Mojokerto, NU Online
Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim Nahdlatul Ulama (LPBINU) Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur mulai bersiap diri mengantisipasi terjadinya bencana di musim hujan. Hal ini dilakukan dengan mengadakan Ngaji Bencana.
Menurut Ketua LPBINU Mojokerto, Saiful Anam, kegiatan ini merupakan langkah taktis untuk mengurangi potensi kerusakan dan kerugian yang menimpa masyarakat saat bencana tiba.
"Mojokerto merupakan salah satu daerah yang memiliki potensi bencana cukup besar. Oleh karenanya, prediksinya bulan November 2020 musim hujan. Kita tidak ingin bencana, tapi setidaknya saat bencana tiba, kita sudah siap," jelasnya kepada NU Online, Sabtu (17/10).
Anam menjelaskan, kegiatan ini diikuti oleh relawan NU Mojokerto dalam naungan LPBINU. Acara tersebut bertempat di gedung Madrasah Diniyah Dari, Warugunung, Kecamatan Pacet, Mojokerto.
Dipilihnya Kecamatan Pacet karena daerah tersebut masuk dalam kategori zona rawan bencana. Letak geografis Pacet yang pegunungan memungkinkan ada longsor, pohon tumbang, banjir, dan lain sebagainya.
"Kegiatan ini, bertujuan menyiapkan kader-kader yang tangguh dalam menghadapi bencana. Agar NU lebih bermanfaat di masyarakat," imbuhnya.
Pria yang akrab disapa Gus Anam ini menjelaskan materi yang disampaikan berkaitan dengan peran relawan dalam penanggulangan bencana. Lalu belajar membuat peta risiko dan peta evakuasi.
Selanjutnya yaitu kegiatan praktik penyusunan peta risiko dan peta evakuasi. Semisal, Dusun Ngembat, Desa Ngembat, Kecamatan Gondang memiliki ancaman bencana tanah longsor.
Daerah lain, Desa Jembul, Kecamatan Jatirejo memiliki ancaman bencana tanah Longsor juga. Dari dua desa ini, relawan diminta membuat alur koordinasi dan melatih masyarakat tidak panik.
"Penyampaian materi model dialog dan praktik pembuatan peta bencana. Pematerinya dari internal sendiri. Kita sudah punya sumber daya manusia yang mumpuni dalam hal ini," ujar Gus Anam.
Gus Anam berharap, setelah Ngaji Bencana ini semakin banyak lagi kader-kader NU di Mojokerto yang paham cara penanggulangan bencana. Dengan begitu, diharapkan mereka bisa menjadi penggerak akan kesadaran bencana di tengah masyarakat.
"NU itu khasnya adalah dekat dengan masyarakat. Bencana alam adalah problem masyarakat yang tidak boleh ditinggalkan. Sebagai wujud kepedulian sosial juga," tandasnya.
Kontributor: Syarif Abdurrahman
Editor: Syamsul Arifin