Cerpen

Cerita Pendek: Perjanjian Kedua Iblis

Ahad, 8 Desember 2024 | 22:00 WIB

Cerita Pendek: Perjanjian Kedua Iblis

Ilustrasi (Freepik)

Cerpen: Shella Carissa

Iblis, yang katanya begitu terkutuk, bersifat syaithaanirrajiim, dalam kesempatan beruntungnya, diperkenankan curhat kepada Tuhan.


"Tuhan, aku lelah…," Iblis langsung ke inti keluhannya, setelah sujud lama kepada Tuhannya sebagai salam perjumpaan mereka setelah sekian ratus juta tahun.

 

Dan Tuhan, dengan kalam yang tak dapat dilukiskan, diungkapkan juga tidak dapat dijangkau akal manusia, dengan kuasa-Nya, Iblis mampu memahami apa yang 'dikatakan' Tuhan.

 

"Mengapa wahai hamba-Ku?"


Ah… alangkah indahnya sambutan itu. Berdesir iblis. Suara itu bagaikan embun yang menitik dan mengalun dari dedaunan menuju tanah pagi. Tuhan mengakuinya sebagai hamba, bukan bandit makhluk-Nya. Iblis sampai merinding, hampir pingsan mendengarnya. Sebuah kata yang tak pernah ia dapat dari Tuhan setelah lamanya ia diusir dari surga. Sebab juga, ia merasa tak pantas mendapat akuan sebagai hamba. Benar bukan? Makna hamba yang ditangkap banyak makhluk adalah dia yang menyembah dan patuh pada Tuhannya. Sedangkan Iblis adalah pembangkang. Bahkan dengan teganya dianggap sebagai rival Tuhan.

 

Iblis pun merendah. Merindukan masa-masa bersanding dengan-Nya.

 

"Tuhan, manusia banyak yang salah paham. Masa aku dianggap saingan-Mu dalam otoritas harus disembah. Padahal jelas aku adalah makhluk-Mu, yang Engkau ciptakan, yang Engkau berikan ruh. Sebenarnya ini bukan tentang Engkau dan aku, tapi tentang aku dan malaikat-Mu dalam berlomba-lomba mengajak; malaikat mengajak pada kebaikan, aku mengajak pada kejahatan. Atau juga ini adalah tentang aku dan Adam, sebagai makhluk yang menjalankan kutukan-Mu untuk menyesatkan anak cucunya.


Aku lelah dianggap sebagai biang kerok dari semua ulah jahat manusia. Sampai-sampai ada yang tega memfatwa bahwa ketika aku tak lagi dapat merayunya di luar shalat, aku dapat merayu mereka dalam wudhu dan shalatnya. Apakah aku terkena fitnah manusia, Tuhan? Semengerikan itukah tugasku?


Juga lihatlah, kerusakan yang diperbuat oleh manusia benar-benar di luar bisikan jahat kami. Dan memang ada yang mengatakan bahwa kejahatan manusia melebihi kelaknatan iblis itu sendiri. Bagaimana ini, Tuhan? Aku tak sanggup menanggungnya sampai hari kiamat. Bukankah dulu para malaikat sudah menginterupsi kalam-Mu bahwa kelak manusia hanya akan merusak dan merusak? Sekarang, baik Engkau, aku, dan para malaikat sudah menyaksikan sendiri kerusakan mereka. Memang semuanya adalah kehendak-Mu, hak-Mu, kuasa-Mu, tapi sungguh tak sanggup lagi aku dengan manusia-manusia itu, Tuhan."

 

Berkeluh kesahlah itu si iblis. Menangis dia. Entah seperti apa rasa yang tengah menderanya sampai isakannya begitu terdengar pilu. Seluruh alam semesta sampai bergetar dengan tangisan Iblis. Tanah, pohon, dedaunan bertanya-tanya, "Ada apakah? Ada kejadian apa sampai semesta goncang begini?"

 

Iblis menangkap kalam Tuhan dengan makna, "Lalu, apa permintaanmu?"

 

Iblis mendongak, matanya berbinar gembira. Tak percaya dia, "Benarkah? Bolehkah aku meminta?"

 

Dan Tuhan, dalam kuasa-Nya membuka tabir komunikasi dengan Iblis, meski jelas berbeda akan perbincangan-Nya dengan Musa dulu, Iblis masih dapat memahami bahwa Tuhan mengangguk. 'Tuhan mengangguk'.

 

Senanglah Iblis. "Tuhan, mohon pensiunkan aku dari tugas beratku ini. Bukankah tak enak, sebagai makhluk yang Engkau ciptakan, malah dimandati untuk membelokkan makhluk-Mu yang lain dari menyembah-Mu lalu sekonyong-konyong mereka malah menyembahku?"

 

Tuhan 'diam' sejenak. Sampai kemudian, turunlah kalam perintah-Nya. Sebuah mandat yang membuat Iblis terperangah dan hampir terjengkang, lantas kemudian berposisi sopan lagi. Makhluk api itu benar-benar kaget, tentang sesuatu yang di luar perjanjian mereka dulu, di luar progresif Tuhan, catatan di Lauh Mahfudz-Nya, di luar qadha dan qadhar-Nya, dan di luar kalam al-Qur’an-Nya.


"Bukankah aneh? Bukankah Engkau menyuruh sampai hari kiamat?" tanyanya memastikan.

 

Tetapi Tuhan langsung menyela, "Lho, bukankah kamu minta pensiun? Ya, itu. Kan, pensiunmu itu tanda hari kiamat?!"

 

Iblis sadar akan kekeliruannya. Tapi bukan itu yang dia maksud. Melainkan perubahan tugas yang diubah Tuhan.


Namun, apalah dia. Tuhan Maha Segalanya. Dia tak berkuasa menolaknya. Cukup saat dia menolak sujud kepada Adam saja. Sekarang dia akan patuh. Bukankah sebelum Adam diciptakan dia adalah makhluk paling patuh dan taat?
  


Sekali lagi Iblis tercenung. Apakah ini tak salah? Perintah Tuhan yang barusan diucapkan itu? Dia menyuruhnya untuk mengajak manusia pada kebaikan!? Tuhan menyuruh Iblis untuk mengajak manusia pada kebaikan!!!


Dan Iblis yang senang itu langsung berterima kasih serta mohon pamit undur diri. Langsung melenggang ke bumi.


Tetapi begitu Iblis sudah di bumi, dunia ternyata bukan dalam tanda-tanda kiamat lagi, tetapi hampir dan menuju kiamat! Otewe kiamat!!!


Iblis pun berbalik, hendak kembali menemui Tuhan. Dia ingin menginterupsi kembali!


"Bagaimana ini, Tuhan? Dunia mau kiamat! Aku akan membujuk manusia untuk berbuat kebaikan apa sedangkan mereka akan sibuk dengan dirinya masing-masing, sampai tak lagi dihiraukan anak-anaknya? Sudah tak akan mempanlah ajakanku, ini," keluhnya.


Tuhan menyahut, "Sesungguhnya, apa yang engkau tanyakan, adalah apa yang menjadi jawaban." 

 

Iblis tak paham. Tapi akhirnya dia manut. Sadar dia hanya makhluk. Tak dapat lagi berbantah-bantah.

 

Ternyata, ini bukan lagi tentang dia dan Tuhan, atau dia dan Adam, atau dia dan malaikat. Tetapi ini tentang dia dan Dajjal. Makhluk yang Tuhan ciptakan dan janjikan untuk dijadikan rival-Nya yang sesungguhnya. Sesosok makhluk yang mengaku diri sebagai Tuhan dengan berbagai kelebihan yang seolah-olah dia adalah Tuhan.


Maka, rapatlah segolongan iblis.

 

Kita akan melawan Dajjal. Ini adalah perjanjian kedua kita dengan Tuhan untuk menyelamatkan manusia dari tipu muslihat, siasat dan fitnah Dajjal. Tugas ini lebih berat. Karena itu mari kita bersungguh-sungguh, sebagai pembuktian bahwa kita masih makhluk yang taat kepada-Nya!"


Dia, yang berorasi itu, sebagai Presiden Iblis, kata-katanya disambut meriah oleh para rakyat Iblis. Sorak-soraian yang riuh rendah terdengar membahana di aula pertemuan para iblis.

 

Beraksilah para iblis itu. Saling membagi tugas. Siapa yang mengajak orang tua, anak muda, dewasa, melindungi perempuan dan balita. Juga siapa saja yang akan bersama-sama melawan Dajjal. Mereka harus keroyokan semacam demo kepada pemerintah. Sebab, sekarang Dajjal sedang di atas awan dengan memegang jabatan tertinggi penyesat umat. Karena itu, Iblis yang seharusnya jadi rekan penggoda iman, berbalik menjadi musuh Dajjal dan berniat mengerahkan kekuatan untuk menggulingkan Dajjal.


Kudeta. Namun kudeta ini adalah kudeta dengan niat yang baik karena nanti setelah mengambil alih, mereka akan meluruskan jalan umat, bukan menyesatkan.


Sayang, rupanya ada Iblis yang berkhianat. Lucu, bukan? Sudah Iblis, berkhianat kepada Iblis pula. Iblis itu diam-diam menjadi golongan kiri, yang berpihak kepada Dajjal. Dia menjadi mata-mata Dajjal dalam gerakan protes dan bangkang Iblis terhadap Dajjal. Membocorkan apa saja yang hendak di galakan oleh Presiden Iblis untuk melemahkan Dajjal. Dajjal yang marah, diam-diam mengatur rencana, sampai siasatnya itu menggiurkan hampir semua Iblis, kecuali Presiden Iblis dengan sedikit pengikutnya yang tersisa.    


Ingatkah bahwa Dajjal dapat menipu? Lebih tepatnya dia adalah penipu. Dia merayu Iblis dengan janjian surga setelah sekian lamanya golongan laknat itu di neraka. Itu, kan tipu daya Dajjal? Dapat memanipulasi pandangan Manusia dan Jin akan kekuatan Tuhan, sehingga merasa dialah Tuhan, yang padahal kemampuannya itu pemberian Tuhan. Dan banyak yang kena tipuannya, tanpa mereka sadari, bahwa surga yang ditawarkan adalah neraka, dan neraka yang ditakut-takuti adalah surga? Bahkan Dajjal itu sempat-sempatnya juga memfitnah Presiden Iblis yang sudah dicopot dari jabatannya itu.

 

"Dia ini, Iblis, bukankah sudah jelas bahwa dia akan menyesatkan kalian sampai kiamat? Maka, janganlah sampai kalian terkena bujuk rayunya. Tipu muslihatnya. Jika sampai kalian lalai dan menjadi pengikut Iblis, kalian akan menjadi temannya di neraka! Nyata bukan di dalam al-Qur’an bahwa Iblis ini akan terus menyesatkan kalian sampai-sampai, Iblis ini, mengaku sebagai lawannya Tuhan?"   


Omong kosong! Dajjal itulah yang sebenarnya mengaku sebagai Tuhan.


"Maka dari itu, wahai manusia, bertobatlah dan jadilah pengikutku, utusan Tuhan kalian!" seru Dajjal.
 


Bulshit! Malah dialah yang kemudian akan menobatkan dirinya sebagai Tuhan.


Aduh. Bagaimalah ini? Mengapa golongan Iblis malah jadi ikut-ikutan dalam drama kiamat ini? Diiming-imingi surga dan neraka segala, kena fitnah pula. Iblis kena fitnah Dajjal. Kapankah Imam Mahdi dan al-Masih tiba? Akankah mereka menolong juga segolongan Iblis ini?

 

Dan sebelum berbagai pertanyaannya usai, Dajjal keburu berulah. Dia, dengan intrik kekuatannya, dapat menjadikan manusia melihat mantan Presiden Iblis itu. Yang sudah dimusuhi seluruh Iblis, Jin, dan Manusia, untuk kemudian dinyatakan dibakar hidup-hidup.


Akhirnya mantan Presiden Iblis pun mati dan terangkat ke akhirat.


Ah, Tuhan, aku gagal. Gagal mengajak manusia menuju jalan-Mu.

 

Dan kegagalan Iblis membuat dia masih harus tinggal di neraka, disiksa, lalu dia protes lagi.

 

"Mengapa aku di neraka lagi, Tuhan? Bukankah aku sudah mengajak, tetapi kebetulannya aku gagal? Atau Engkau sudah menakdirkanku gagal?" gugatnya.

 

Duh, Iblis itu, sudah protes, suudzan pula kepada Tuhan.

 

"Dan bukankah tak pernah kujanjikan surga untukmu entah kamu berhasil atau gagal?" jawab Tuhan.

 

Ah, benar. Tuhan, kan, maha berkehendak. Dan bukankah memang sudah menjadi ketetapan-Nya bahwa dia, Iblis, akan menghuni neraka selamanya.

 

Dalam renungannya itu, Iblis mendapat pemahaman khusus tentang kuasa Tuhan. Semua adalah kuasa-Nya. Ada hikmahnya. Dan Tuhan, bagaimanapun kemauannya, Dia tetap maha penyayang. Tuhan akan adil. Pasti. Jangan tanyakan soal keadilan Tuhan. Sebab jelas Dialah Hakim yang paling adil seadil-adilnya adil. Iblis tancapkan keyakinan itu dalam dirinya. Iblis mulai percaya dan legowo pada Tuhannya. Tuhan yang telah menciptakan dan mengatur nasibnya.


Tiba-tiba, terdengar aduan dari tetangga neraka sebelah. “Tuhan, aku adalah hamba-Mu yang taat. Yang berbuat kebaikan. Yang menjalankan rukun iman dan islam-Mu. Menjalankan ibadah mahdhoh maupun goiru mahdhoh-Mu. Mencintai anak yatim, menyantuni fakir miskin, baik, dermawan dan penyayang pada keluarga, kerabat, juga tetangga. Bermanfaat bagi umat, bangsa dan negara. Tapi mengapa Engkau tega memasukkanku dalam neraka?”

 

"Itulah yang membuatmu masuk neraka. Engkau ‘merasa’,” kata Malaikat, mewakili Tuhan menjawab pertanyaan sang hamba yang mengadu itu.


Iblis ikut-ikutan, "Lagakmu, manusia. Padahal sangat nyata jika kau adalah makhluk perusak, sombong dan angkuh. Tidak tulus…"


HAAARGHHH!!!

 

Sebelum Iblis itu menyelesaikan gerutuannya, ular yang besar dan mengerikan dengan gigi-gigi tajam lebih dulu​​​​​​melahapnya, sebagai salah satu siksa neraka.

 

"Tuhan, meski aku di neraka, asal dengan ridha-Mu, aku rela."

 

***

 

Surga dan neraka sama saja. Sama-sama pelayanan Tuhan kepada hamba-Nya.
 

Shella Carissa, adalah Sarjana Strata Satu Ma’had Aly Kebon Jambu, Babakan, Ciwaringin, Cirebon. Mesantren di Pondok Kebon Jambu Al-Islamy hingga saat ini. Sekarang, Shella bekerja sebagai Staf Tenaga Kependidikan di MA Tunas Pertiwi Kebon Jambu Al-Islamy.