Jakarta, NU Online
Ikatan Keluarga Alumni Muda Baitul Arqom (IKAMBA) menggelar lomba cipta esai dan puisi dalam rangka peringatan hari lahirnya yang keempat. Naskah lomba masuk dari berbagai daerah dan pesantren, juga kalangan perguruan tinggi.
Setelah dinilai oleh dewan juri, juara 1 pertama diraih esai Santri Mobile: Wahana Dakwah Para Santri Era Millenial Berbasis Digital buah karya Firdan Fadlan Sidik (mahasiswa jurusan Sejarah Peradaban Islam IAIN Salatiga). Juara 2: Ngawruh, Ngabdi, Ngajeni: Membangun Harmonisasi NKRI Melalui Peran Santri Menuju Indonesia Berdikari dalam Dinamika Globalisasi karya Uswatun Hasanah (mahasiswi jurusan Pendidikan Ekonomi (Akuntansi) Unversitas Negeri Semarang). Juara 3 Santri Mengeduksi dengan Karya: Bukti Cinta Indonesia, Menjejak Di Lini Masa karya Santi Hadi Saputri (siswi MA Sunan Pandanaran).
Juara 1mendapat Rp 1Juta+sertifikat+piala, juara 2 Rp. 750ribu+sertifikat+piala, juara 3 500ribu+sertifikat+piala. Sementara untuk puisi, juara 1: 500ribu+sertifikat+piala, juara 2 400ribu+sertifikat+piala, juara 3 300ribu+sertifikat+piala.
Menurut Kabid Pengembangan Intelektual IKAMBA Saeful Mustafa lomba bertema Makna dan Peran Santri Bagi Negeri tersebut mulai dibuka pada 21 Februari - 28 Maret. Kemudian diperpanjang sampai tanggal 6 April.
IKAMBA 9 April 2014, sebagai wadah alumni pesantren yang terletak di daerah Lemburawi, Kecamatan Pacet, Kabupaten Bandung. Pesantren tersebut didirikan Ajengan KH Muhammad Faqih (Mama Faqih) sekitar tahun 1922. Silsilah leluhurnya terhubung ke Sunan Gunung Jati Cirebon.
Pesantren ini telah melahirkan sosok almaghfurlah KH Ali Imron, salah seorang Mustasyar PWNU Jawa Barat dan dai populer almaghfurlah KH Yusuf Salim Faqih dan kiai-kiai lain serta ribuan santri.
Baca: Baitul Arqom Terinspirasi dari Basecamp Dakwah Nabi
Menurut salah seorang pengasuhnya saat ini KH Athoillah, saat NU Online berkunjung pada tahun lalu, Baitul Arqom memiliki sekitar 1.500 santri saat ini. Mayoritas berasal dari kabupaten-kabupaten di Jawa Barat. Namun, hampir dari setiap provinsi, dari Aceh hingga Papua, ada yang mondok di pesantren itu. Jika ditambahkan dengan mahasiswa dan mahasiswi di STAI pesantren, bisa mencapai 2.500 orang. (Abdullah Alawi)