Jakarta, NU Online
Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (Unusia) baru saja mewisuda 267 mahasiswanya di Kampus Unusia Parung, Bogor, Jawa Barat pada Sabtu (14/12).
Dekan Fakultas Agama Islam (FAI) Dede Setyawan berpesan agar seluruh alumni Unusia dapat senantiasa mengamalkan amaliah Nahdliyah di tengah masyarakat.
Pasalnya, hal itulah yang ditekankan oleh Unusia kepada mahasiswanya baik dalam pembelajaran di kelas maupun dalam bentuk kegiatan di luar kelas.
Di dalam kelas, para mahasiswa menerima materi tentang ke-NU-an, baik dilihat dari sejarahnya, pergerakannya, dan berbagai macam hal lain yang berkaitan dengannya.
Sementara itu, mereka juga di luar kelas selalu melaksanakan amaliah Nahdliyah berupa aurad, rawatib, manaqib, mawalid, hizib, dan istighatsah yang diakronimkan menjadi 'Arum Manis'.
Saban bulan, kata Dede, mereka melaksanakan Arum Manis di kampus masing-masing, baik di Parung, Bogor Jawa Barat; Kedoya, Jakarta Barat; ataupun di Matraman, Jakarta Pusat.
"Setiap bulan ada manaqib bulanan di setiap kampus," katanya saat ditemui usai Rapat Senat Terbuka Wisuda Diploma, Sarjana, dan Magister di Kampus Unusia Parung, Bogor, Jawa Barat, Sabtu (14/12).
Dede juga mengingatkan bahwa usai purna studi inilah justru bakal menghadapi tantangan yang lebih berat lagi. "Boleh lulus di kampus kita, tapi tantangan berat adalah di masyarakat," ujar alumnus Pondok Pesantren Cipasung, Tasikmalaya, Jawa Barat itu.
Ia juga berharap agar segala ilmu yang diperoleh oleh seluruh mahasiswa Unusia dapat memberikan manfaat dan keberkahan serta mengantarkan mereka menuju keselamatan dan kesuksesan.
Sementara itu, Ahmad Fuad Al-Basith, salah satu wisudawan, mengungkapkan kegembiraannya dapat merampungkan studinya di Program Studi Ahwal al-Syakhsiyah.
Baginya, belajar di Unusia memberikan arti tersendiri karena memiliki ciri khas dengan tetap memperhatikan dan mempertahankan literatur klasik sebagai referensi studi.
"Belajar di Unusia memiliki ciri khas dalam pembelajarannya itu dia masih seperti pesantren dalam arti menggunakan referensi klasik," katanya.
Pewarta: Syakir NF
Editor: Kendi Setiawan