Banten

5 Spirit Imam Ghazali Ini untuk Jadi Teladan di Masa Kini

NU Online  ·  Jumat, 26 Desember 2025 | 07:00 WIB

5 Spirit Imam Ghazali Ini untuk Jadi Teladan di Masa Kini

Pengajian Kitab Minhajul Muta’allimin di Kompleks Maqbarah Buyut Nyai Mas Carik, Waringinkurung, Kabupaten Serang, Banten, Rabu (24/12/2025) malam. (Foto: ist)

Tangerang Selatan, NU Online Banten

Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama Kabupaten Serang KH Muhammad Robi Ulfi Zaini Thohir menyampaikan, minimal ada lima spirit Imam Al-Ghazali yang mengajarkan untuk kembali ke jati diri spiritual, memperkuat akhlak, dan menata hidup secara seimbang.


"Sebuah kompas moral yang sangat relevan di era disrupsi, post-truth, dan multitasking sekarang ini," ujarnya dalam pengajian Kitab Minhajul Muta’allimin di Kompleks Maqbarah Buyut Nyai Mas Carik, Waringinkurung, Kabupaten Serang, Banten, Rabu (24/12/2025) malam.


Pengasuh Pondok Pesantren Moderat At-Thohiriyah Pelamunan, Kabupaten Serang, itu juga mengatakan, setidaknya, ada tiga judul kitab berawal Minhaj karya Al-Ghazali. Yang paling populer memang Minhajul Abidin, hingga disyarahi Syekh Ihsan Jampes Kediri. Yang kedua Minhajul 'Arifin, dan yang ketiga, Minhajul Muta`allim.


"Karena mungkin belum sepopuler dua kitab pertama itulah, kali ini kita mengaji kitab ketiga ini," imbuhnya seperti keterangan yang dikirimkan ke NUOB.


Dijelaskan, lima spirit teladan penting dari Imam Al-Ghazali yang sangat aplikatif untuk zaman sekarang adalah keteguhan dalam mencari kebenaran di era post-truth.


"Al-Ghazali pernah mengalami krisis eksistensial dan intelektual, lalu memilih menyepi untuk mencari kebenaran sejati. Al-Ghazali mengajarkan pentingnya tahqiq (verifikasi) dan muhasabah (introspeksi), sangat relevan ketika hoaks dan opini menggantikan fakta. Teladannya, jangan mudah percaya informasi, biasakan berpikir kritis dan reflektif," terangnya.



Selain itu, keseimbangan akal dan hati di tengah multitasking. Dalam Ihya’ Ulum al-Din, Al-Ghazali menekankan pentingnya keseimbangan antara ilmu rasional dan spiritual. ’’Di era multitasking dan overload informasi, kita diajak untuk tidak hanya cerdas secara intelektual, tapi juga emosional dan spiritual. Teladannya, luangkan waktu untuk tazkiyatun nafs (penyucian jiwa) agar tidak terjebak dalam kesibukan yang hampa makna,’’ jelasnya.


Di samping itu, pendidikan akhlak sebagai fondasi di era disrupsi. Al-Ghazali percaya bahwa pendidikan sejati adalah pembentukan karakter, bukan sekadar transfer ilmu.


"Di tengah krisis moral dan disorientasi nilai, ajarannya menjadi fondasi untuk membangun integritas dan empati. Teladannya, jadikan akhlak sebagai prioritas dalam pendidikan dan kehidupan sehari-hari," katanya.


Selengkapnya klik di sini.

Gabung di WhatsApp Channel NU Online untuk info dan inspirasi terbaru!
Gabung Sekarang