Cerita Relawan Evakuasi Warga dengan Perahu Rusak di Padang Pariaman
NU Online · Senin, 1 Desember 2025 | 20:30 WIB
Banjir bandang dan tanah longsor menerjang Sumatra (Aceh, Sumut, dan Sumbar). (Foto: dok istimewa/Tgk Kemal Fasya)
Ayu Lestari
Kontributor
Jakarta, NU Online
Syahrul Mubarak, relawan asal Kabupaten Padang Pariaman, Sumatra Barat, menceritakan kondisi evakuasi warga yang dilakukan secara darurat di Nagari Ulakan. Ia bergabung bersama Bareska Pramuka untuk mengevakuasi warga karena tidak ada tim BPBD yang hadir di lokasi.
“Mereka membawa perahu yang sudah rusak, tanpa lantai, untuk melakukan evakuasi masyarakat,” ujar Syahrul kepada NU Online, Senin (1/12/2025).
Ia menjelaskan bahwa ketinggian air bervariasi, namun tantangan terbesar adalah derasnya arus yang membuat perahu karet sulit dikendalikan. “Laju perahu kami susah, sehingga perahu harus didorong untuk menjemput warga yang dievakuasi,” tambahnya.
Pada malam hari, proses evakuasi semakin berat karena listrik padam dan hujan terus mengguyur. Meski demikian, Syahrul dan tim Pramuka tetap melanjutkan operasi. Ia juga sempat mengevakuasi rumah saudaranya yang terendam banjir.
“Saudara perempuan saya punya tiga anak kecil, jadi saya evakuasi ke rumah orang tua,” ungkapnya.
Logistik Terbatas, Posko Kesehatan Tidak Ada
Untuk mencukupi kebutuhan warga, Syahrul berkoordinasi dengan Ketua Pramuka Kabupaten Padang Pariaman untuk melakukan penggalangan dana. Beberapa hari kemudian bantuan dari para dermawan mulai berdatangan.
“Namun masyarakat terdampak lebih dari 2.000 jiwa, sehingga logistik tetap tidak mencukupi. Sudah dibantu juga oleh Dinas Sosial,” jelasnya.
Keterbatasan juga terjadi pada layanan kesehatan. Posko kesehatan tidak tersedia di posko utama, sementara posko kesehatan terdekat berada di nagari lain yang juga terendam banjir.
“Untuk menuju posko kesehatan tidak memungkinkan. Warga hanya berobat mandiri ke sanak saudaranya. Setelah banjir surut barulah dibuka posko kesehatan di nagari kami,” kata mantan Ketua DKC Pramuka Padang Pariaman itu.
Karena pengalamannya, Syahrul menginstruksikan penggalangan dana kepada pengurus Kwarcab Pramuka Padang Pariaman. “Alhamdulillah beberapa bantuan berupa sembako dan nasi bungkus berdatangan,” imbuhnya.
Namun ia menyayangkan belum terlihatnya bantuan struktural dari PWNU Sumatera Barat. “Saya tidak tahu bagaimana perkembangannya. Karena saya di lapangan tidak menemukan bantuan dari kelembagaan NU secara struktural,” katanya. Meski demikian, Syahrul tetap berharap PBNU dapat memberikan dukungan bagi warga terdampak.
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Kerusakan Alam dan Lalainya Pemangku Kebijakan
2
Khutbah Jumat: Mari Tumbuhkan Empati terhadap Korban Bencana
3
Pesantren Tebuireng Undang Mustasyar, Syuriyah, dan Tanfidziyah PBNU untuk Bersilaturahmi
4
20 Lembaga dan Banom PBNU Nyatakan Sikap terkait Persoalan di PBNU
5
Gus Yahya Persilakan Tempuh Jalur Hukum terkait Dugaan TPPU
6
Khutbah Jumat: Mencegah Krisis Iklim dengan Langkah Sederhana
Terkini
Lihat Semua