Daerah

Banser Buleleng Bali Jalan Kaki Ziarah Makam Kiai dan Pendiri NU di Jawa Timur

Kamis, 17 Desember 2020 | 00:30 WIB

Banser Buleleng Bali Jalan Kaki Ziarah Makam Kiai dan Pendiri NU di Jawa Timur

Sulaiman, anggota Banser Kabupaten Buleleng, Bali (kopiah hijau). (Foto: Istimewa)

Jombang, NU Online
Anggota Barisan Ansor Serbaguna (Banser) asal Kabupaten Buleleng, Bali, Sulaiman (33) jalan kaki napak tilas ke sejumlah kiai dan pendiri Nahdlatul Ulama (NU). Ia mulai perjalanannya sejak Jumat (6/12) berangkat dari rumahnya menuju Pondok Pesantren Sukorejo, Kecamatan Asembagus, Kabupaten Situbondo milik Kiai As'ad Syamsul Arifin, Selasa (10/12).
 
Ia menyebut, napak tilas tersebut dilakukan karena nazar yang sebenarnya sudah cukup lama. Tapi baru bisa direalisasikan di penghujung 2020 ini. Sementara rute yang harus ditempuh yaitu makam Kiai As'ad Syamsul Arifin Situbondo, Syaikhona Kholil, Bangkalan, dan kiai serta para pendiri NU di Jombang, Jawa Timur, yaitu KH Romli Tamim Darul Ulum, Rejoso Peterongan, KH Wahab Chasbullah, Tambakberas, KH Bisri Syansuri, Denanyar, dan terakhir Hadratussyekh Hasyim Asy'ari Tebuireng.
 
"Emang niatnya dulu, apabila saya dikasih kesehatan diberikan kelancaran insyaallah saya akan melakukan napak tilas. Tapi niatnya udah dari 2018, cuma waktu itu saya masih belum terlalu yakin karena melihat fisik saya kurang sehat," katanya saat ditemui di Jombang, Rabu (16/12).
 
Namun, belakangan kian yakin bahwa nazar itu harus segera dilaksanakan. Pasalnya ia menganggap sudah mendapat petunjuk saat bermimpi dengan Kiai As'ad Syamsul Arifin dengan pengasuh Pondok Pesantren Sukorejo, Situbondo KHR Ahmad Azaim Ibrahimy.
 
Dalam mimpi tersebut Sulaiman bersama Kiai Ahmad Azaim bertemu KH M Kholil As'ad Syamsul Arifin putra dari Kiai As'ad pengasuh Pondok Pesantren Walisongo, seolah meyakinkan untuk segera melaksanakan nazarnya.
 
"Waktu itu saya dalam mimpi sedang berbaris dengan teman-teman Banser, kaki saya mau disiram. Setelah mimpi itu saya tambah yakin, dan saya niatkan berangkat pada tanggal 10 Desember lalu dari makam beliau Kiai As'ad," jelasnya. 
 
Dari Situbondo kemudian Sulaiman melakukan perjalanan ke makam Syaikhona Kholil Bangkalan, Madura. Di sana ia dibekali tongkat dari Lora Imam, cicit dari Syaikhona Kholil Bangkalan.
 
Ia mengaku, kaki Sulaiman sempat melepuh lantaran rute perjalanannya yang cukup panjang. Namun, dengan tekat dan niat yang gigih hal itu tidak menjadi kendala serius.
 
"Sempat melepuh bengkak juga kaki saya. Namun bisa sembuh saking ngapalnya menjadi keras sendiri," bebernya.
 
Sebelum berangkat, Sulaiman meminta doa restu kepada orang tua dan keluarganya untuk menambahkan semangat dalam perjalanannya. Sebagai warga NU, doa tersebut penting untuk menambah keyakinannya akan keselamatan dirinya sepanjang melakukan perjalanan.
 
"Alhamdulillah. Kalau kendala selama perjalanan tidak ada, yang mungkin memperlambat perjalanan yaitu cuaca saja," ujarnya.
 
Kontributor: Rohmadi
Editor: Syamsul Arifin