9 Habib Warnai Struktur Kepengurusan PBNU Masa Khidmah 2022-2027
Rabu, 12 Januari 2022 | 21:00 WIB
Habib Luthfi (bersurban hijau), salah satu habib yang mewarnai PBNU sejak lama. (Foto: Dok. NU Online)
Muhammad Syakir NF
Penulis
Jakarta, NU Online
Susunan kepengurusan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) masa khidmah 2022-2027 telah ditetapkan pada Rabu (12/1/2022) dengan penerbitan Surat Keputusan Nomor 01/A.II.04/01/2022. Dalam kepengurusan itu, terdapat sembilan habib dari berbagai daerah di Indonesia.
Di kepengurusan mustasyar, ada tiga habib, yakni (1) Habib Luthfi Bin Yahya dari Pekalongan, Jawa Tengah; (2) Habib Zein bin Umar bin Smith dari Jakarta; dan (3) AGH Habib Abdurrahim Assegaf Puang Makka dari Makassar, Sulawesi Selatan.
Dua nama pertama, Habib Luthfi dan Habib Zein, di masa khidmah sebelumnya, 2015-2020 juga menempati kepengurusan yang sama, mustasyar PBNU. Sementara Puang Makka pernah aktif di Gerakan Pemuda Ansor hingga Mustasyar di Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Makassar dan Jam'iyyah Ahlith Thariqah al-Mu'tabarah an-Nahdliyah (Jatman).
Selain itu, ada habib yang mengemban amanah kepengurusan PBNU sebagai Katib Syuriyah, yakni (4) Habib Luthfi bin Ahmad al-Attas dari Jakarta. Sebelumnya, ia lebih aktif dalam ranah kultural dengan mengasuh ribuan Majelis Ta'lim Ratibul al-Attas dan Asmaul Husna yang tersebar di berbagai wilayah di Indonesia.
Tiga habib lain menjadi A'wan Syuriyah PBNU, yakni (5) Habib Syech bin Abdul Qadir Assegaf dari Surakarta, (6) Habib Ahmad al-Habsyi dari Pasuruan, Jawa Timur; dan (7) Habib Mohsen Alaydrus dari Palu, Sulawesi Tengah.
Sementara itu, ada dua habib di jajaran tanfidziyah, yakni (8) KH Sayyid Muhammad Hilal al-Aidid dari Yogyakarta sebagai Wakil Ketua Umum, dan (9) Habib Abdul Qadir bin Aqil dari Jakarta sebagai Wakil Sekretaris Jenderal. Habib Qadir sebelumnya menjadi Ketua Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda (GP) Ansor.
Sebagaimana informasi, kepengurusan PBNU masa khidmah 2022-2027 cukup besar. Hal ini mengingat kebutuhannya untuk bukan saja mengurusi Nahdliyin di Indonesia, tapi juga untuk dunia internasional.
Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf menyampaikan, kepengurusan yang besar ini karena kebutuhan dan konstituen NU yang sangat luas mengingat seluruh warga NU atau mereka yang mengaku NahdliyinNU kurang lebih separuh dari seluruh Muslim Indonesia.
“Kami berkepentingan menjangkau konstituensi sehingga kami membutuhkan cukup banyak pengurus,” kata Pengasuh Pesantren Raudlatut Thalibin, Leteh, Rembang, Jawa Tengah itu.
Sementara itu, Rais 'Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Miftachul Akhyar berharap hal tersebut juga melahirkan kemaslahatan yang besar.
“Semoga NU dalam periode ini bukan sekadar besar anggotanya, tapi besar produknya dan besar kemaslahatannya untuk kepentingan umat,” ujar Pengasuh Pesantren Miftachus Sunnah, Surabaya, Jawa Timur itu.
Pewarta: Syakir NF
Editor: Musthofa Asrori
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Gambaran Orang yang Bangkrut di Akhirat
2
Khutbah Jumat: Menjaga Nilai-Nilai Islam di Tengah Perubahan Zaman
3
Khutbah Jumat: Tolong-Menolong dalam Kebaikan, Bukan Kemaksiatan
4
Khutbah Jumat: 2 Makna Berdoa kepada Allah
5
Khutbah Jumat: Membangun Generasi Kuat dengan Manajemen Keuangan yang Baik
6
Rohaniawan Muslim dan Akselerasi Penyebaran Islam di Amerika
Terkini
Lihat Semua