Warta

PBNU: Persatuan Palestina Harus Tanpa Ketergantungan Bantuan AS

Senin, 18 Juni 2007 | 11:10 WIB

Jakarta, NU Online
Persatuan dan perdamaian di Palestina sulit terwujud bila negara itu masih tergantung pada bantuan dana asing. Karena itu, Harakat al-Muqawama al-Islamiyya (Hamas) dan Fatah, dua kelompok yang selama ini bertikai, harus memutus ketergantungannya pada bantuan dana asing, terutama Amerika Serikat (AS) dan Eropa.

Demikian dikatakan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Hasyim Muzadi kepada wartawan di Kantor PBNU, Jalan Kramat Raya, Jakarta, Senin (18/6). Ia mengemukakan hal itu menyusul baku tembak yang kembali terjadi antara para pendukung Hamas dan Fatah di wilayah pendudukan Tepi Barat, Rabu (13/6). Bentrokan itu menewaskan puluhan orang.

<>

Hasyim mengungkapkan, selama ini, Hamas dan Fatah sangat menggantungkan ekonominya pada bantuan dana dari AS dan sejumlah negara di Eropa. Hal itulah yang merupakan salah satu sebab utama berlarut-larutnya pertikaian antar-keduanya.

“Sebetulnya, Hamas dan Fatah bisa memutus ketergantungan itu kalau negara-negara bersatu dan mau urunan (saling membantu). Tapi dilarang oleh Amerika karena kalau membantu dianggap membantu teroris,” Hasyim yang juga Presiden World Confernce on Religions for Peace itu.

Ia sangat menyayangkan meletusnya kembali bentrokan tersebut. Padahal sebelumnya telah terjadi kesepakatan tentang upaya peredaan konflik melalui koalisi gabungan Fatah-Hamas yang disepakati Maret lalu.Kesepakatan itu dicapai menyusul pertemuan tingkat tinggi di Makkah, Arab Saudi, dalam upaya mengakhiri lingkaran kerusuhan yang sebelumnya kerap terjadi.

“Oleh karena itu, selain memutus ketergantungan pada AS dan Eropa, harus ada kompromi dan kesepakatan baru antara Hamas dengan Fatah,” pungkas Sekretaris Jenderal International Conference on Islamic Scholars itu.

Bentrokan di wilayah yang sebelumnya dinyatakan aman tersebut terjadi setelah anggota-anggota Brigade Syuhada al-Aqsa (kelompok bersenjata dari kubu Fatah) mengepung sebuah kantor produksi stasiun televisi yang dikelola Hamas di kota Nablus, Tepi Barat bagian utara.

Orang-orang Hamas yang bersenjata kemudian campur-tangan dan tembak-menembak terjadi antara kedua kelompok tersebut. (rif)