Daerah

Film 'Bumi itu Bulat' Digandrungi Warga Jombang

Ahad, 14 April 2019 | 09:30 WIB

Jombang, NU Online
Baru-baru ini, Pimpinan Cabang (PC) Gerakan Pemuda (GP) Ansor Jombang, Jawa Timur menggelar nonton bareng (nobar) film 'Bumi Itu Bulat' di Gedung Bioskop NSC Mall Linggar Jati, Ringin Contong, Jombang.

Sebanyak 166 kursi yang disediakan ludes. Para penonton terdiri dari berbagai kalangan, mulai anak muda, para aktivis organisasi, lintas agama atau keyakinan, kader Ansor, Banser, badan otonom (Banom) NU yang lain hingga masyarakat umum.

Ketua PC GP Ansor Jombang, H Zulfikar Damam Ikhwanto memaparkan, film hasil kerja sama produser Robert Ronny dan GP Ansor yang digarap secara profesional itu diminati masyarakat Jombang. Film yang bercerita tentang islam eksklusif di kalangan anak muda di perguruan tinggi mendapat sambutan yang luas dari berbagai kelompok masyarakat di kota santri tersebut. 

"Film ini pun berkaitan dengan keberadaan orang tua yang kebetulan sebagai aktivis Banser," katanya kepada NU Online, Ahad (14/4).

Adegan-adegan yang ditayangkan dalam film tersebut menurutnya adalah realita kehidupan di kampus pada dua dasawarsa terakhir. Adanya fenomena keberagamaan atau sebut saja aktivitas kerohanian Islam yang mengedepankan eksklusivisme, anti kebinekaan, dan menganggap kebenaran hanya milik pribadi dan kelompoknya saja. 

"Bahkan menganggap sistem pemerintahan sekarang ada adalah bagian dari sistem toghut, sistem kafir, tidak Islami, hingga wajib diperangi, wajib dilawan apapun dan bagaimanapun caranya," ujarnya.

Sehingga, lanjut dia, ujungnya, landasan Ideologi Pancasila dan Konstitusional UUD 1945 selalu dikatakan tidak sesuai dengan syariat Islam, layak untuk ditumbangkan. 

Padahal menurut pria yang kerap disapa Gus Antok ini, jika mendalami seluruh isi dari Pancasila itu sendiri sungguh sangat bersesuaian dengan ajaran Islam, bahkan juga semua agama yang ada di NKRI ini.

"Bukankah Pancasila dirumuskan berdasarkan akar budaya bangsa kita sendiri. Makanya kemudian dijadikan sebagai panduan dalam hidup berbangsa dan negara," jelasnya.

Peristiwa sebagaimana tersebut di atas, menurut kacamata dia, hampir secara masif mempengaruhi pemikiran anak muda para mahasiswa kita di kampus atau perguruan tinggi di Indonesia. 

"Sehingga tidak heran puluhan persen dari para mahasiswa ini terpapar paham radikal yang mengatasnamakan agama Islam sebagaimana ciri telah diungkap di atas tadi. Ini suatu persoalan yang semestinya dibutuhkan solusi sesegera mungkin," pungkasnya. (Syamsul Arifin/Ahmad Rozali)