Halaqah RMI Putri Se-Jateng Gali Peranan Bu Nyai Majukan Pesantren
Selasa, 14 Januari 2020 | 05:30 WIB
Halaqah RMINU Putri se-Jateng di Pesantren Anwarush Sholihin, Teluk, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah
Abdul Rahman Ahdori
Kontributor
Selain itu, Halaqah RMI Putri se-Jawa Tengah tersebut dilakukan sebagai rangkaian kegiatan Naharul Ijtima yaitu pertemuan ulama NU baik struktural maupun kultural untuk seluruh kiai di Jawa Tengah. Hadir sebagai peserta halaqah 80 Bu Nyai RMI Putri Banyumas, RMI Putri Cilacap, RMI Putri Purbalingga, dan RMI Putri Banjarnegara.
Seorang Pengurus RMINU Jawa Tengah yang menjadi fasilitator Halaqah, Gus Abu Khoir, mengatakan kegiatan semata untuk menjaga eksistensi pesantren melalui peranan Bu Nyai. Menurut dia, selama ini RMI sebagai lembaga yang fokus mengembangkan pesantren-pesantren NU identik dengan kiai atau ulama laki-laki.
Padahal, lanjutnya, dalam realitas sosial peranan perempuan sangat besar, itu dapat dibuktikan dari banyaknya pesantren yang hanya menerima santriawati. Belum lagi pesantren yang hanya di asuh oleh Bu Nyai tanpa ada peranan seorang ulama laki-laki.
“Terlebih lagi, pengelolaan pesantren putri dan pendidikan santri putri memiliki kerumitan tersendiri. Dari segi fasilitas, kurikulum maupun terkait dengan perkembangan psikologis santri putri,” kata Gus Abu Khoir.
Dia mencontohkan, dalam hal pengelolaan, kebutuhan air santri putri jauh lebih banyak dengan santri putra. Kemudian, persoalan sampah santri putri yang beberapa diantaranya adalah jenis sampah yang tidak ramah lingkungan.
Paling penting, soal pendampingan santri putri yang secara psikologis memiliki kerumitan tersendiri dan hanya bisa dilakukan oleh para Bu Nyai.
Di tempat yang sama, Fasilitator Halaqah yang lain, Ning Umnia mengatakan, kegiatan sebagai langkah progresif RMINU di Jawa Tengah. Menurutnya, peranan Bu Nyai bukan saja sebagai menejer keuangan pesantren, tetapi hampir seluruh keberadaan pesantren secara bergantung kepada Bu Nyai.
“Bu nyai semacam super women yang bukan saja menjadi pendamping kyai tetapi pemimpin di Pesantrennya,” tuturnya.
Setelah kegiatan halaqoh selesai, puluhan Bu Nyai bergabung dengan para kiai dan masyarakat umum untuk mengikuti kegiatan naharul Ijtimak yang diselenggarakan seusai shalat duhur.
Kegiatan naharul ijtimak dihadiri langsung Wakil Gubernur Jawa Tengah, Taj Yasin Maimoen, Rais Syuriah PWNU Jawa Tengah, KH Ubaidillah Shodaqoh. Kegiatan ditutup dengan deklarasi bersama ulama dan umara membangun gerakan kebangsaan untuk kemaslahatan umat.
Pewarta: Abdul Rahman Ahdori
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Gambaran Orang yang Bangkrut di Akhirat
2
Khutbah Jumat: Menjaga Nilai-Nilai Islam di Tengah Perubahan Zaman
3
Khutbah Jumat: Tolong-Menolong dalam Kebaikan, Bukan Kemaksiatan
4
Khutbah Jumat: 2 Makna Berdoa kepada Allah
5
Khutbah Jumat: Membangun Generasi Kuat dengan Manajemen Keuangan yang Baik
6
250 Santri Ikuti OSN Zona Jateng-DIY di Temanggung Jelang 100 Tahun Pesantren Al-Falah Ploso
Terkini
Lihat Semua