Puasa itu junnah (tameng/perisai) yang bisa dijadikan alat untuk melindungi diri dari tindakan jahat, perbuatan jelek dan juga serangan lawan, musuh bebuyutan manusia yakni iblis. Namun pada kenyataannya, banyak manusia yang sudah berpuasa, tetapi tetap saja berlaku jahat.
“Kita sering tidak kuat serangan, karena tamengnya kropos,” ungkap Rois Syuriyah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Tengah KH Masruri A. Mughni saat bincang-bincang dengan NU Online di kediamannya kawasan Pondok Pesantren Al Hikmah 2 Benda Sirampog Brebes, Selasa (16/9)<>.
Keroposnya tameng, lanjut Kiai Masruri, karena di dalam berpuasa tidak terdapat ruh atau jiwanya puasa itu sendiri.
Disamping itu, tindak kejahatan masih sering dilakukan oleh orang yang berpuasa sehingga tameng tersebut rusak. Kerusakan bisa terjadi akibat melakukan berbagai pelanggaran puasa. Antara lain berkata dan berbuat dusta.
Rasulullah SAW bersabda, Siapa orang yang tak bisa meninggalkan ucapan atau tindakan dusta maka Allah SWT tidak akan menerima ibadah puasanya.
“Meninggalkan makanan halal tapi justru menyantap berbagai makanan haram, juga bisa merusak tameng,” paparnya.
Menurut Kyai Masruri, tameng juga tidak ada artinya manakala orang tersebut tidak bisa menggunakan perisai sebagaimana mestinya. Hal tersebut dikarenakan masih banyaknya orang yang berpuasa tapi tidak tahu apa yang harus dihindarinya dalam berpuasa. Juga dikarenakan orang berpuasa tapi dengan niatan yang tidak benar.
Terjadinya ketimpangan perilaku tersebut karena akhir-akhir ini masyarakat Indonesia memandang agama seperti sesosok tubuh yang tidak bernyawa, sudah menjadi bangkai. “Atau sebuah lafal ungkapan, yang tidak bermakna,” kata Kiai Masruri menyayangkan.
Dicontohkan, banyak orang pergi haji tapi tidak beribadah haji. Orang sholat tapi tidak mendirikan sholat dan banyak orang berkhutbah tapi tidak ada nasihat. “Agama kita sudah dipandang hanya sebatas tubuh yang tak bernyawa,” kritiknya.
Untuk itu, pesan Kiai Masruri, agar puasa bisa mencapai tujuan yang disyariatkannya, yakni membentuk manusia takwa maka orang yang berpuasa perlu terus-menerus belajar dan tidak bosan-bosan untuk mengaji. (was)