Prof Quraish: Dakwah Keturunan Rasulullah Tak Mengenal Kekerasan dan Makian
Selasa, 25 Januari 2022 | 21:30 WIB
Jakarta, NU Online
Cendekiawan Msulim Indonesia Prof Muhammad Quraish Shihab menegaskan bahwa sebagai keturunan Rasulullah saw, seorang habib harus mencerminkan dakwah sesuai dengan ajaran Nabi yaitu dengan cara-cara yang santun. Sebab, sebagaimana tercatat dalam salah satu sumber, Islam bisa berjaya di Nusantara di antaranya dibawa oleh keturunan Nabi dengan cara-cara yang sejuk.
“Jadi, (mereka) tidak mengenal kekerasan, tidak mengenal makian. Nah, inilah yang berlanjut. Mereka berdakwah di sini (Nusantara) sampai meninggalkan keluarga (anak cucu),” terangnya dalam bincang santai dengan putrinya, Najwa Shihab, di kanal YouTube Najwa Shihab dilihat NU Online, Senin (24/1/2022).
Lebih lanjut, alumnus Pesantren Darul Hadis Al-Faqihiyah Malang, Jawa Timur itu memaparkan, keturunan Nabi yang datang ke Nusantara untuk berdakwah adalah dari Hadramaut di Yaman, baik dari kalangan Alawiyin ataupun non-Alawiyin.
Penulis Tafsir Al-Misbah itu menilai bahwa yang membuat dakwah mereka sukses di Nusantara adalah metodenya yang tidak menggunakan kekerasan. Cara inilah yang membuat misi mereka berhasil kendati komunikasi dengan pribumi belum maksimal karena saat itu belum menguasai bahasa setempat.
"(Saat itu) mereka tidak bisa berbahasa daerah (Indonesia), tapi bagaimana mereka bisa mempengaruhi masyarakat melalui akhlaknya," terangnya.
Berkaca dari itu, Prof Quraish berpesan agar tidak sembarangan menggunakan gelar habib, kendati seseorang masih memiliki hubungan nasab dengan Rasulullah. Karena di balik 'gelar habib' ada tanggung jawab moral yang berat.
Berkaitan dengan itu, dia mengutip nasihat Habib Abdullah al-Haddad, “Jangan memakai pakaian kebesaran habib kalau akhlakmu tidak mencerminkan itu, karena karena (bisa) berdampak negatif, buruk."
Salah satu ciri khas dakwah habib lainnya menurut Prof. Quraish adalah tetap mengedepankan sifat tawadhu, kendati memiliki, misalnya, jasa besar dalam mengislamkan masyarakat Nusantara. Mereka tetap berprinsip bahwa keberhasilan tersebut datang dari Allah, sementara dirinya tidak memiliki kuasa apapun soal hidayah (petunjuk).
Mendasari paparannya, Prof Quraish mengutip ayat Al-Qur'an surat Al-Qashash ayat 56 yang artinya, "Sungguh, engkau (Muhammad) tidak dapat memberi petunjuk kepada orang yang engkau kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang Dia kehendaki, dan Dia lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk."
“Fungsi habib adalah teladan, menyelesaikan problem, bukan menjadi sebab dari problem, bukan menjadi sebab dari problem," ujar Prof Quraish.
Sebagaimana diketahui, Van den Berg dalam buku Orang Arab di Nusantara menjelaskan bahwa para habaib datang ke Nusantara dari Hadramaut sejak abad ke-18.
Kehadiran mereka bertujuan baik sebagai pendakwah, pedagang, atau pendakwah sekaligus pedagang. Selain di Indonesia, mereka juga menyebarkan Islam ke negeri-negeri jiran seperti Malaysia, Singapura, dan Brunei Darussalam.
Habib Jindan bin Novel sendiri membenarkan pernyataan ini. Menurut dia, para habaib yang datang ke Nusantara untuk berdakwah menggunakan cara-cara yang santun sehingga ajaran Islam mudah diterima oleh pribumi.
Kontributor: Muhamad Abror
Editor: Fathoni Ahmad