Warta

PBNU: Hamas-Fatah Masih Berharap Kebaikan Israel

Selasa, 26 Juni 2007 | 08:17 WIB

Jakarta, NU Online
Pertikaian berlarut-larut antara Harakat al-Muqawama al-Islamiyya (Hamas) dan Fatah di Palestina, salah satu sebabnya, karena kedua kelompok tersebut seakan masih berharap banyak atas kebaikan hati Israel yang telah menjajah Palestina selama 60 tahun.

Demikian dikatakan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Hasyim Muzadi kepada wartawan di Kantor PBNU, Jalan Kramat Raya, Jakarta, Selasa (26/6)

<>

Menurutnya, pemimpin kedua kelompok tersebut semestinya segera sadar bahwa selama ini mereka dijajah Israel. Demikian pula pertikaian antar-keduanya merupakan ulah adu-domba negara Zionis tersebut untuk memecah-belah bangsa Palestina.

Hasyim menegaskan, Israel yang selama ini tampak berpihak pada Fatah tak akan rela jika Hamas berkuasa di Palestina. Karena itu, katanya, Israel akan melakukan segala cara untuk menghabisi Hamas yang berhaluan keras itu, pun menyusul pertempuran berdarah di Gaza pertengahan Juni lalu.

“Israel mensyaratkan Palestina tanpa Hamas. Anehnya, Fatah menyetujui syarat tersebut. Nah, itulah yang saya sayangkan, Fatah kok mau menerima syarat Israel itu,” ungkap Hasyim.

“Itulah (diadu-domba) kelemahan umat Islam di Palestina, dan juga kelemahan umat Islam di dunia. Umat Islam mudah sekali dipecah-belah, padahal, saya yakin sebetulnya mereka sadar,” tambah Sekretaris Jenderal International Conference of Islamic Scholars itu.

Jika selama ini Israel membantu Palestina, terutama pada kelompok Fatah yang moderat, menurut Hasyim, hal tersebut pada dasarnya merupakan jebakan semata. “Apa yang diberikan Israel pada Palestina atau Fatah itu bukan rahmat, tapi pasti ‘racun’,” tandasnya.

Karena itu, tambahnya, tak ada cara lain untuk mengakhiri permusuhan yang seakan abadi itu, kecuali segera memutus hubungan serta tidak bergantung lagi pada Israel dan negara-negara Barat lainnya.

Ulama Syiah-Sunni

Hasyim yang juga Presiden World Conference on Religions for Peace itu mengatakan, saat ini ia tengah berkomunikasi dengan para ulama dari kalangan Syiah dan Sunni yang tinggal di sekitar Suriah, termasuk Cholid Meshaal, Komandan Markas Biro Politik Hamas.

Hal itu, ujarnya, dilakukan sebagai bagian dari upaya untuk mendamaikan kembali Hamas dan Fatah, sebagaimana permintaan Duta Besar Suriah untuk Indonesia Darwis Bahadi kepadanya saat berkunjung ke kantor PBNU beberapa waktu lalu.

“Tentu semuanya nanti yang melakukan adalah pemerintah, dalam hal ini Departemen Luar Negeri. Tapi, sebagaimana permintaan Duta Besar Suriah, NU harus berbuat sesuatu,” ungkapnya. (rif)


Terkait