Nuzulul Qur’an, Momentum Dorong Peningkatan Kualitas Pendidikan Umat
Senin, 17 Maret 2025 | 07:00 WIB
Helmi Abu Bakar
Kontributor
Banda Aceh, NU Online
Peringatan Nuzulul Qur’an yang diperingati setiap Ramadhan kembali menggugah semangat keilmuan dan pendidikan di kalangan umat Islam. Peristiwa bersejarah ketika wahyu pertama surat Al-Alaq ayat 1-5 diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW di Gua Hira, yang dipercaya terjadi pada malam 17 Ramadhan, tidak hanya menjadi tonggak spiritual, tetapi juga cermin pentingnya pendidikan dalam membangun peradaban.
Momentum ini disambut dengan berbagai kegiatan keagamaan yang diselenggarakan di masjid-masjid dan pesantren di seluruh Nusantara. Di Aceh, mengungkapkan bahwa peringatan Nuzulul Qur’an harus dijadikan momentum untuk meningkatkan kualitas pendidikan umat.
“Malam Nuzulul Qur’an adalah momen bersejarah yang harus dimanfaatkan sebagai sarana pembelajaran. Wahyu pertama yang diterima Nabi adalah fondasi ilmu pengetahuan yang membawa umat Islam dari zaman kebodohan menuju pencerahan,” ujar Tgk H Faisal Ali Ketua PWNU Aceh dalam momentum peringatan Nuzulul Qur’an kepada NU Online, Ahad (16/3/2025).
Ulama yang akrab disapa Abu Sibeh itu menegaskan bahwa dalam konteks pendidikan, wahyu pertama tersebut mengandung pesan mendalam yang menyiratkan enam nilai utama: peran pendidik dan peserta didik, tujuan pendidikan, kurikulum terintegrasi, metode pembelajaran, media pembelajaran, dan lingkungan belajar.
Abu Sibreh yang juga Ketua MPU Aceh menambahkan pesan iqra’ atau bacalah yang disampaikan oleh Malaikat Jibril tidak hanya menjadi perintah untuk membaca, melainkan juga merupakan undangan untuk membuka cakrawala pengetahuan secara menyeluruh.
“Pendidikan Islam harus mampu menjembatani antara keimanan dan ilmu pengetahuan. Dari wahyu pertama itu, kita diajarkan bahwa proses belajar harus mencakup pengintegrasian antara spiritualitas dan logika,” sambungnya.
Di sisi lain, Abu Sibreh menyoroti bahwa pendidikan Islam harus berkembang seiring dengan perkembangan teknologi. Pendidikan modern membutuhkan inovasi, terutama dalam memanfaatkan media digital untuk mendukung proses belajar. Namun, kita harus tetap mengedepankan prinsip-prinsip yang diajarkan melalui wahyu pertama agar tidak kehilangan esensi keimanan.
"Hal ini menunjukkan bahwa perayaan Nuzulul Qur’an bisa menjadi titik awal untuk mengintegrasikan metode tradisional dengan teknologi modern demi mencetak generasi yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga kuat dalam keimanan," ulasnya.
Abu Sibreh, juga menggarisbawahi pentingnya peringatan Nuzulul Qur’an sebagai momentum inovasi dalam sistem pendidikan.
“Wahyu pertama yang diterima oleh Nabi membuka jalan bagi metode pembelajaran yang mengandalkan media audio visual. Di sinilah letak keunggulan pendidikan Islam: mengintegrasikan nilai tauhid dengan sains dan teknologi, sehingga peserta didik dapat mengembangkan potensi secara optimal,” ungkapnya.
Pimpinan Dayah Mahyal Ulum Al-Aziziyah Sibreh Aceh Besar itu menyebutkan pendidikan menurut perspektif wahyu pertama tidak hanya berfokus pada aspek akademis, melainkan juga pada pembentukan karakter.
Dalam surat Al-Alaq ayat 1-5, tersirat peran pendidik sebagai pembimbing yang harus menginspirasi peserta didik untuk mencapai kesempurnaan hidup dunia dan akhirat. Proses belajar yang dimulai dengan perintah iqra’ mengandung nilai-nilai penting tentang metode pengajaran yang efektif.
“Metode pembelajaran yang digunakan Nabi bersama Malaikat Jibril mengajarkan kita untuk mengoptimalkan penggunaan indera, sehingga ilmu yang didapat tidak hanya dihafal, tetapi benar-benar dipahami dan diamalkan,” paparnya.
Selain itu, menurut Abu Sibreh peringatan Nuzulul Qur’an juga menjadi ajang refleksi atas pentingnya lingkungan belajar yang kondusif. Gua Hira, tempat Nabi menerima wahyu pertama, dianggap sebagai laboratorium spiritual yang menciptakan suasana ideal untuk belajar dan merenung. Dalam konteks modern, ruang belajar yang mendukung kreativitas dan ketenangan menjadi kunci dalam membangun generasi penerus yang berkualitas.
“Lingkungan belajar yang kondusif sangat penting untuk mencetak insan yang cerdas dan berakhlak mulia. Seperti yang terjadi di Gua Hira, kita perlu menciptakan ruang-ruang yang mendukung proses belajar secara menyeluruh,” tambahnya.
Abu Sibreh menambahkan dengan semangat yang terus berkobar, masyarakat diharapkan dapat meneruskan tradisi peringatan Nuzulul Qur’an sebagai wujud komitmen untuk mengejar ilmu pengetahuan dan menjadikan pendidikan sebagai kunci utama dalam membangun peradaban yang berlandaskan keimanan.
"Momentum Ramadhan ini, dengan segala kegiatan yang telah diselenggarakan, membuka lembaran baru untuk masa depan yang lebih cerah bagi umat Islam di Nusantara," pintanya.
Terpopuler
1
Doa Qunut pada Witir Ramadhan, Lengkap dengan Latin dan Artinya
2
Khutbah Jumat: Nuzulul Qur’an dan Anjuran Memperbanyak Tadarus
3
PBNU Adakan Mudik Gratis Lebaran 2025, Berangkat 25 Maret dan Ada 39 Bus
4
Khutbah Jumat: Pengaruh Al-Qur’an dalam Kehidupan Manusia
5
Kultum Ramadhan: Nuzulul Qur'an, Momen Mengenal Keagungan Al-Qur'an
6
Menemukan Uang di Jalan: Boleh Dipakai atau Wajib Dikembalikan? Temukan Jawabannya!
Terkini
Lihat Semua