Daerah

Kronologi 2 Santri Krapyak Yogyakarta Dianiaya Gerombolan Pemabuk

Ahad, 27 Oktober 2024 | 15:05 WIB

Kronologi 2 Santri Krapyak Yogyakarta Dianiaya Gerombolan Pemabuk

Pihak kepolisian, para pengasuh Al-Munawwir, dan saksi warga saat menyampaikan kronologi di kediaman Gus Endar. (Foto: Dok Pesantren Al-Munawwir)

Yogyakarta, NU Online
Sebuah peristiwa kriminal terjadi di daerah Prawirotaman, Jalan Prangtritis, Brontokusuman, Mergangsan, Kota Yogyakarta pada Rabu (23/10/2024) malam.

 

Peristiwa kriminal berupa penganiayaan dan penusukan kepada dua orang santri (pembimbing atau tenaga pendidik) Pondok Pesantren Al-Fatimiyah Al-Munawwir, Krapyak, Yogyakarta.


Dua korban santri tersebut yakni Shafiq Faskhan berusia 20 tahun dan Muhammad Aufal Maromi berusia 23 tahun. Korban dianiaya dan salah satu korban bahkan ditusuk menggunakan senjata tajam saat membeli sate di daerah Prawirotaman, sekitar pukul 21.00 WIB. Ketika sedang bersantai setelah makan, tiba-tiba diserang segerombolan orang.

 

"Setelah selesai makan kan tidak langsung pulang, ya kita (Shafiq dan Aufal) duduk santai, tiba-tiba itu kan ada keributan, keributannya itu ada gelas dan botol dilempar, dipecahkan di jalan, kan kita kaget. Nah tiba-tiba segerombol orang itu nyamperin kita sambil bilang ‘ini pelakunya’ kepada gerombolannya. Nah lalu dihantamlah kita,” ujar Aufal kepada NU Online pada Ahad (27/10/2024).

 

Aufal menyampaikan bahwa geng tersebut kemungkinan sedang mengkonsumsi minuman keras (miras) karena nada bicaranya yang tidak jelas. "Kayaknya gerombolan itu sedang mabuk karena ketika ngomong banyak suara yang tidak begitu jelas," ujarnya.


Ia dan temannya mengaku tidak tahu gerombolan tersebut dan merasa tidak melakukan kesalahan. “Karena saya tidak tahu apa-apa, jadi kita ga sempat lari dan saya sempat bilang ‘saya tidak tahu apa-apa’ tapi tetap saja dihatam,” kata Aufal.


Aufal menyampaikan bahwa yang menyerang jumlahnya banyak lebih dari lima orang. "Banyak, mungkin lebih dari lima orang karena menyerang saya aja lebih dari lima orang, kalau ditambah sama teman saya mungkin dari lima,” ungkapnya.

 

Aufal menambahkan bahwa dirinya dan temannya diserang menggunakan balok, kursi, hingga menggunakan senjata tajam berupa pisau.

 

"Kepala saya dipukul, badan saya, ya semuanya, saya cuman bisa menggunakan tangan untuk melindungi kepala saya,” ujarnya.


“Saat itu, saya lari dan ada warga yang mengantar saya ke pondok, kemudian saya cerita kepada pembimbing yang lainnya, setelah itu langsung pembimbing lainnya ke lokasi kejadian,” tambahnya.

 

Smenetara Shafiq menjelaskan hal serupa bahwa dirinya dipukul hingga diserang menggunakan pisau. "Saya cuman bisa melindungi kepala saya dengan tangan saya, karena semua badan saya dipukul pake balok, bahkan saya baru sadar kalau ada penusukan ketika banyak darah yang keluar dari perut saya," katanya.


Shafiq menyampaikan bahwa bagian tubuh yang ditusuk berada di perut sebelah kiri sedalam 15 cm dan tidak mengenai organ tubuh lainnya.

 

"Saya diantar pake mobil polisi ke Rumah Sakit Pratama, dan besoknya saya operasi, ini jahitanya ada 10 jahitan dan kata dokter tidak ada yang kena organ dalam lainnya hanya dibersihkan saja,” ujarnya.

 

Pengasuh Pondok Pesantren Al-Munawwir KH Raden Chaidar Muhaimin (Gus Endar) menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak polisi, Gerakan Pemuda (GP) Ansor, Banser, Pagar Nusa Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), dan masyarakat telah bertindak cepat dalam kasus tersebut.

 

"Saya mengucapkan terima kasih empati dan simpati dari Sedulur-sedulur (Sodara-sodara) Ansor, Banser, Pagar Nusa, santri-santri, dan laskar-laskar yang ada di DIY atas terjadinya peristiwa kriminal yang menimpa korban dua santri kita. Aparat kepolisian, Polda DIY, masyaallah bertindak cepat dalam menangani peristiwa kemarin," ujar Gus Endar dalam keterangan video yang beredar luas dan diterima NU Online pada Sabtu (26/10/2024) malam.