Jakarta, NU Online
Katib Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) DKI Jakarta, KH Lukman Hakim Hamid meminta para dermawan, tidak terkecuali dari kalangan NU, khususnya di Jakarta membantu masyarkat kecil yang terdampak Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM).
Baginya, kebanyakan yang terkena dampak PPKM adalah Nahdliyin yang butuh support dan bantuan dari Nahdlatul Ulama (NU). Pesan ini disampaikannya saat khataman Al-Qur'an dan pembacaan shalawat PWNU DKI Jakarta serta warga NU DKI Jakarta, Rabu (14/7).
"PWNU bergerak di barisan bawah, sekarang banyak orang kecil tidak bisa berdagang. Ini banyak orang NU. Jadi selain doa, kita juga melakukan aksi nyata. Mereka tidak takut Covid-19 lagi, tapi takut tidak makan. Ada baiknya LAZISNU Jakarta mengambil hal ini sebagai ladang dakwah," katanya.
Pengasuh Pondok Pesantren Al Hamid ini menambahkan karena tidak bisa bekerja lagi, maka banyak warga yang panik. Karena kepanikan, menurut ahli kesehatan imunnya berkurang, akhirnya yang punya penyakit tidak karuan. Yang punya penyakit darah tinggi dan gula kembali kumat. Maka dari itu, pengurus NU harus aktif mengajak meskipun via grup pengajian kepada jamaah agar tidak panik.
"Ada tugas berat bagi kita semua, terkhusus para kiai yang ada di Majelis Wakil Cabang (MWC) dan ranting. Saat ini kondisi Jakarta sangat parah, tiap hari ada pemakaman. Oleh karenanya tugasnya kita semua, bagaimana kita memberikan ketenangan kepada tetangga dan jamaah agar tidak panik," imbuh Kiai Lukman.
Kiai Lukman menegaskan, sikap PWNU DKI Jakarta mendukung kebijakan pemerintah provinsi dalam melawan Covid-19. Melawan Covid-19 butuh bantuan dan kerja banyak orang agar maksimal.
"Tugas berat selanjutnya, dengan kebijakan PPKM ini, sikap PWNU DKI Jakarta mendukung. Namun, kita hanya sebagai pendamping pemerintah. Biar bisa ikut mengkritik," ujar alumnus Pesantren Ploso, Kediri, Jawa Timur.
Sementara itu, Habib Ali Hasan Bahar menambahkan di kalangan ekonomi menengah ke bawah banyak terdiri dari orang-orang alim. Mereka warga NU yang sangat penting. Mereka hidup dengan meniru para ulama terdahulu.
Ia juga ikut sedih dengan banyaknya tokoh-tokoh agama dari NU yang wafat di tahun ini. Meskipun kematian itu sesuatu yang pasti.
"Kita banyak kehilangan tokoh agama, padahal untuk mencapai derajat ulama butuh waktu berpuluh-puluh tahun. Tidak mudah mencari gantinya," tandasnya.
Kontributor: Syarif Abdurrahman
Editor: Syamsul Arifin