Kenalkan NU Sejak Dini, Lesbumi MWCNU di Jember Gelar Lomba Membuat Layang-layang
Ahad, 5 Juli 2020 | 11:00 WIB
Ketua Lesbumi MWCNU Ledokombo, Kabupaten Jember, Lefand (paling kanan) memperhatikan hasil lomba membuat layang-layang berlogo NU. (Foto: NU Online/Aryudi AR)
Aryudi A Razaq
Kontributor
Jember, NU Online
Untuk menanamkan kecintaan generasi muda terhadap NU, tak harus selalu dengan penjejalan doktrin, ceramah, dan sebagainya. Tapi bisa jadi dengan menyuguhkan lomba yang terkait dengan logo NU. Inilah yang dilakukan oleh Lesbumi MWCNU Ledokombo, Kabupaten Jember, Jawa Timur.
Titelnya remeh: lomba membuat layang-layang. Bukan layang-layang biasa, tapi wajib dicantumkan logo NU di layang-layang tersebut. Pesertanya mencapai 56 orang, yang merupakan murid MI Nuruzzaman, Dusun Paluombo, Desa Sumbersalak, Kecamatan Ledokombo, dan anak-anak di sekitar madrasah tersebut.
Lomba yang bekerja sama dengan Ranting NU Desa Sumbersalak, Kecamatan Ledokombo itu dipusatkan di gedung MI Nuruzzaman, Ahad, (5/7).
Menurut Ketua Lesbumi MWCNU Ledokombo, Muhammad Lefand, lomba tersebut untuk mengenalkan NU lebih dekat kepada generasi yang masih belia itu. Ia meyakini pengenalan NU dengan cara menggelar lomba seperti itu lebih pas untuk anak-anak.
“Setidaknya mereka bertanya apa NU itu, dan kami menjelaskan apa makna logo itu di sela-sela penilaian,” ucapnya.
Lefand menambahkan, dewasa ini waktu anak-anak nyaris habis untuk bermain dan nonton televisi, atau bahkan bermain gawai. Jangankan untuk mengenal NU, buat belajar mengaji saja, waktunya sudah banyak tersita untuk bermain. Buktinya, mushala sudah jauh berkurang santrinya. Tidak sesemarak dulu. Apalagi sampai nginep di mushala, itu sudah tidak ada. Anak-anak seusia Sekolah Dasar, lebih memilih pualng ke rumah agar bisa nonton televisi dan bermain.
“Padahal dulu kalau santri mushala nginep, itu paginya masih diajari mengaji sebentar, dan subuhnya dijaga. Itu zaman saya dulu, tapi sekarang, kebiasaan itu tinggal cerita,” kenangnya.
Oleh karena itu, lanjut Lefand, orang tua dan para pemangku kepentingan harus pandai-pandai berkreasi untuk menyampaikan pesan keagamaan kepada anak-anak, termasuk memperkenalkan NU. Sebab, NU tidak boleh lewat dari pengalaman dan memori anak-anak agar NU sekian puluh tahun kedepan tetap hidup di bumi pertiwi ini.
“Mari NU kita tanamkan sejak dini kepada anak-anak kita bagaimanapun caranya,” harap alumnus Universitas Islam Jember itu.
Di tempat yang sama, Ketua Ranting NU Desa Sumbersalak, Muhammad Ali menegaskan, lomba tersebut sangat bermanfaat, tidak hanya bagi anak-anak, tapi juga bagi orang tua agar sekali-kali mengenalkan NU kepada anaknya.
“Insyaallah lomba seperti ini akan kami laksanakan secara rutin. Tapi bukan layang-layang tok agar tidak monoton. Yang penting ada logo NU-nya,” jelasnya.
Sementara itu, Ketua Pengurus Cabang Lesbumi NU Jember, H Rasyid Zakaria memberikan apresiasi terhadap pelaksanaan lomba tersebut. Menurutnya, syiar lomba cukup mengena. Apalagi nanti layang-layang itu juga dinaikkan ke udara.
“Syiar NU-nya dapat. Lomba membuat layang-layang cukup efektif untuk kenalkan NU sejak dini,” ungkapnya.
Sekadar diketahui, bermain layang-layang setiap sore saat ini booming di desa-desa di Ledokombo. Di tengah serbuan wabah Corona yang tak tahu kapan berakhir nya, bermain dan menonton permainan layang-layang rupanya menjadi altenatif hiburan tersendiri bagi masyarakat.
Pewarta: Aryudi AR
Editor: Ibnu Nawawi
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Gambaran Orang yang Bangkrut di Akhirat
2
Khutbah Jumat: Menjaga Nilai-Nilai Islam di Tengah Perubahan Zaman
3
Khutbah Jumat: Tolong-Menolong dalam Kebaikan, Bukan Kemaksiatan
4
Khutbah Jumat: 2 Makna Berdoa kepada Allah
5
Khutbah Jumat: Membangun Generasi Kuat dengan Manajemen Keuangan yang Baik
6
Rohaniawan Muslim dan Akselerasi Penyebaran Islam di Amerika
Terkini
Lihat Semua