Rukyatul hilal atau pengamatan bulan sabit untuk penentuan tanggal 1 Syawal 1429 H atau hari raya Idul Fitri akan diadakan pada saat Matahari terbenam pada tanggal 29 Ramadhan 1429 H, bertepatan dengan 29 September 2008.
Ketua Lajnah Falakiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Ghazalie Masroeri menyatakan, rukyatul hilal akan diadakan di 55 titik yang strategis dari Sabang sampai Merauke dengan melibatkan 99 pelaksana rukyat bersertifikat di samping para alim ulama ahli rukyah dan ahli hisab di tiap-tiap titik tersebut.<>
“Rukyat ini sekaligus menjadi sarana untuk mengoreksi hasil perhitungan hisab yang telah dilakukan Lajnah Falakiyah,” kata Kiai Ghazalie kepada NU Online di Jakarta, Kamis (25/9).
Data dalam almanak PBNU berdasarkan hasil perhitungan (hisab) Lajnah Falakiyah menunjukkan, ijtima’ atau peristiwa konjungsi untuk wilayah Jakarta terjadi pada tanggal 29 September 2008 pada pukul 15.12 WIB. Sementara hilal pada saat Matahari terbenam di hari itu masih berada di bawah ufuk, yakni -0,59 derajat.
Berdasarkan kriteria imkanur rukyat (visibilitas pengamatan), hilal dalam posisi seperti itu tidak akan bisa diamati. Namun, Kiai Ghazalie menegaskan, rukyatul hilal akan tetap dilaksanakan sebagai prasyarat penentuan awal bulan. “Selain itu rukyat juga bernilai ta’abbudi (ibadah),” katanya.
Hasil rukyatul hilal di semua titik akan dilaporkan dalam sidang penetapan (itsbat) bersama Departemen Agama dan perwakilan berbagai organisasi Islam di Indonesia. Lajnah Falakiyah PBNU baru akan mengumumkan (ikhbar) awal Syawal 1429 H setelah sidang itsbat selesai dilakukan dan keputusan sudah ditetapkan oleh Menteri Agama.
“PBNU baru akan melakukan ikhbar setelah sidang itsbat selesai. Kira-kira baru bisa diketahui hasilnya pada pukul 19.00 WIB,” kata Kiai Ghazalie. (nam)