Daerah

Beasiswa Putra dan Putri Banser, Awalnya Inisiasi Pribadi, Kini Jadi Program Ansor Jatim

Kamis, 7 November 2024 | 18:00 WIB

Beasiswa Putra dan Putri Banser, Awalnya Inisiasi Pribadi, Kini Jadi Program Ansor Jatim

Penyerahan bantuan beasiswa kepada Nurul Charisatul Hidayah yang diwakili oleh Banser setempat kepada pihak sekolah pada Sabtu (2/11/2024). (Foto: dok. Banser Jatim)

Jakarta, NU Online

Pengurus Wilayah (PW) Ansor Jawa Timur menyalurkan bantuan kepada putri salah seorang Banser yang ditinggal wafat ayahnya. Bantuan ini diberikan untuk Nurul Charisatul Hidayah dan masuk pada tahap ke 44.


Nurul merupakan putri dari almarhum Musthofa, Banser anggota Satuan Koordinasi Kelompok (Satkorkel) Gunungrejo, Singosari, Malang Jawa Timur yang mendapat bantuan beasiswa pada Sabtu (2/11/2024).


Wakil Ketua Pengurus Wilayah Gerakan Pemuda Ansor bidang Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat, Rijal Mumazziq Z mengatakan donasi teraebut merupakan titipan seorang warga dengan inisial MJ yang tinggal di Denmark. Bantuan didonasikan melalui PW GP Ansor Jawa Timur untuk diserahterimakan kepada untuk penerima manfaat oleh Afifudin dan Misbachul Choiri, Penggerak Ansor Singosari 


Ia mengatakan program ini awalnya merupakan inisiatifnya pribadi untuk membantu anak-anak Banser kurang mampu yang ditinggal wafat orang tuanya dan dimulai sejak Mei 2023. Lalu setelah mencapai tahap 43, program ini menjadi program PW GP Ansor Jawa Timur.


"Tujuannya adalah memerhatikan nasib dan pendidikan anak-anak atau putar putri Banser," ujarnya kepada NU Online pada Sabtu (2/11/2024) lalu.


Rektor Institut Agama Al-Falah Assuniyah Kencong Jember ini mengaku, program tersebut mendapatkan sambutan yang positif dari masyarakat Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur saat ia membagikannya di medos. Sebelumnya, jumlah penerima manfaatnya sudah mencapai 42 orang.


Ia menambahkan terkait sumber dana berasal dari donasi aghniya atau donatur. Skema penjaringan calon penerima manfaat dilakukan lewat akun medsos pribadi Rijal. Setelah ada pihak yang mengajukan, selanjutnya ia meminta Kartu Tanda Anggota (KTA) atau sertifikat diklatsar almarhum Banser yang anaknya akan dibantu.


"Kemudian KK, lantas identitas anak yatim yang hendak kita bantu (diminta). Namanya siapa, sekolah di mana dan kemudian nomor HP kepala sekolahnya atau bendahara sekolahan," paparnya.


Setelah itu uang ditransfer kepada sekolahan anak tadi dan serah terima dilakukan oleh anggota Banser setempat atau yang merekomendasikan penerima manfaat.


Hal ini untuk mengantisipasi uang agar tepat sasaran dan dipakai dengan selayaknya. Sebagai bentuk pertanggungjawaban, Rijal meminta Banser tadi mengambil kwitansi serta meminta foto-foto serah terima lalu dikirim kepada donatur dan diunggah ke medsos.


Rijal menjelaskan bahwa penerima manfaat dari program ini seluruhnya berasal dari keluarga Banser tidak mampu. Bantuan ini berkisar antara Rp1 juta hingga 1,8 juta. "Agar putra (dan putri) banser yang yatim ini bisa tenang hidupnya," tegasnya.


Ia menegaskan perlu ada reorientasi terkait kehidupan keluarga Banser yang ditinggal wafat tulang punggung keluarganya setelah selama ini mengabdi kepada Nahdlatul Ulama (NU).


"Makanya saatnya organisasilah yang melakukan feedback atau balas budi terhadap para Banser walaupun sudah alamarhum namun anak-anaknya kita jamin dengan adanya beasiswa," lanjutnya.


Rijal berharap program ini bisa terus berjalan hingga kapanpun mengingat urgensinya. Kabar baiknya, program pribadinya ini diangkat menjadi program resmi GP Ansor Jawa Timur.


"Saya berharap program ini bisa dibawa ke level nasional oleh GP Ansor pusat," pungkasnya


Kabiro Giat Satkoryon Banser Singosari, Mohammad Afifuddin mengungkapkan bahwa ia bersyukur dan mengapresiasi dengan adanya beasiswa bagi putra dan putri anggota Banser yang ditinggal wafat ayahnya.


Menurutnya bantuan tersebut sebagai bentuk sindiran terhadap sesama kader bahwa hubungan yang dibangun seharusnya bukan hanya struktural baik secara vertikal maupun horisontal.


Tapi juga pentingnya organisasi memerhatikan kesejahteraan keluarga kader yang telah meninggal. 


"Mungkin bukan tentang nominalnya, tapi sebagai bentuk perhatian bahwa antarkader ketika berkhidmah. Hubungannya bukan ketika masih hidup saja, tapi ketika sudah meninggal dan meninggalkan putra-putri sudah sepantasnya kita sesama kader memperhatikan," ujar Banser yang melakukan serah terima bantuan secara langsung ini kepada NU Online pada Ahad (3/10/2024).


Ia menegaskan meskipun gerakan ini belum terlalu masif, namun sangat berarti. Ia mendukung program ini karena sangat membantu penerima manfaat.


"Kami berharap bahwa PW GP Ansor menyejahterakan kader dan keluarganya dalam berbagai hal misal pendidikan putra-putrinya atau kondisi perekonomiannya," harapnya.


Ia mengungkapkan saat ini kader Ansor telah totalitas dalam berkhidmah dengan penuh keikhlasan dan menyambut baik setiap program dari pengurus pusat.


Sembari berefleksi pria yang akrab disapa Afif ini mengatakan, program tersebut menjadi sindiran halus atas kurangnya sambung rasa antarkader yang hidup dan yang telah meninggal. Misalnya lewat doa berasma dan tahlilan.


"Ini merupakan sindiran yang menggugah dan memotivasi kita bahwa ingat jasa-jasa beliau (kader Ansor dan Banser yang telah meninggal) meskipun tidak dikenal setidaknya bagian dari NU, Ansor dan Banser," pungkasnya.