Pamekasan, NU Online
Hari Santri Nasional (HSN) dan Resolusi Jihad tak ubahnya dua sisi mata uang, keduanya saling berkait dan tak terpisahkan.
Demikian ditegaskan Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Pamekasan, KH Taufik Hasyim, saat memberikan sambutan dalam pembukaan peringatan Hari Santri Nasional (HSN) di Lantai II Aula PCNU Pamekasan, Senin (15/10) yang dihadiri Bupati dan ribuan nahdliyin.
"Tanpa adanya Resolusi Jihad dari KH Hasyim Asy'ari, pertempuran 10 November di Surabaya tidak akan pernah terjadi, dan Hari Santri yang telah ditetapkan berasal dari peristiwa resolusi jihad," urainya.
HSN ini, terang Kiai Taufik, merupakan penghargaan terhadap Nahdlatul Ulama oleh pemerintah, meskipun itu tidak imbang dengan perjuangan ulama dan kiai dalam mengusir penjajah.
Pengasuh Pesantren Bustanul Ulum Sumber Anom, Angsanah, Palengaan, Pamekasan tersebut menegaskan, Resolusi Jihad bermula dari munculnya fatwa Resolusi Jihad dari Muassis Nahdlatul Ulama, KH Hasyim Asy'ari.
"Saya berani mengatakan, tanpa ada resolusi jihad, tanpa ada fatwa jihad dari KH Hasyim Asy'ari, tidak akan pernah ada pertempuran 10 November itu," ungkapnya.
Pertempuran tersebut, tegasnya, adalah wujud nyata keberanian NU dan bangsa Indonesia untuk berjuang mempertahankan harga diri, meskipun nyawa jadi taruhannya.
"Kita kirimi fatihah dan doakan semoga beliau-beliau yang wafat di medan perjuangan masuk surga tanpa hisab. Semoga kita juga bisa merawat negeri ini lewat pengabdian pada Nahdlatul Ulama," tukasnya. (Hairul Anam/Muiz)