Syaifullah Ibnu Nawawi
Kontributor
Malang, NU Online
Perlu diketahui bahwa setiap tanggal 24 Oktober diperingati sebagai Hari Dokter Nasional. Sedangkan tema peringatan tahun ini adalah 'Berbakti untuk Negeri, Mengabdi untuk Rakyat'.
Terkait profesi dokter, banyak kalangan yang merasa skeptis anak dan keluarganya bisa sampai di level tersebut. Bayangan kuliah dengan biaya mahal, memiliki keserdasan lebih, keahlian khusus dan sejenisnya menghantui sehingga kebanyakan mengurungkan niat untuk kuliah di fakultas kedokteran dan akhirnya menjadi dokter.
“Anggapan seperti itu tidak seluruhnya benar,” kata dokter Syifa Mustika kepada NU Online suatu ketika.
Ketua Pengurus Cabang (PC) Lembaga Kesehatan Nahdlatul Ulama (LKNU) Kota Malang, Jawa Timur tersebut menjelaskan lebih lanjut. Bahwa untuk dapat sampai menjadi dokter, ada sejumlah hal yang hendaknya diperhatikan.
“Yang pertama adalah memang harus cerdas dan pintar,” kata dosen Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang ini.
Dengan demikian, mereka yang berstatus sebagai siswa utamanya kelas XII dan memiliki kecerdasan dalam mata pelajaran eksakta memiliki peluang besar. Karena kemampuan itulah yang lebih dominan saat akan kuliah di fakultas kedokteran.
Karenanya, dokter Syifa menyarankan para pelajar termasuk di dalamnya kader Nahdlatul Ulama untuk menguasai pelajaran dimaksud dengan baik. “Kuncinya memang di penguasaan pelajaran eksakta tersebut,” tegas perempuan kelahiran Banyuwangi ini.
Bagaimana dengan anggapan bahwa kuliah di fakultas kedokteran biayanya mahal? Dokter spesialis penyakit dalam ini memberikan penjelasan lebih lanjut.
“Kalau kuliah kedokteran di kampus swasta memang mahal. Namun di perguruan tinggi negeri masih terjangkau,” kilahnya.
Oleh sebab itu, sekali lagi dirinya tetap menyarankan mereka yang memiliki kelebihan di pelajaran eksakta untuk tetap mencoba mendaftar di fakultas kedokteran, khususnya kampus negeri. Apalagi di sejumlah perguruan tinggi negeri banyak beasiswa yang dapat diperebutkan, sehingga keluhan bahwa kuliah di fakultas kedokteran berbiaya tinggi bisa ditepis.
”Kuncinya ya itu, lolos seleksi tentunya dengan kemampuan bidang studi yang menunjang,” terang ibu dua anak ini.
Dirinya memastikan bahwa kuliah di fakultas kedokteran sebagai pintu masuk agar kelak menjadi dokter hendaknya tidak dihantui soal biaya. Karena hal tersebut sejatinya tidak seperti yang dibayangkan banyak kalangan.
“Intinya, jangan takut soal biaya,” tegas dokter spesialis penyakit dalam di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Syaiful Anwar, Malang ini.
Dokter Syifa juga mengemukakan bahwa peluang untuk menjadi dokter sangat terbuka luas. Apalagi mereka yang akan lanjut ke jenjang spesialis, maka kesempatan tersebut terbuka demikian lebar. Belum lagi di banyak kabupaten dan kota di Tanah Air, kebutuhan terhadap dokter spesialis demikian tinggi.
Di ujung keterangan, dokter Syifa menyarankan para dokter menghindari untuk bercita-cita menjadi pegawai negeri. Karena, kesempatan berkarier di rumah sakit swasta dan tempat pengabdian lain juga terbuka luas.
“Hindari mindset harus menjadi Aparatur Sipil Negara atau ASN, karena kesempatan memiliki pengabdian cemerlang tidak hanya ada di situ,” ungkapnya.
Hingga kini, banyak layanan kesehatan yang membutuhkan dokter yang memang mempunyai dedikasi tinggi dan fokus. Hal tersebut tentu saja dimiliki dokter yang tidak berstatus sebagai pejabat negara.
“Justru kesempatan mengembangkan diri dengan khidmah yang lebih luas bukan sebagai ASN,” tandasnya.
Karenanya, dokter Syifa sangat mendorong pelajar Nahdliyin untuk dapat menjemput peluang dengan menjadi dokter. Syaratnya adalah memiliki kecerdasan lebih dan tidak takut soal biaya kuliah.
Menurutnya, saat menjadi dokter akan banyak kesempatan untuk mengabdi kepada kemanusiaan seperti khidmah yang dilakukan para ulama dan kiai serta aktivis NU. Hal tersebut sebagaimana dirasakan dan lakukan saat ini.
Sejumlah khidmah telah dilakukan termasuk menjadi Koordinator Satgas Covid-19 dan kini memandegani Posko Crisis Center untuk tragedi Stadion Kanjuruhan. Jaringan dokter, tenaga kesehatan hingga relawan yang solid telah dimiliki. Sehingga dokter Syifa dengan mudah dapat meminta mereka untuk terlibat dalam aksi kemanusiaan secara cepat.
“Alhamdulillah tim kami solid dan siap saat dibutuhkan kapan saja,” pungkasnya.
Kontributor: Syaifullah Ibnu Nawawi
Editor: Syamsul Arifin
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Gambaran Orang yang Bangkrut di Akhirat
2
Khutbah Jumat: Menjaga Nilai-Nilai Islam di Tengah Perubahan Zaman
3
Khutbah Jumat: Tolong-Menolong dalam Kebaikan, Bukan Kemaksiatan
4
Khutbah Jumat: 2 Makna Berdoa kepada Allah
5
Hukum Pakai Mukena Bermotif dan Warna-Warni dalam Shalat
6
Khutbah Jumat: Membangun Generasi Kuat dengan Manajemen Keuangan yang Baik
Terkini
Lihat Semua