Daerah

Guru Favorit MA Walisongo Tutup Usia

Senin, 7 Januari 2013 | 04:43 WIB

Jepara, NU Online
Salah satu guru favorit di lingkungan MA Walisongo Pecangaan, Alexander Mongot Jaya, Ahad pagi (6/1) sekitar pukul 04.30 WIB menghembuskan nafas terakhir di rumah duka desa Troso kecamatan Pecangaan. Alexander Mongot Jaya yang merupakan nama populer dari Agus Siswanto meninggal dalam usia 30 tahun. 

<>

Sejak pagi setelah kabar duka datang dari shohibul musibah seketika siswa, karyawan, guru dan teman mengungkapkan ucapan bela sungkawa kepada salah satu tokoh idolanya melalui jejaring sosial facebook dan seluler. Pemberitahuan yang sangat singkat tersebut mengundang empati penggemarnya untuk mengantarkan jenazahnya ke peristirahatan yang terakhir. 

Almarhum dishalatkan di masjid Al-Muttaqin desa Rengging dan dikebumikan di makam di kampung yang sama.

Pada NU Online, Rif’ul Mazid Maulana siswa kelas XII IPA mengaku sangat kehilangan sesosok guru nan istimewa baginya. “Bagi saya pak Mongot merupakan sosok yang istimewa. Ia adalah sosok yang penuh semangat dan pantang menyerah. Hal yang saya ingat-ingat tentang dia yakni sangat menghargai dan tidak pernah membeda-bedakan status. Ia adalah pendidik yang memiliki metode yang sangat unik,” paparnya saat dihubungi via telepon. 

Hal serupa disampaikan Ahmad Zakis Surur, alumnus tahun 2003 yang turut mengikuti takziyah. Menurutnya Mongot merupakan guru yang mempunyai kemampuan kompleks. Cara mengajarnya santai tetapi pasti, profesional dan sangat mudah dipahami. “Sehingga saat diajar pak Agus siswa akan mengikuti pelajaran bukan karena paksaan melainkan dengan hati,” jelas Zakis.

Kerabat lain, Irbab Aulia Amri memaparkan Agus merupakan sosok yang memiliki prinsip hidup yang dipegang hingga akhir hayat. Bicara tentang prestasi akademik, terang Irbab ia selalu berprestasi terbukti titel Sarjana Pendidikan (S.Pd) dari Universitas Muria Kudus (UMK) memperoleh IPK 3.9.

Saat ditemui di madrasah Drs Rohmadi selaku kepala MA Walisongo mengungkapkan Agus merupakan sosok yang mandiri. Sewaktu ia masih menjadi siswa tidak ada masalah dalam hal kedisiplinan.

Rohmadi mempunyai kisah tentang almarhum saat ia masih duduk di kelas XI, dulu kelas 2 MA. Ia mengisahkan saat kegiatan Ramadhan yang diwajibkan bagi semua peserta didik dan harus diikuti hingga rampung dirinya tidak masuk 1 bulan penuh. Waktu itu Mongot dihukum untuk mengarang 2 halaman diatas kertas folio.

“Dalam karangannya ia tidak masuk sekolah selama Ramadhan karena ia bekerja, nglembur untuk membiayai sekolah, hadiah adik-adiknya dan untuk membeli penganan saat hari raya,” terangnya sembari terharu. 

Pada seorang alumnus 2004, Isnaini Nur Hidayati almahrum pernah berpesan. “Walaupun nyawa telah dicabut. Aku akan tetap hidup dengan karya-karyaku.” Begitu pesan yang disampaikan kepada Isna 2 tahun saat ia bersilaturrahim ke rumahnya. 

Almarhum sejak 2005 telah menulis beberapa buku bahasa Inggris diantaranya English Smart Book for English Test, Genre in Use, Listening Hand Book, be Smart to Final Examination dan English Revolution yang telah diterbitkan hingga 5 edisi. 

Redaktur     : Hamzah Sahal
Kontributor : Syaiful Mustaqim