Daerah

Peran Ibu Menentukan Pertumbuhan dan Perkembangan Anak

Senin, 23 Desember 2019 | 09:30 WIB

Peran Ibu Menentukan Pertumbuhan dan Perkembangan Anak

Pengasuh Pondok Pesantren Putri Al-Masruriyyah Tebuireng, Jombang, Jawa Timur KH M Zaki Hadzik (Gus Zaki). (Foto: NU Online/Syarif Abdurrahman)

Jombang, NU Online
Pengasuh Pondok Pesantren Putri Al-Masruriyyah Tebuireng, Jombang, Jawa Timur KH M Zaki Hadzik (Gus Zaki) menjelaskan pentingnya sosok ibu dalam proses petumbuhan dan perkembangan anak-anaknya.
 
Hal ini disampaikannya saat pertemuan alumni Al-Masruriyyah Tebuireng periode 1980-an di Pesantren Putri Al-Masruriyyah. Pertemuan ini bertepatan dengan Hari Ibu yaitu tanggal 22 Desember 2019.
 
"Ibu saya itu sering berdoa untuk anaknya dan keluarga dengan redaksi min ahli ilmu dan ahli khair (baik). Maksudnya selain pintar tapi juga benar. Pintar saja tidak cukup," katanya.
 
Menurut Ketua Pengurus Wilayah (PW) Rabithah Ma'ahid Islamiyah Nahdlatul Ulama (RMINU) Jawa Timur ini bahwa anak yang hebat itu lahir dari ibu yang hebat riyadahnya. Karena saat hamil perjuangan sang ibu menentukan kehebatan anak-anaknya.
 
Beda kalau untuk hewan itu yang dicari adalah pejantan yang baik, untuk betinanya terserah dari mana saja. Tapi kalau manusia yang dicari adalah perempuan yang baik. Anak-anak yang top lahir dari seorang ibu rumah tangga yang top. Anak baik terbentuk dari lingkungan baik.
 
"Di antara tanda pria beruntung itu adalah didampingi istri solehah dan anak yang soleh-solehah serta mata pencariannya tidak jauh dari rumah. Sulit anak bisa soleh kalau ibunya tidak solehah," tambahnya.
 
Gus Zaki lalu menceritakan bagaimana ibunya Hj Khadijah membesarkan anak-anaknya. Saat Gus Zaki belajar di Pesantren Nurul Jadid, Paiton, Probolinggo sang ibu menitipkan ia pada seseorang pria yang bernama Tholaq.
 
Setiap bulan Tholaq ini diminta datang ke Jombang oleh Nyai Khadijah untuk doa bersama, lalu diskusi tentang perkembangan anaknya dan dititipkan kitab kepadanya juga. Kitab tersebut untuk dikaji dan dikembalikan jika Gus Zaki sudah dewasa.
 
"Kita beruntung pernah satu masa dengan ibu (Hj Khadijah) seorang perempuan hebat dan perkasa. Ia juga pengurus Muslimat NU Jawa Timur," ujarnya
 
Hj Khadijah merupakan anak ke tiga dari empat bersaudara. Kakak pertamanya yaitu Abdul Qadir, kakak kedua Fathimah, dan adiknya M Ya'qub. Nyai Khadijah lahir dari pasangan Hadratussyaikh KH M Hasyim Asy'ari dengan Nyai Masrurah putri Kiai Hasan, pengasuh Pondok Pesantren Kapurejo, Pagu, Kediri.
 
Nyai Khadijah menikah dengan Kiai Muhammad Hadziq Mahbub. Pasangan ini memiliki tiga anak, pertama Muhammad Ishomuddin Hadziq, Fahmi Amrullah, dan Gus Zaki sendiri.
 
"Ibu punya anak-anak yang hebat-hebat, sangat perhatian pada anaknya dan yang pasti tidak pernah lupa mendoakan anak-anaknya. Karena doa adalah pedangnya orang mukmin," ujarnya.
 
Di antara anak turunan Hj Khadijah yang hebat adalah Agus Muhammad Ishomuddin Hadziq. Tidak hanya dalam urusan ilmu agama, Gus Ishom cukup memahami tentang masalah sosial, budaya, serta politik. Seringkali tulisannya menghiasi berbagai halaman media massa nasional.
 
Beberapa kitab karya Gus Ishom yaitu Audhohul Bayan Fi Ma Yata'allq Bi Wadhoifir Ramadhan, Miftahul Falah Fi Ahaditsin Nikah dan Irsyadul Mukminin.
 
Selain kecerdasan dalam bidang keilmuannya, Gus Ishom juga dikenal seorang keturunan Kiai Hasyim yang mata batinnya sudah terbuka.
 
Diceritakan Gus Zaki, suatu hari Gus Ishom bilang kepada Gus Zaki jika istrinya mengandung anak lelaki. Padahal saat itu ia sendiri belum tahu kalau istrinya hamil. Setelah diperiksa ternyata benar-benar hamil.
 
"Gus Ishom pernah datang dalam mimpi saya dan tanya punya rekening, besoknya ternyata ada orang yang pesan kitab Gus Ishom dengan nilai Rp. 80 juta," tandas Gus Zaki.
 
Kontributor: Syarif Abdurrahman
Editor: Syamsul Arifin