mohon doa restu dari para kiai, para sesepuh, para nyai, mudah-mudahan pertengahan tahun ini kita sudah bisa mulai penyelenggaraan Akademi Kepemimpinan Nasional NU. Insyaallah, mudah-mudahan.


Untuk konsolidasi sumber daya pembiayaan, alhamdulillah – dengan biaya’an (Jawa: banyak tingkah-polah) dari bendahara umum ini, memang pembiayaan itu butuh biaya’an, sekurang-kurangnya dalam setahun ini, untuk membiayai overhead atau biaya-biaya rutin di tingkat PBNU, alhamdulillah – sudah berhasil kita penuhi dengan usaha kita sendiri dan tidak mengandalkan lagi donasi. Padahal ini tidak kecil; setiap bulannya PBNU itu harus mengeluarkan belanja rata-rata tidak kurang dari Rp1,3 miliar, setiap bulannya. Alhamdulillah, biaya’an-nya berdaraha umum ini, dengan berbagai macam unit usaha yang kita bentuk, telah menghasilkan revenue, hasil, yang bisa mencukupi untuk membiayai operasi rutin dari PBNU.


Mohon sabar, jangan dulu nanya biaya operasi untuk PWNU dan PCNU. Mohon doa restu saja, mudah-mudahan, Bapak Ibu sekalian, PWNU dan PCNU seluruh Indonesia tidak harus menunggu terlalu lama. Mudah-mudahan. Amin.


Kita juga melakukan konsolidasi dalam matra agenda, konsolidasi agenda dengan menyusun rencana strategis nasional (Renstra) NU yang kemudian kita jabarkan menjadi rencana strategis di tingkat PWNU dan PCNU. Sebelum ini, pada waktu konferensi wilayah yang lalu, Lakpesdam PBNU telah bekerja sama dengan panitia konferensi, SC, untuk menyusun rancangan program PWNU yang selaras dengan rencana strategis nasional PBNU tersebut. Dan nanti seterusnya – saya sudah menyampaikan kepada Ketua PWNU Kiai Abdul Hakim – kita minta agar PWNU mengkoordinasikan penjabarannya menjadi Restra bagi setiap PCNU di seluruh Jawa Timur ini, insyaallah.


Alhamdulillah, tadi sudah disampaikan juga bahwa PCNU Situbondo telah mengadakan Raker di Makkah. Ini masyaallah. Tapi mudah-mudahan ini tidak mengilhami cabang-cabang untuk muktamar di New York, misalnya, (hadirin tertawa) kita muktamar di Indonesia saja.


Bapak Ibu sekalian.

Kita akan terus melakukan konsolidasi, khususnya kita mulai – ke depan – dengan eksekusi lebih lanjut dari agenda-agenda besar yang telah kita canangkan.


Tapi sebelum itu, saya ingin melahirkan rasa terima kasih dan apresiasi kepada panjenengan semua – seluruh jajaran pengurus dari PBNU sampai sekurang-kurangnya PCNU, bahkan sampai ke MWC dan ranting – atas ketekunan, kesabaran, ketahanan, di dalam bersama-sama mengupayakan berbagai macam agenda konsolidasi kita, sekurang-kurangnya selama tiga tahun terakhir ini, yang memang luar biasa intens, luar biasa menyibukkan kita semua. Kalau jalanan macet itu kita pengguna jalan biasanya mengeluh, tapi kalau jalanan lengang itu pasti yang ketar-ketir adalah pemerintah, karena jalanan macet itu menunjukkan bahwa ekonomi berjalan dengan baik, kalau jalanan kosong ini pemerintah bingung karena berarti ekonomi tidak jalan. Itu juga menjadi salah satu cara gampang kita untuk mengukur apakah agenda-agenda kita berjalan dengan baik atau tidak. Semakin kita sibuk, berarti agenda kita berjalan dengan baik.


Hari-hari ini kami di jajaran Pengurus Besar Nahdlatul Ulama ini nyaris tidak punya waktu yang cukup untuk beristirahat, siang-malam, karena begitu banyak pekerjaan yang harus di tangani. Ini nanti malam, insyaallah, jajaran syuriyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama juga akan mengadakan pertemuan rapat dalam rangka persiapan Harlah nanti, insyaallah di kediaman rais ‘aam. Dan jajaran tanfidziyah, kami hanya bisa membawa beberapa orang karena yang lain-lain tersebar ke seluruh Indonesia untuk berbagai macam kegiatan yang tidak putus-putus.


Saya ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada Bapak Ibu sekalian seluruh jajaran pengurus Nahdlatul Ulama yang telah berjuang bersama-sama untuk ini (hadirin tepuk tangan).


Mari senantiasa kita sambungkan semua yang kita lakukan ini dalam tabarruk kepada muassis Nahdlatul Ulama, sehingga semua yang kita lakukan ini akan terus membawa ruh dari barakah para muassis.


Kalau barakah kita sendiri, ya saya ndak tahu apakah, misalnya, Sekjen ini sudah mbarakahi atau belum? (Hadirin tertawa). Maka, mudah-mudahan semua yang dilakukan Sekjen ini tersambung dengan barakahnya muassis, sehingga barakahnya – seandainya bukan dari Sekjen – itu barakah dari para muassis Nahdlatul Ulama. Insyaallah.


Nah, dalam rangkaian Harlah ini kita akan gunakan kesempatan untuk menata lebih lanjut agenda-agenda kerja, sekaligus membuat tampilan atau display mengenai capaian-capaian yang berhasil kita dapat.


Insyaallah pada tanggal 22 dan 23 Januari ini kita akan selenggarakan Kongres Pendidikan Nasional NU. Di itu kita akan ajak musyawarah dari seluruh stakeholder pendidikan di lingkungan Nahdlatul Ulama – dari pesantren, raudlatul athfal, SD dan madrasah ibtidaiyah, SMP dan madrasah tsanawiyah, SMA, SMK, madrasah aliyah, serta perguruan tinggi di lingkungan NU – untuk membicarakan tentang masalah-masalah mendasar yang dihadapi oleh lingkungan pendidikan NU secara nasional; mulai dari masalah kurikulum, infrastruktur, masalah model pengasuhan, dan lain sebagainya. Sehingga, kita harapkan ini akan memicu upaya yang lebih decisive, lebih nyata, menuju terbentuknya satu sistem pengelolaan khidmah pendidikan Nahdlatul Ulama secara nasional, nantinya, karena ini juga lingkungan yang sangat luas dengan jumlah unit yang sangat banyak. Kita punya lebih dari 26.000 pesantren. Kita punya lebih dari 10.000 madrasah dan sekolah. Kita punya ratusan perguruan tinggi di lingkungan Nahdlatul Ulama. Semua ini harus kita konsolidasikan dan kita sinergikan agenda-agendanya menjadi keseluruhan sistem tatanan pendidikan di lingkungan Nahdlatul Ulama secara nasional.


Pada tanggal 31 Januari dan tanggal 1 Februari kita akan selenggarakan Kongres Keluarga Maslahat Nahdlatul Ulama. Ini akan menjadi konsolidasi lebih lanjut dari inisiatif kita untuk mendorong, memajukan Gerakan Keluarga Maslahat Nahdlatul Ulama yang merupakan wahana khidmah Nahdlatul Ulama kepada masyarakat secara langsung melalui keluarga-keluarga.


Saat ini, Bapak Ibu sekalian yang saya hormati, kita telah berhasil membentuk satuan tugas sampai ke desa-desa di 10 provinsi di seluruh Indonesia, sampai titik hari ini. Seluruh Jawa, kecuali Jakarta, – karena orang kota memang agak sulit – di Jawa Timur, Jawa Tengah, DIY, Jawa Barat, Banten, ditambah Sumatra Selatan, Lampung, Sumatra Utara, Sulawesi Selatan, dan Kalimantan Selatan. Pokoknya ada 10 provinsi sudah berhasil kita bentuk sampai ke desa. Dan kita sudah menggulirkan kegiatan-kegiatan kita bersama keluarga-keluarga. Dan saat ini kita punya partisipan yang tercatat tidak kurang atau lebih dari dua setengah juta keluarga di seluruh Indonesia untuk Gerakan Keluarga Maslahat NU ini. Maka kita akan gelar kongres mengenai keluarga maslahat ini untuk membicarakan berbagai macam problematika bagi gerakan keluarga.


Sesudah itu, insyaallah, tanggal 23 Februari kita akan gelar satu forum berupa workshop mengenai Asta Cita pemerintahan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka. Kita tahu bahwa Presiden Prabowo Subianto beserta pemerintahannya telah menyusun satu visi pemerintahan yang kemudian disebut sebagai Asta Cita. Maka kita ingin mendiskusikan visi pemerintahan ini dari sudut pandang Nahdlatul Ulama – untuk melihat apa yang bisa dikontribusikan oleh Nahdlatul Ulama untuk mendukung sukses dari terwujudnya visi Asta Cita tersebut.


Seperti yang dikatakan oleh Gus Kikin tadi, Kiai Abdul Hakim, bahwa kita memang harus bekerja sama dengan pemerintah, karena anggaran pendapatan dan belanjanya ada di pemerintah.  Saya juga sampaikan – bahkan sejak lama saya sampaikan, termasuk secara pribadi kepada Presiden Prabowo Subianto – bahwa NU ini hanya bisa sungguh-sungguh punya pekerjaan yang nyata apabila bekerja sama dengan pemerintah. Kalau tidak ada kerja sama dengan pemerintah, nanti NU jadi lebih banyak nganggur-nya. Dan orang NU itu kalau nganggur biasanya ngawur. Maka kita bisa lihat kalau yang ngawur-ngawur itu berarti pengangguran, begitu saja (hadirin tertawa). Maka kita harus konsolidasikan ini secara lebih sistematis bersama-sama dengan pemerintah, insyaallah.


Sekarang kita sudah dalam komunikasi yang sangat intens dengan berbagai kementerian, dan insyaallah dalam rangkaian kegiatan peringatan Harlah ini juga kita akan meresmikan kesepakatan-kesepakatan kerja sama dengan berbagai kementerian. Kita sekarang dalam diskusi intens sekali dengan, misalnya, Badan Gizi Nasional untuk pelaksanaan Makan Bergizi Gratis. Kita dalam diskusi intens dengan Bappenas untuk berbagai macam agenda, program pemerintah yang bisa dikerjasamakan dengan Nahdlatul Ulama; dengan menteri-menteri yang lain, dengan Menteri HAM, Menteri Kesehatan, Menteri Agama, Menteri Kelautan. Kalau Menteri Sosial, itu kita nggak perlu ngomong, pokok asalkan sampeyan bisa mengadakan banjir, dia pasti datang (hadirin tertawa), seperti hari ini di Sidoarjo.


Dan ini semua, kita sudah bertekad untuk membawa semua konstruksi kerja sama ini sampai ke bawah, sampai ke cabang-cabang, sehingga nanti pekerjaannya ada di cabang. Saya mohon, ini Bapak-Bapak para pimpinan cabang ini, tidak keberatan kalau nanti dibebani berbagai macam pekerjaan karena kerja sama-kerja sama yang kita lakukan ini.


Kemudian kita akan selenggarakan puncak resepsi peringatan Harlah pada tanggal 5 Februari di Jakarta yang sekaligus juga akan pembukaan Musyawarah Nasional Alim Ulama NU dan Konferensi Besar NU yang kita selenggarakan nanti insyaallah sampai dengan tanggal 7 Februari 2025.


Bapak Ibu sekalian yang saya hormati.

Ini semua adalah upaya kita untuk – terutama – melakukan konsolidasi seluruh jajaran Nahdlatul Ulama secara nasional. Mari kita berkonsolidasi dengan sungguh-sungguh, supaya kita juga bisa bekerja dengan sungguh-sungguh, dengan hasil yang nyata dan bisa dirasakan oleh masyarakat, bangsa, dan negara, insyaallah.


Bapak Ibu yang saya hormati.

Sekali lagi, kami mengucapkan terima kasih dan apresiasi yang sebesar-besarnya, khususnya kepada Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama Jawa Timur atas acara ini.


Dan mari kita bersama-sama senantiasa memohon pertolongan Allah subhanahu wa ta'ala semoga kita semua diberi kekuatan, bimbingan, kemudahan-kemudahan di dalam menjalankan tugas-tugas dan tanggung jawab - tanggung jawab kita di dalam berkhidmah kepada jam’iyah ini, dan memohon semoga barakah dari jam’iyah ini sungguh-sungguh jatuh kepada kita sebagaimana yang dijanjikan. Amin.


Wallāhul muwaffiq ilā aqwāmith tharīq.

Wassalāmualaikum warahmatullāh wabarakātuh.