Daerah

Jelang konfercab PCNU kota Malang

Selasa, 14 Februari 2006 | 09:03 WIB

Malang, NU Online

Dua minggu sebelum pelaksanaan Konferenesi cabang (Konfercab) PCNU kota Malang, panitia konfercab memeriahkannya dengan  menggelar halaqoh jama’ah dan jam’iyyah NU Kota Malang yang dilaksanakan 19 Februari di PP Al Hikam, Jl Cengger Ayam.
 
Halaqoh atau diskusi itu akan mengangkat tema Mengaktualisasikan Kembali Nilai-Nilai NU sebagai Khodimul Ummah (Pelayan Umat) dalam Tarikan Kekuatan Sosial Politik di Masyarakat.

<>

"Kami akan mengajak peserta halaqoh untuk memikirkan bagaimana NU ke depan. Sebagai sebuah kekuatan sosial, NU harus bisa berjuang dan peka terhadap realitas masyarakat," kata M. Syafraji Harianto, ketua panitia konfercab ke-27 di kantor NU, kemarin.

Sebelumnya diberitakan, bursa pemilihan ketua tanfidziah dan rais syuriah mulai bermunculan. Para kiai dan cendekiawan muslim yang disebut-sebut masuk dalam bursa akan dipilih dalam konfercab ke-27 (bukan ke-12 seperti diberitakan sebelumnya) yang diselenggarakan di Unisma 25-26 Februari mendatang.
Hadir sebagai nara sumber pra-konfercab ini antara lain KH Dr M. Tholchah Hasan (wakil rais syuriah PB NU), KH Hasyim Muzadi (ketua umum PB NU), dan KH Hasyim Abbas (wakil rais syuriah PW NU Jatim). Pada saat bersamaan juga akan digelar parade drum band di alun-alun dan Stadion Gajayana.


Sementara, dalam term of reference (TOR) halaqoh yang telah disusun, latar belakang pengambilan tema halaqoh di atas karena adanya dorongan untuk kembali ke khittah NU 1926. Yakni NU sebagai sebuah organisasi gerakan sosial keagamaan. Dorongan itu muncul dari dalam dan luar organisasi. Seretan politik praktis disadari atau tidak, telah membuat tubuh NU terkoyak. "Dorongan dari berbagai pihak itu harus bisa dijadikan refleksi bagi pengurus NU. Baik di tingkat cabang, majelis perwakilan cabang (MWC), maupun bagi pengurus ranting," kata anggota komisi A DPRD Kota Malang itu.
.

Konsistensi yang harus dibangun NU ke depan adalah pemberdayaan umat dan perjuangan hak sipil. Misalnya perjuangan di bidang hak ekonomi dan hak di bidang sosial dan budaya. Setelah itu, kemudian NU harus memiliki metodologi yang jitu untuk membaca kondisi umatnya. Lalu, merumuskan semua hasil analisisnya untuk diaplikasikan di lapangan. "Intinya NU ke depan harus peka dan bisa membuat solusi konkret mengatasi masalah umat," ungkap Syafraji.

Karena berkeinginan kembali menjadi organisasi gerakan sosial keagamaan, maka NU harus kembali memikirkan dan memecahkan masalah yang melanda umat. Peran seperti itu disebut sebagai khodimul ummah. Karena eksistensi jam’iyyah NU bisa diukur dari komitmen pengurusnya kepada Jamaah. 
 (JP/yos/Alf)