Jakarta, NU Online
Pada tahun 2017 yang lalu, salah satu kegiatan Pusdiklat Tenaga Teknis Pendidikan dan Keagamaan adalah Diklat. Kala itu, ada empat angkatan diklat yang dilaksanakan secara bersamaan, yaitu Diklat Teknis Substantif Penugasan Tambahan Guru Sebagai Kepala Perpustakaan, Diklat Teknis Substantif Penugasan Tambahan Guru Sebagai Kepala Laboratorium, Diklat Teknis Substantif Mata Pelajaran Ujian Nasional Angkatan I dan Angkatan II.
Setiap angkatan diklat diikuti oleh 30 orang peserta yang merupakan guru utusan Kanwil Kementerian Agama Provinsi.
Diklat dibuka oleh Kepala Badan Litbang dan Diklat (Kaban), H Abdurrahman Mas’ud. di Kampus Diklat Kementerian Agama, Ciputat, Tangerang Selatan. Hadir bersama peserta dalam acara pembukaan adalah Kepala Pusdiklat Tenaga Teknis Pendidikan dan Keagamaan, Mahsusi; Pejabat eselon III dan IV; widyaiswara, dan segenap panitia.
Dalam arahannya, Kaban menekankan pentingnya membaca. Membaca adalah perintah Al-Quran sebagaimana secara eksplisit disebut dalam ayat yang pertama kali diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad, yaitu surat al-‘Alaq ayat 1-5.
Ayat tersebut dimulai dengan perintah membaca yang berbunyi "Iqra." Menurut Kaban, membaca merupakan dasar pembelajaran. Perintah membaca mengandung maksud perintah untuk belajar. Tidak ada aktivitas belajar tanpa aktivitas membaca. Dalam konteks ini, dalam melaksanakan proses pembelajaran, guru dan siswa harus sama-sama membaca.
Kaban mengajak peserta untuk menanamkan kebiasaan belajar mandiri (individual learning habit) kepada anak didiknya. Belajar mandiri menjadi kunci sukses siswa meraih ilmu dan prestasi. "Terlebih di era sekarang telah tersedia ragam sumber belajar dibanding masa sebelumnya. Di era sekarang, banyak sumber belajar yang dapat dijadikan media belajar mandiri terutama yang bersifat digital dan online," tegas Guru Besar UIN Walisongo Semarang ini.
Kaban mencontohkan kesuksesan belajar siswa-siswa yang menuntut ilmu hingga ke luar negeri dengan memperoleh beasiswa. Capaian tersebut tidak diraih dengan santai, melainkan harus diraih dengan gigih dan penuh perjuangan. Untuk meraih sukses seperti itu, kadang siswa mengalami tekanan bahkan stres. Namun, dengan mengutip ungkapan Wakil Presiden Jusuf Kalla, Kaban mengingatkan “lebih baik stres pada masa belajar, dari pada stres saat kembali ke tengah masyarakat.”
Kaban menyitir ungkapan Imam Syafi’i bahwa guru itu adalah makhluk paling mulia. Karena itu, sebagai makhluk yang mulia, guru harus menampilkan perilaku yang mulia juga, yaitu sebagai uswah hasanah, role model, atau teladan yang baik bagi anak didiknya.
Dengan menampilkan perilaku yang baik, sesungguhnya guru telah mengajarkan kebaikan melalui sikap atau perbuatan. Al-hal khoirun min al-qaul, mengajar dengan perbuatan lebih baik dari pada mengajar dengan ucapan. (Kendi Setiawan)