Daerah

Gus Yusuf Chudlori Dorong Guru PAI Seimbangkan Akidah dan Toleransi

Senin, 29 November 2021 | 14:00 WIB

Gus Yusuf Chudlori Dorong Guru PAI Seimbangkan Akidah dan Toleransi

Pengasuh Asrama Perguruan Islam (API) Tegalrejo, Magelang, Jawa Tengah KH Yusuf Chudlori. (Foto: Erik Alga Lesmana)

Yogyakarta, NU Online
Pengasuh Asrama Perguruan Islam (API) Tegalrejo, Magelang, Jawa Tengah KH Yusuf Chudlori meminta kepada para guru untuk menyampaikan kepada peserta didik bahwa agama Islam yang dianut ini adalah agama penuh kedamaian. Menurutnya, para guru memerlukan bahasa yang lebih sederhana agar pesan yang disampaikan bisa diterima oleh peserta didik.

 

“Islam itu agama penuh kedamaian. Kalau kamu berislam bukan berarti kamu harus bermusuhan. Islam itu agama yang ramah bukan agama marah-marah. Bahasa-bahasa sederhana seperti itu bisa lebih diterima oleh anak-anak,” ujar Gus Yusuf saat mengisi materi Peningkatan Kapasitas Moderasi Beragama Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) tingkat SMA/SMK, di Favehotel Kusumanegara, Kota Yogyakarta, Sabtu (27/11/2021).

 


Gus Yusuf meminta kepada para guru untuk menjelaskan kepada para peserta didik tentang hidup rukun dan damai di manapun berada serta tidak mengikuti ajaran yang membawa kebencian terhadap sesama. Menurutnya, Hal itu menjadi modal dasar agar terhindar dari gesekan yang menimbulkan permusuhan.

 

“Minimal satu, bagaimana kita hidup berdampingan dengan damai. Makanya anak-anak kita itu jangan ikut ajaran yang sering menghujat dan mencaci maki,” ujar Gus Yusuf dalam Kegiatan yang terselenggara atas kerja sama Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Santri Nusantara (P3SN) dengan Direktorat PAI Kemenag RI ini.

 

Lebih lanjut Gus Yusuf menjelaskan tentang pernyataan semua agama itu benar. Menurutnya, hal itu masih koma dan belum titik. Maka harus dilanjutkan bahwa agama itu benar menurut pemeluknya masing-masing. Ia meminta agar para guru bisa menjelaskan itu secara utuh agar tidak salah paham.

 

Nahnu ashḫabul haq, bahwa kita ini pemegang kebenaran. Itu harus disampaikan kepada anak-anak. Paling benar menurut kita, tapi belum tentu menurut tetangga kita yang non-muslim,” ujarnya.

 

Gus Yusuf menjelaskan bahwa Islam itu agama yang paling benar. Itu yang harus diyakini bersama. Tetapi, kata dia, peserta didik juga harus mampu menghargai ketika ada tetangga yang mempunyai keyakinan berbeda.

 

“Ketika kita di dalam rumah atau di dalam pesantren, kita harus militan bahwa Islam adalah agama yang paling benar. Islam adalah hidup matiku. Sekali lagi harus, itu ketika kita di dalam rumah. Tetapi ketika kita sudah keluar rumah, ini Indonesia. Kita harus ingat bahwa tetangga kita ada yang Nasrani, Budha, Hindu dan lainnya,” tegasnya.

 

Jadi, menurut Gus Yusuf, militan dan fanatik itu ke dalam. Tetapi ketika keluar harus nasionalis. Karena hidup di Indonesia harus memahami bahwa di luar sana banyak keberagaman, baik itu agama, bahasa, budaya dan lainnya.

 

“Kita ini seratus persen muslim, seratus persen NKRI. Jangan setengah-setengah. Ini memang harus seiring dengan pemahaman agama dan pemahaman akidah. Kalau kita hanya ngomong toleransi nanti anaknya tidak mengerti aqa’id, gak ngaji tauhid ya ambyar toleransinya,” jelasnya.

 

Untuk itu, Gus Yusuf mendorong kepada para Guru PAI untuk mampu menyeimbangkan antara ajaran akidah dan toleransi karena keduanya sangat penting dimiliki oleh para peserta didik.

 

Kontributor: Erik Alga Lesmana
Editor: Aiz Luthfi