Muhammad Faizin
Penulis
Bandarlampung, NU Online
Di era informasi yang serba cepat dan sering kali membingungkan, kita sering dihadapkan dengan fenomena yang semakin umum namun sulit dipahami yakni kebenaran semu dan dunia paralel dalam media sosial.
"Fenomena ini bukanlah masalah kecil. Kebenaran semu dapat mempengaruhi pandangan publik tentang isu-isu penting seperti kesehatan, politik, dan lingkungan," kata Ketua Tanfidziyah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Lampung H Puji Raharjo.
"Dunia paralel, di sisi lain, dapat memisahkan individu dan komunitas, mengurangi dialog yang sehat dan memperkuat pandangan ekstrem," katanya saat berdiskusi tentang perkembangan informasi digital dengan NU Online, Senin (21/8/2023).
Mengutip ahli bernama Victor Moberger dalam artikelnya yang berjudul "Bullshit, Pseudoscience, dan Pseudophilosophy, ia menjelaskan bahwa omong kosong sebagai kurangnya kepedulian terhadap kebenaran dari pernyataan seseorang. Omong kosong berbeda dengan berbohong.
Dalam konteks media sosial, ini berarti informasi yang tidak akurat atau menyesatkan dapat disebarkan dengan cepat, menciptakan "kebenaran semu." Selain itu, pandangan yang tidak didasarkan pada bukti ilmiah dapat diterima sebagai kenyataan, menciptakan "dunia paralel."
Lalu, bagaimana kita bisa menghadapi dunia yang serba cepat dan sering kali membingungkan ini dengan cara yang bertanggung jawab dan etis? Kiai Puji menyodorkan 5 panduan aplikatif dalam mengatasi hal tersebut.
Pertama adalah kritik dan pemikiran kritis. Artinya, sangat penting untuk meluangkan waktu memeriksa sumber informasi dengan menggunakan alat verifikasi fakta dan pertimbangkan perspektif berbeda sebelum membuat kesimpulan.
"Kedua, tanggung jawab dalam berbagi informasi. Verifikasi informasi sebelum membagikannya. Ingatlah bahwa berbagi informasi yang salah dapat memiliki konsekuensi nyata," ungkap pria yang juga pengamat perkembangan teknologi digital ini.
Ketiga, menghargai dialog dan perspektif berbeda. Hal ini menurutnya dengan mencari dan mendengarkan pandangan yang berbeda. Kita juga bisa berpartisipasi dalam diskusi yang sehat dan terbuka, bukan hanya menguatkan pandangan kita sendiri.
"Keempat, mengedepankan etika dan integritas. Praktikkan empati dan hormat dalam interaksi online Anda. Ingatlah bahwa di balik setiap layar ada manusia dengan perasaan dan pandangan mereka sendiri," ungkapnya mengingatkan.
Kelima, melakukan penguatan pendidikan digital untuk memahami cara kerja platform media sosial dan bagaimana algoritma mereka dapat mempengaruhi apa yang dilihat dan dibaca.
Ia pun kembali mengingatkan bahwa media sosial dapat membentuk kebenaran semu dan dunia paralel. 5 panduan ini menawarkan cara praktis untuk berinteraksi dalam dunia digital dengan cara yang bertanggung jawab dan etis.
"Dalam dunia yang semakin terhubung tetapi juga terfragmentasi, pemahaman dan penerapan prinsip-prinsip ini menjadi penting dalam memastikan bahwa kita beroperasi dengan integritas dan kebenaran, berkontribusi pada ruang digital yang lebih sehat dan inklusif," harapnya.
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Gambaran Orang yang Bangkrut di Akhirat
2
Khutbah Jumat: Menjaga Nilai-Nilai Islam di Tengah Perubahan Zaman
3
Khutbah Jumat: Tolong-Menolong dalam Kebaikan, Bukan Kemaksiatan
4
Khutbah Jumat: 2 Makna Berdoa kepada Allah
5
Khutbah Jumat: Membangun Generasi Kuat dengan Manajemen Keuangan yang Baik
6
Rohaniawan Muslim dan Akselerasi Penyebaran Islam di Amerika
Terkini
Lihat Semua