Daerah Konfercab IPNU-IPPNU Gunung Kidul

Irkham, Ketua IPNU dan Sapti, Ketua IPPNU

Senin, 1 Mei 2006 | 17:16 WIB

Gunung Kidul, NU Online
Konferensi Cabang (Konfercab) Pengurus Cabang Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (PC IPNU) dan Pengurus Cabang Ikatan Pelajar Puteri Nahdlatul Ulama (PC IPPNU) Gunung Kidul di Pondok Pesantren Darul Qur'an wal Irsyad, Gunung Kidul, Minggu (30/4) lalu berhasil memilih ketua baru.

Dalam Konfercab yang digelar secara sederhana itu, Irkham Sururi, terpilih menjadi Ketua PC IPNU, sementara Sapti Wulandari, menjadi Ketua PC IPPNU. Keduanya terpilih sebagai ketua untuk kepengurusan periode 2006-2008.

<>

Berhasil mengumpulkan 10 suara, Irkham Sururi mengalahkan rival kuatnya, Agus Suhermanta yang hanya mampu meraih 5. Sementara Sapti Wulandari berhasil lolos dengan mulus setelah terpilih secara aklamsi. Ratna, yang sempat disebut-sebut menjadi pesaing kuat Sapti harus terganjal masuk pada tahap kedua (pencalonan) karena hanya memperoleh 2 suara pada tahap pertama (penjaringan).

LPJ Tanpa Laporan Tetulis 

Sebelumnya, Laporan Pertanggungjawaban (LPJ) PC IPNU- PC IPPNU Gunung Kidul untuk periode 2000-2002 berlangsung sangat singkat. Pasalnya, LPJ tersebut tidak disampaikan secara tertulis seperti LPJ pada umumnya.

Hal itu bisa dimaklumi oleh peserta Konfercab. Karena selain kepengurusan sebelumnya yang telah usang serta sedikitnya waktu persiapan, juga disebabkan kesulitan mengumpulkan dokumentasi dan arsip kegiatan yang telah dijalankan. Sehingga LPJ ini hanya berisi cerita yang diwarnai romatisme pengurus.

"Karena kepengurusan kami ini sudah tidak jelas personilnya, kami juga kesulitan mengumpulkan arsip kegiatan yang telah dilakukan” ungkap Muthohar yang mewakili kepengurusan sebelumnya.

Selain itu, kepada para peserta Konfercab, pengurus sebelumnya juga tidak henti-hentinya meminta maaf atas tidak adanya laporan tertulis tersebut. Hal senada juga di ungkapkan Tri Lestari yang mewakili pengurus IPPNU sebelumnya. Keduanya berpesan agar hal serupa tidak terulang lagi di masa mendatang.

Meskipun sebagian peserta memaklumi tidak adanya laporan tertulis, peserta juga meminta untuk tetap mengusahakan ada laporan tertulis. "Kami menerima LPJ kepengurusan lama, namun dengan satu catatan bahwa laporan tersebut harus ditulis apa adanya, karena ini merupakan dokumen organisasi yang mesti ada. Jika tidak ditulis akan menjadi preseden buruk bagi kepengurusan nanti" ungkap Chalimy, salah seorang peserta konferensi. (skn)

Kontributor NU Online di Yogyakarta: Syukron Makmun