Nasional

Dukungan Teman dan Kerabat Percepat Pemulihan Pasien Covid-19

Kamis, 15 Oktober 2020 | 03:10 WIB

Dukungan Teman dan Kerabat Percepat Pemulihan Pasien Covid-19

Petugas medis bekerja keras merawat pasien Covid-19. (Foto: Laely)

Jakarta, NU Online

Seberapa pun kuat seseorang, di masa pandemi seperti ini, saat pertama tahu terpapar Covid-19 sangat mungkin bisa dilanda kecemasasan, meski tentu saja berbeda tingkat kecemasan antara satu orang dengan orang lainnnya.

 

Nur Laeliyatul Masruroh, salah satu dari sekian banyak yang pernah terkonfirmasi positif Covid-19, tahu betul situasi kecemasan itu, karena ia pernah mengalaminya. Karena itu, melalui unggahan media sosial facebook miliknya, Laeli mengungkapkan agar keluarga atau teman yang memberikan semangat dan optimisme bahwa mereka akan sembuh. Berikan keluarga atau teman yang terkonfirmasi Covid-19 harapan bahwa mereka pasti segera sehat kembali.

 

"Tidak perlu memberi nasihat macam-macam yang tidak perlu. Apalagi jika tak ada kapasitas pengetahuan tentang Covid-19. Jika memungkinkan, kamu bisa tawarkan bantuan. Misal, Apa yang bisa kubantu?" tulisnya.

 

Laely menceritakan dukungan teman dan kerabat sangat membantunya agar bersemangat dan akhirnya berhasil dinyatakan negatif atau bebas dari Covid-19. Selama dirinya diisolasi menghadapi Covid-19 ini, banyak sekali teman yang sedia membantu. Juga, keluarga tentu saja. Bantuan itu berupa tenaga, material, dan spiritual.


"Mulai dari bantuan mencarikan sesuatu yang kubutuhkan, mengirimku berbagai paket, hingga menawarkan bantuan untuk sedia menemani via online. Sedia ditelepon kapan pun. Bahkan, dini hari saat aku tak bisa tidur di RS," beber perempuan yang berprofesi sebagai jurnalis ini. 


Saat akan berangkat ke RS, waku pertama akan diisolasi, menurut dia ada saja yang terlupakan. Misal, tisu dan tisu basah cepat habis. Tisu basah dan hand sanitizer sangat diperlukan karena untuk pasien diinfus akan kesulitan jika bolak balik toilet untuk cuci tangan.

 

"Ada teman yang bersedia dititipi belanja, lalu kirim pakai Gosend ke RS. Itu sangat membantu. Keluarga dekat sudah bolak balik antar berbagai keperluan ke RS, kasihan (kalau masih harus bolak-balik). Selain itu, mereka juga mustinya isolasi mandiri sambil tunggu hasil tes Swab. Jadi, bantuan teman, sangat berarti," lanjutnya.

 
Selain itu, ada teman-teman tertentu yang bersedia dihubunginya kapan saja. Ini juga sangat membantunya. Laely mengaku mengalami gelisah menghadapi malam hari selama di rumah sakit. Badan selalu nge-drop saat malam. Sakit kepala, badan kliyengan, kedinginan, dan suara serak biasanya muncul jelang matahari tenggelam. 


Saat cemas muncul jelang tidur, tuturnya, video call teman akan menyala panjang. Tidak dimatikan, sampai dirinya tertidur. Ini membantunya untuk bisa tidur. Karenanya ia tidak perlu meminum obat psikotropika dari dokter.

 

"Kondisiku perlu ditemani, meskipun online. Kondisi pasien lain bisa jadi berbeda. Selain itu, untuk membantuku lebih tenang, minum susu dan makan cokelat," imbuhnya.

 
Di samping itu, hal yang harus diperhatikan, jangan kucilkan keluarga yang salah satu anggotanya terkonfirmasi Covid-19. Jika biasa lewat jalan depan rumahnya, Laeli menggambarkan, tak perlu mendadak ketakutan menjauhi. Pasalnya virus ini pada dasarnya mudah mati oleh sabun, disinfektan, dan suhu tinggi di bawah matahari.

 

"Yang mengkhawatirkan adalah droplet atau cairan pernafasan pasien Covid-19 di ruangan ber-AC atau suhu rendah. Tiap pasien bisa berbeda kondisinya. Yang jelas, saat dirawat di RS, pasien Covid-19 tak bisa ditengok," tulisnya.

 

Pasien juga bertemu dengan petugas kesehatan yang berpakaian serba tertutup, sehingga tidak mengenali wajah. Semua orang memang harus menjaga jarak. Bisa berinteraksi, tapi tidak normal. Ini membuatnya merasa sunyi yang panjang. Karenanya, "Semangat dari orang-orang menurutku sangat penting untuk menguatkan," tegas Laeli.

 

Pewarta: Kendi Setiawan
Editor: Fahoni Ahmad