Pamekasan, NU Online
Perjuangan apapun yang dilakukan dengan cara kekerasan, akhirnya bubar. pasti umurnya tidak akan lama. Di awal-awal ramai dan mengesankan banyak pengikutnya, ujungnya sirna juga.
Demikian ditegaskan mustasyar PCNU Pamekasan, KH Muddatsir Badruddin, saat menyampaikan amanah puncak Harlah ke-95 NU di lapangan sepak bola Waru Pamekasan, Sabtu (7/4) malam.
Puluhan ribu warga nahdliyin menyimak dengan khidmat tausiyah yang disampaikan Wakil Rais PWNU Jawa Timur tersebut.
"Dulu ada Pemerintah Rovolusioner Republik Indonesia-Perdjuangan Semesta (PRRI-Permesta) dan Darul Islam Indonesia-Negara Islam Indonesia (DII-NI). Organisasi-organisasi tersebut bernafaskan kekerasan. Kini sudah sirna, tak satu pun yang punya pengikut. Mereka menyalahi ajaran Rasulullah SAW," tegas pengasuh Pesantren Miftahul Ulum Panyeppen, Palengaan, Pamekasan tersebut.
Alumnus Pesantren Sidogiri, Pasuruan, Jawa Timur menegaskan, dalam berjuang menegakkan panji Islam, Rasulullah SAW tidak pernah mengetengahkan kekerasan. Rasulullah SAW tidak pernah berkata maupun bersikap kasar dalam menebar kesejukan agama Islam.
Santri Syaikh Ismail Al-Makky, Mekkah, Arab Saudi itu juga menyinggung pentingnya nasionalisme melalui kisah lahirnya Resolusi Jihad NU.
"Membela tanah air hukumnya fardlu 'ain merupakan kandungan fatwa jihad itu. Karena itu, marilah kita tetap menjaga ukhuwah dan persatuan antar sesama, kita akan terus istiqamah berjuang bersama para ulama NU," tegasnya.
Dalam kesempatan itu, Kiai Muddatsir berpesan kepada segenap warga NU untuk senantiasa menjaga tali silaturrahim, terlebih di musim politik menjelang Pilkada serentak di Kabupaten Pamekasan maupun Jawa Timur.
"Jangan sampai kita saling membenci hanya karena politik, saling bermusuhan bukanlah ajaran Islam," tandasnya. (Hairul Anam/Muiz)