Daerah

Jeritan Tukang Baso Ikan Majalengka di Tengah Pandemi Covid-19

Rabu, 15 April 2020 | 02:00 WIB

Jeritan Tukang Baso Ikan Majalengka di Tengah Pandemi Covid-19

Joni Tismoyo pedagang baso ikan (Foto: NU Online/Tata Irawan)

Majalengka, NU Online
Joni Tismoyo (42) tenggelam dalam lamunan saat di pangkalan jualan di sebuah halaman rumah makan yang terkenal di daerah Jatiwangi Kab Majalengka, Jawa Barat, Selasa (14/04). 
 
Sudah hampir dua jam dia berada di sana, namun belum ada satu pun pembeli yang mau membeli jajanan baso ikannya.
 
“Sekarang, paling saya dapat uang Rp30.000 sekali buka dagangan. Biasanya sebelum corona mewabah sih saya bisa dapat Rp100 ribu hingga Rp150 ribu dan ini juga dorongan hanya sewa dan hasil dagangan pun dibagi dua sama majikan,” ucapnya kepada NU Online.
 
Semenjak virus corona mewabah kata Joni yang biasa dipanggil, jumlah pembeli menurun drastis. Tak heran jika banyak pedagang yang berhenti  untuk jualan dagangnya.
 
“Saya biasanya lebih memilih jualan dari siang sampai sore kadang kalau cuaca bagus tapi seringnya hujan sampai malam terus dilanjutkan lagi jualannya,” tuturnya.
 
Pada kondisi normal, pembeli sejak pagi sudah ada yang beli. Apalagi kalau ada anak sekolah, sangat membantu penghasilan itung–itung nambah penghasilan saya. Sekarang sudah dua minggu lebih anak-anak sekolah diliburkan.
 
Lantaran sepi pembeli kata pria berkumis ini, banyak sejawat yang memutuskan untuk mudik atau pulang kampung. “Karena kalau diam di kontrakan saja malah banyak pengeluaran sedangkan penghasilan sudah minim sekali. Jadi bisa dibilang percuma mau dagang juga,” keluhnya.
 
Joni berharap, pada saat pandemi menerpa ada kepedulian khusus dari pemerintah terhadap para pedagang keliling atau usaha mikro, terutama untuk memenuhi kebutuhan sehari hari.
 
”Kalau untuk karyawan yang kena PHK atau warga yang kena dampak korona katanya ada bantuan, kami juga sebenarnya butuh. Keadaan ekonomi sedang sulit,” ucapnya.
 
Kisah serupa dialami oleh Eman Sulaeman (40) pedagang es campur keliling. Untungnya gerobak jualan esnya sudah menjadi miliknya beberapa tahun yang lalu. Ia hanya cukup untuk membeli bahan-bahannya dan kalau ada sisa ditabungkan.
 
“Mau gimana lagi, dagangan sepi dan penjual pun banyak beralih ke online tetapi masih bisa bersyukur karena tidak perlu setor buat sewa gerobak karena gerobak ini sudah menjadi hak milik kami beberapa tahun yang lalu,” ucapnya.
 
Selain itu, jika kelak ada pembatasan sosial berskala besar (PSBB) diberlakukan, ia menginginkan agar pemerintah melibatkan para pedagang untuk tugas tertentu. Salah satunya mengantarkan barang kebutuhan pokok untuk penerima manfaat.
 
“Atau kami juga mendapatkan bantuan dari pemerintah untuk berlangsungan hidup keluarga kami,” harapnya.
 
Kontributor: Tata Irawan
Editor: Abdul Muiz