Ilustrasi: Guru sebagai pengajar sekaligus sebagai pendidik memberikan pengetahuan dan mendisiplinkan murid. Guru bukanlah sebagai pekerja, tetapi profesi. (Foto: Freepik)
Helmi Abu Bakar
Kontributor
Pidie, NU Online
Guru menjadi sosok penting dalam mendukung perkembangan bangsa maupun sumber daya manusia. Guru sebagai pengajar sekaligus sebagai pendidik yang memberikan pengetahuan dan mendisiplinkan murid. Semua yang dilakukan guru demi kepentingan murid. Karena itu, guru bukanlah sebagai pekerja, tetapi profesi.
Ketua Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) Pidie, Aceh, Tgk Nanda Saputra mengatakan hal itu terkait Hari Guru Nasional (HGN) 2023.
"Guru adalah sebuah profesi yang sangat mulia, karena tugas dari guru ialah mentransferkan ilmu pengetahuan yang mereka punya kepada anak didiknya,'' ungkapnya kepada NU Online, Sabtu (25/11/2023).
Baca Juga
Menjadi Guru Idaman Siswa di Era Digital
Menurut pria yang akrab disapa Gus Nanda itu, dalam momentum memperingati HGN, harus diingat lagi bahwa tugas dari guru juga membagi pengalaman-pengalamannya yang berharga, maupun penanaman nilai budaya, moral, dan agama. Guru juga bertugas sebagai motivator.
Kandidat doktor Universitas Sebelas Maret itu menjelaskan sosok guru adalah cerminan pribadi yang mulia bagi anak didik karena guru merupakan uswatun hasanah. Oleh karen itu, guru harus menjadi teladan. "Kepribadian guru adalah cerminan pribadi yang dinamis, keduanya berada dalam proses interaksi edukatif dalam pembinaan pribadi-pribadi paripurna," ujarnya.
Subtansi seorang guru menurutnya merupakan orang yang telah mendidik dan memberikan ilmu kepada anak didik walaupun satu huruf. Terkadang ada sebagian orang mengartikan guru yang layak dihormati mereka yang mengajari ilmu agama dan selain itu bukanlah guru yang layak dihormati dan disegani.
''Tentu saja ini pemahaman yang keliru dan guru itu tidak dibedakan kepada jenis ilmu yang diajari namun apa pun yang diajari dalam kebaikan meskipun satu huruf dialah sosok guru,'' ujarnya.
Guru yang pernah mengajar di Dayah NURA Sigli itu menceritakan dahulu ada seorang ulama yang disegani bahkan oleh penguasa pada ketika itu. Ia adalah Imam Fakhruddin Al-Arsabandi. Dalam ketenarannya ia mengungkapkan sebuah rahasia atas rahmat Allah yang luar biasa yang didapatkannya. "Aku mendapatkan kedudukan yang mulia ini karena berkhidmat (melayani) guruku" ujar sang imam.
Menurut Gus Nanda, khidmat yang diberikan kepada gurunya sungguh luar biasa.
''Gurunya Imam Abu Zaid Ad-Dabusi benar-benar dilayaninya bak seorang budak kepada majikan, ia pernah memasakkan makanan untuk gurunya selama 30 tahun tanpa sedikit pun mencicipi makanan yang disajikannya. Begitulah cara pandang orang-orang terdahulu mendapatkan keberkatan ilmu dari memuliakan gurunya. Mencintai ilmu berarti mencintai orang yang menjadi sumber ilmu. Menghormati ilmu harus menghormati pula orang yang memberi ilmu,'' paparnya.
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Gambaran Orang yang Bangkrut di Akhirat
2
Khutbah Jumat: Menjaga Nilai-Nilai Islam di Tengah Perubahan Zaman
3
Khutbah Jumat: Tolong-Menolong dalam Kebaikan, Bukan Kemaksiatan
4
Khutbah Jumat: 2 Makna Berdoa kepada Allah
5
Khutbah Jumat: Membangun Generasi Kuat dengan Manajemen Keuangan yang Baik
6
Rohaniawan Muslim dan Akselerasi Penyebaran Islam di Amerika
Terkini
Lihat Semua