Makassar, NU Online
Fatayat Nahdatul Ulama (NU) Kota Makassar, Sulawesi Selatan berupaya memasifkan kajian keislaman yang moderat sampai di Pimpinan Anak Cabang (PAC) Fatayat NU atau tingkat kecamatan dengan mengajak masyarakat milenial. Hal ini dilakukan untuk mencegah doktrin-doktrin radikalisme yang mengancam persatuan dan kesatuan bangsa.
Hal ini disampaikan Ketua Fatayat NU Kota Makassar, Mutmainnah Syam dalam seminar bertajuk 'Perempuan dalam Pusaran Terorisme dari Korban Menjadi Aktor' di Hotel La Macca, Kota Makassar, Ahad (18/4) malam.
Menurut Mutmainnah kajian ini menjadi respons atas kejadian aksi teror bom di Gereja Katedral Makassar yang melibatkan dua pelaku bom bunuh diri dari kalangan milenial. Satu di antaranya seorang perempuan.
Aktivis perempuan ini berharap aksi perempuan pelaku bom bunuh diri menjadi kasus terakhir. Untuk itu, ke depan kata dia akan mengedukasi generasi milenial dengan penguatan pengetahuan Islam moderat.
"Ke depannya kami dari Fatayat NU Kota Makassar akan lebih mengedukasi pemuda-pemudi Kota Makassar agar tidak mudah terdoktrin paham radikal" ujar Inna, sapaan akrab aktivis Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Kota Makassar ini.
Agar pemahaman Islam moderat masif di kalangan milenial, pihaknya akan bergerak ke tingkat kecamatan melalui PAC Fatayat NU untuk menyebarkan kajian Islam rahmatan lil al-amin atau Islam moderat.
Sementara itu, Ketua Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Sulawesi Selatan (Sulsel), Muammar Muhammad Bakry mengatakan, untuk mencegah perkembangan doktrin radikalisme, masyarakat harus diberikan pemahaman keagamaan yang benar.
"Ini penting dilakukan agar mampu meminimalisir masyarakat mudah terdoktrin paham radikal," jelas Dekan Fakultas Syariah dan Hukum (FSH) UIN Alauddin Makassar itu dalam paparan menterinya.
Pada kesempatan yang sama, Ketua Lembaga Ta'lif wan Nasyr Nahdlatul Ulama (LTNNU) Sulsel, Syamsurijal Ad'han mendorong kelompok moderat untuk aktif melakukan pendidikan moderasi beragama ke berbagai segmen masyarakat.
Karena menurutnya, aksis teror terjadi karena banyaknya masyarakat yang memaknai agama kurang tepat. Mereka memaknai bahwa jihad misalnya, hanya sebatas perang, membunuh orang karena dianggapnya mereka kafir.
"Pandangan ini lalu disebar dengan berbagai cara, termasuk melalui media sosial. Karena itulah saya berharap kelompok Islam moderat yang sebenarnya mayoritas, harus merebut kembali makna Islam yang sejati, sebagai agama rahmatan lil alamin," tuturnya.
Karena itu, kelompok-kelompok Islam moderat, seperti NU, Muhammadiyah, dan seluruh lembaganya harus terus mengkampanyekan ajaran-ajarannya di tengah masyarakat.
"Kelompok moderat ini perlu terus aktif melakukan pendidikan moderasi beragama ke berbagai segmen masyarakat," pungkas Ijal, sapaan akrab pria asal Bulukumba itu.
Kontributor: Ridwan
Editor: Syamsul Arifin