Daerah

Perayaan Lebaran Ketupat: Setor Nama Arwah, Bertukar Berkat, hingga Makan Bareng

Rabu, 17 April 2024 | 18:08 WIB

Perayaan Lebaran Ketupat: Setor Nama Arwah, Bertukar Berkat, hingga Makan Bareng

Ilustrasi ketupat. (Foto: dok. NU Online)

Jombang, NU Online

Perayaan Lebaran Ketupat dilakukan masyarakat Muslim di Indonesia pada 8 Syawal dengan beragam tradisi. Sebagian umat Islam melangsungkannya pada 7 Syawal di malam hari.


Di Kabupaten Jombang, Jawa Timur, Lebaran Ketupat dirayakan di mushala atau masjid usai shalat subuh dengan berkirim doa kepada arwah, bertukar berkat, dan makan bareng. 


Hal ini sebagaimana yang dilakukan oleh masyarakat di Desa Bulurejo, Kecamatan Diwek, Jombang, Jawa Timur, pada Rabu (17/4/2024). 


Sehari sebelum Lebaran Ketupat, warga di desa ini diimbau agar menyetorkan nama arwah dari masing-masing jamaah mushala, sekaligus diumumkan untuk membawa berkat sebanyak dua atau tiga.


Tentu saja berkat itu adalah ketupat atau lontong, lengkap dengan kuah lodeh. Lalu semua berkat yang dibawa warga itu kemudian dikumpulkan di mushala untuk dibagikan ke masing-masing jamaah dan sebagian dimakan bersama-sama di tempat. Inilah yang menjadi ciri khas tersendiri dari Lebaran Ketupat. 


Berkat-berkat tersebut dibagikan secara acak setelah pembacaan tahlil dan doa yang dipimpin oleh salah seorang imam mushala, Bashori. Bisa dipastikan, berkat yang diterima dan dibawa pulang masing-masing jamaah adalah milik berkat jamaah yang lain. Begitu juga seterusnya.


"Mari kita membaca doa dan tahlil terlebih dahulu untuk semua arwah yang dikumpulkan dari jamaah Mushala Al-Mubarok ini," katanya, Rabu (17/4/2024).


Ia kemudian mengutip sebuah hadits yang menjelaskan tentang tiga hal yang tidak akan terputus pahalanya meski telah meninggal dunia. Yaitu sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan doa anak saleh.


Menurut Bashori, doa dan tahlil yang dibacakan kepada arwah adalah bagian dari wujud amal yang pahalanya tidak terputus sebagaimana yang disebutkan pada hadits di atas.


Salah seorang jamaah Mushala Al-Mubarok, Rifatuz Zuhro menyampaikan, perayaan Lebaran Ketupat dengan doa dan tahlil serta bertukar berkat sudah berlangsung cukup lama. Bahkan tidak hanya saat momen lebaran ketupat, tapi juga usai shalat Idul Fitri, dan beberapa momentum yang lain.


"Warga di sini sudah sangat terbiasa dengan perayaan semacam ini. Tidak sekadar pada saat Lebaran Ketupat saja. Di beberapa kesempatan yang lain juga melakukan hal yang sama, seperti saat Idul Fitri kemarin, kemudian perayaan Maulid Nabi," jelasnya.


Namun, yang perlu digarisbawahi, permintaan membawa berkat tersebut bukanlah sebuah keharusan, tetapi hanya bersifat imbauan. Karena itu, warga yang tidak membawa berkat pun tentu tetap boleh mengikuti perayaan lebaran ketupat dan di momen-momen yang lainnya.


"Dengan demikian, setiap ada permintaan membawa berkat, tidak akan ada warga yang merasa keberatan. Karena sifatnya hanyalah imbauan," terangnya.