Balitbang Kemenag

Metode Belajar RA Ikhlas Gunung Pangilun

Sabtu, 15 September 2018 | 03:00 WIB

Metode Belajar RA Ikhlas Gunung Pangilun

Siswa RA Ikhlas Gunung Pangilun (Kemenag Sumbar)

Jakarta, NU Online
Pada akhir Desember 2017, Badan Litbang Diklat Kemenag menerbitkan Jurnal Dialog Volume 40 Nomor 2. Salah satu tulisan yang dimuat dalam jurnal ini berjudul Pengembangan Karakter Anak melalui Program Unggulan di Raudhatul Athfal Ikhlas Kota Padang, Sumatera Barat.

Tulisan dari hasil penelitian Suprapto ini menyebutkan RA Ikhlas Gunung Pangilun Raudhatul Athfal Ikhlas Dharma Wanita Persatuan (DWP) Kanwil Kemenag Provinsi Sumbar pada awalnya dicetuskan pertama kali pada akhir 1984 oleh Ibu Ummi Hasnawi Karim yang pada waktu itu menjadi Kakanwil Departemen Agama Provinsi Sumatera Barat (sekarang Kementerian Agama) Provinsi Sumbar. 

Raudhatul Athfal Ikhlas DWP Kanwil Kemenag Sumatera Barat berstatus swasta didirikan pada tanggal 17 Desember 1984, berlokasi di gedung MAN 2 Padang, Jalan Gunung Pangilun Rt 03 Rw 07 Kelurahan Gunung Pangilun Kecamatan Padang Utara, Padang. Raudhatul Athfal Ikhlas bertujuan membantu meletakkkan dasar ke arah perkembangan sikap perilaku, menghayati dan mengenalkan agama serta menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan kepentingan pertumbuhan serta perkembangan selanjutnya. 

Pada awalnya RA Ikhlas disebut TK karena letaknya di lingkungan Madrasah. Dalam perkembangannya RA Ikhlas hingga sekarang semakin diminati oleh masyarakat dan bertambah muridnya dari tahun ke tahun sampai sekarang ini. Kondisi ini menuntut Raudhatul Athfal Ikhlas RA melengkapi sarana dan prasarana antara lain gedung belajar, kantor, mushalla dan alat peraga sebagai penunjang keberhasilan dalam proses belajar mengajar (PBM). 

Visi Raudhatul Athfal Ikhlas adalah terwujudnya anak yang sehat, cerdas, berprestasi dalam menumbuhkembangkan kemampuan dasar anak pada usia dini dan berakhlak mulia. Sedangkan misinya adalah untuk membentuk sikap anak yang beriman dan bertaqwa sedini mungkin, mengembangkan kreatifitas anak pada usia dini dan bersosialisasikan dengan bermain, memotivasi bakat, minat, imajinasi anak melalui media sarana dan prasarana, dan mengarah pada peletakkan dasar-dasar yang tepat bagi pertumbuhan dan perkembangan fisik, daya pikir, daya cipta, sosial, emosional, bahasa dan komunikasi yang seimbang sebagai dasar pembentukan pribadi utuh.

Adapun tujuan Raudhatul Athfal Ikhlas adalah membantu meletakkan dasar-dasar terbentuknya pribadi muslim seutuhnya dalam mengembangkan seluruh potensi anak secara optimal yang meliputi akhlak perilaku, intelektual serta fisik dalam lingkungan pendidikan yang kondusif, demokratis dan kompetitif menyiapkan dirinya untuk mmelanjutkan ke jenjang pendidikan selanjutnya.

Strategi Pendidikan

Berhasilnya suatu pendidikan tergantung kepada fasilitas yang ada tetapi juga ditangani oleh tenaga pendidik yang mempunyai kualitas, dengan kata lain mempunyai kualifikasi di bidang pendidikan anak usia dini. Hal ini dimiliki oleh Raudhatul Athfal Ikhlas. Murid yang menamatkan pendidikan RA Ikhlas ini hasilnya sangat memuaskan. Hal ini dapat dicapai karena adanya spesifikasi pembelajaran yang dilakukan oleh Raudhatul Athfal Ikhlas di antaranya metode Iqro’, shalat berjamaah, pembacaan/hafalan ayat-ayat pendek, bacaan doa sehari-hari serta pembelajaran membaca dan menulis, mengenal dan menanamkan disiplin, serta mengenalkan anak dengan lingkungan sekitar. 

RA Ikhlas pada hakekatnya adalah pendidikan yang diselenggarakan dengan tujuan untuk memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan anak usia dini secara menyeluruh atau menekankan pada pengembangan seluruh aspek kepribadian anak sesuai dengan tahap perkembangannya. Strategi penyelenggaraan pendidikan di RA Ikhlas adalah: Taat asas, dengan cara membuat aturan lokal untuk ditaati; Pemanfaatan sumber daya semaksimal mungkin dengan bekerja sama dengan orangtua siswa dan masyarakat; Koordinasi dilakukan dengan instansi terkait baik vertikal maupun horizontal sehingga dapat bekerjasama saling membantu. 

Pembelajaran di RA Ikhlas menekankan: pengenalan nilai-nilai moral dan perilaku baik melalui kegiatan rutinitas atau pembiasaan perilaku baik, pengembangan motorik melalui kegiatan bermain, pengembangan kognitif agar anak didik dapat mengenal dunia melalui kegiatan eksplorasi dan bermain aktif sehingga anak didik dapat berfikir kritis, analitis dan problem solving, pengembangan bahasa untuk meningkatkan anak didik memiliki kemampuan bahasa, menyampaiakan dengan jelas dan runtun dan mengenal aksara, pengembangan sosial emosional untuk tumbuh kembangnya sikap dan ketrampilan sosial dalam konteks bermain dan pengembangan seni untuk tumbuh kembangnya apresiasi seni anak didik.

Model Pembelajaran

Model pembelajaran yang dikembangkan di RA Ikhlas Gunung Pangilun Kota Padang adalah bermain sambil belajar. Suasana belajar-mengajar dibangun untuk memberikan rasa nyaman dan bahagia (happy learning). Untuk mencapai suasana tersebut, guru bersama murid duduk dalam lingkaran, supaya posisi mata guru sejajar dengan mata para murid, sehingga tidak ada jarak hierarkial. Maka, di kelas pun tidak ada papan tulis, sebab guru tidak memerlukannya. Materi ajar disampaikan secara interaktif dan kongkret, dengan menempatkan murid sebagai pusat. 

Selain itu, model pembelajaran yang dikembangkan RA Ikhlas adalah model sentra yang merupakan pendekatan pembelajaran yang dalam proses pembelajarannya di lakukan di dalam 'ingkaran (circle time) dan sentra bermain'. Artinya pada saat pembelajaran guru duduk bersama sama anak didik dengan posisi melingkar untuk memberikan pijakan sebelum dan sesudah bermain. 

Model pembelajaran sentra yang dikembangkan RA Ikhlas terdiri dari sentra persiapan, sentra agama, sentra seni, sentra bermain peran, sentra balok. Sentra persiapan, bahan yang ada dalam sentra ini adalah buku, kartu huruf, kartu angka dan bahan untuk kegiatan menyimak, bercakapan persiapan menulis serta menghitung. 
Kegiatan yang dilaksanakan adalah persiapan membaca permulaan, menulis permulaan serta berhitung permulaan. Mendorong kemampuan intelektual anak, gerakan otot halus, koordinasi mata-tangan, belajar keterampilan sosial (berbagi, dan memecahkan masalah).

Sentra agama, bahan bahan yang disiapkan adalah berbagi maket tempat ibadah, perlengkapan ibadah, gambar-gambar, buku serta keagamaan dan sebainya. Kegiatan yang dilaksanakan adalah menanamkan nilai-nilai kehidupan beragama, keimanan, ketakwaan kepada Allah Swt. Guru dituntut dapat menefrjemahkan hal hal yang abtrak menjadi aktivitas yang konkret. 

Sentra seni, bahan yang diperlukan adalah kertas, cat air, krayon, spidol, gunting, kapur, tanah liat, pasir, lilin, kain, daun, potonganpotongan bahan/gambar. Sentra seni untuk memperluas pengalaman dalam mengembangkan ide, gagasan dan pengalaman anak didik ke dalam karya nyata. Sentra bermain peran, anak didik menjadi model dan menggunakan media boneka, meja kursi, rumah-rumahan dan sebagainya. 

Sentra bermain merupakan wujud dari kehidupan nyata yang dimainkan anak didik, membantu anak didik memahami dunia mereka dengan memainkan berbagai peran. Pemilihan bahan di dasarkan pada tema yang dipilih. Misal binatang, alat yang dipersiapkan boneka binatang. Sentra balok, berisi berbagai macam-macam balok dalam berbagai bentuk, ukuran dan tekstur. Anak didik didorong untuk menyusun, menghitung dan mengembangkan logika matematika, berfikir dan memecahkan masalah.

Pada model pembelajaran sentra, anak didik bermain di sentra yang berbeda (moving class). Di setiap sentra, kemampuan klasifikasi anak dibangun secara terus-menerus agar mereka bisa memiliki konsep berpikir yang benar, kritis, dan analitis. Semua pengetahuan diberikan secara kongkret. Anak-anak dirangsang untuk 'menemukan sendiri' konsep-konsep faktual mengenai bentuk, warna, ukuran, ciri, tanda, sifat, manfaat, serta rangkaian sebab-akibat. Sejak dini, anak didik dirangsang untuk bisa mengekspresikan diri dengan baik melalui kelisanan, tulisan dan gambar.

Oleh karena itu, selama proses pembelajaran, guru melakukan komunikasi interaktif dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, agar cara kerja otak anak didik terstruktur dengan baik. Bersamaan dengan itu, kita bisa memasukkan nilai-nilai agama serta penciptaan diri sebagai khalifah Allah di bumi berdasarkan Al-Qur'an dan hadits, serta sunnah Nabi Muhammad Saw. (Kendi Setiawan)