Daerah

Anak SD Meninggal di Subang Akibat Bullying, KPI Mengaku Sudah Bentuk Tim Pencegahan Kekerasan di Sekolah

Jumat, 29 November 2024 | 15:00 WIB

Anak SD Meninggal di Subang Akibat Bullying, KPI Mengaku Sudah Bentuk Tim Pencegahan Kekerasan di Sekolah

Pemakaman bocah SD usia 9 tahun korban bullying di Subang, Jawa Barat. (Foto: dok. istimewa/Cecep)

Jakarta, NU Online

 

Usai viralnya kasus perundungan (bullying) yang mengakibatkan 1 siswa berusia 9 tahun kritis kemudian meninggal setelah dirawat intensif di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Subang. Siswa tersebut meninggal akibat dikeroyok atau mendapat perlakuan bullying oleh kakak kelasnya di salah satu sekolah dasar (SD) di Kecamatan Blanakan, Kabupaten Subang, Jawa Barat.

 

Merespons hal ini, Komisioner Komisi Perlindungan Anak (KPAI) Aries Adi Leksono mengaku sudah melaksanakan mandat berdasarkan Peraturan Kemendikbud untuk membentuk tim khusus yang terlatih guna mencegah dan menangani kekerasan di sektor pendidikan secara efektif.

 

"KPAI mendorong agar tim khusus mandat Permendikbud bisa berjalan efektif, tim ini sudah terlatih mengenai cara perlindungan anak dan pencegahan kekerasan," katanya Kepada NU Online, Jumat (29/11/2024).

 

Ia menyebut langkah membentuk tim khusus ini efektif untuk memutus rantai bullying terhadap anak, memberikan efek jera terhadap pelaku, dan ikut memulihkan korban perundungan. 

 

Menurut Aris, pencegahan dan perlindungan bullying akan semakin berjalan efektif karena KPAI sudah membentuk tim khusus yang terlatih terkait perlindungan anak, kesehatan anak, memahami teknik menjumpai anak yang truma, atau menemui pelaku perundungan.

 

Menurutnya, tim khusus ini paham apa yang harus di lakukan korban agar pulih dan pelaku jera, sehingga penanganan tepat. KPAI juga terus melakukan upaya edukasi pencegahan kekerasan, sosialisasi kepada semua pihak mengenai Bullying. Ia berharap kekerasan terhadap anak bisa diberantas sehingga daya tumbuh kembang anak akan maksimal.

 

Dikutip dari instagram @viralwey, Jumat (29/11/2024) Menurut Sarti, salah satu keluarga korban, ARO sudah mengeluh sakit pada bagian kepalanya dan mengalami muntah-muntah beberapa kali, sebelum tak sadarkan diri.

 

Korban juga sempat bercerita bahwa ia telah dipukuli oleh tiga orang yang diketahui adalah kakak kelasnya, masing-masing berinisial M, D, dan O, yaitu siswa kelas 4 dan kelas 5 di sekolah yang sama.

 

"Kejadiannya pas jam istirahat sekolah, ARO dipalak oleh ketiga kakak kelasnya tersebut, namun ARO tak mau memberikan uang yang diminta oleh kakak kelasnya tersebut, hingga akhirnya ARO dipukuli," ungkap Sarti.

 

Pihak keluarga korban meminta kepada pihak kepolisian untuk mengusut tuntas kasus bullying yang dialami ARO, yang sudah dinyatakan meninggal dunia.

 

"Saya minta diusut tuntas, karena ini menyangkut nyawa. Korban juga mengaku sering dipukuli baik di sekolah maupun saat mengaji," jelasnya.