Sumedang, NU Online
Di era milenial sekarang ini santri dituntut mampu melanjutkan tradisi menulis sebagai pelanjut peradaban nabawiyah. Sebab dengan menulis bisa menjadi bekal kelak para santri setelah berkiprah sebagai pendakwah di tengah-tengah umat.
"Dengan memiliki kemampuan menulis, para santri bisa menambah banyak media kelak setelah terjun ke tengah-tengah umat dalam berdakwah. Misalnya dengan mengisi rutin buletin, majalah, memuatnya di koran, di blog, di media sosial, dan lainnya," ujar Ketua Dewan Pengasuh Pesantren Al-Hikamussalafiyah, Sumedang, Jawa Barat KH Sa'dulloh, Sabtu (26/10).
Dijelaskan, sebanyak lebih dari 50 orang santri Pesantren Al-Hikamussalafiyyah mengikuti kegiatan pelatihan menulis bertajuk Menulis Sambil Bercerita.
Bertindak sebagai pemateri yakni Alamsyah M Zafar yang merupakan penulis buku fiksi dan nonfiksi yang juga Direktur Program Wahid Institut ditemani Syaeroji seorang pengelola website www.nyarung.id.
Dalam pelatihan itu, para santri dibagi dalam kelompok-kelompok kecil dan sebelum workshop menulis dimulai, mereka harus menuliskan pengalaman berkesan selama mondok di pesantren.
Dari pengalaman berkesan itu menjadi sebuah awalan para santri untuk menentukan tema penulisan non fiksi baik cerita pendek maupun novel.
Ketua Panitia Pelatihan Menulis Ayi Abdul Kohar mengatakan program pelatihan menulis menjadi agenda rutin PP Al-Hikamussalafiyah yang diberikan kepada para santrinya.
"Sebelumnya sudah dilaksanakan pelatihan jurnalistik agar para santri juga mampu menulis produk jurnalistik. Untuk sekarang lebih menantang lagi mereka diajari bagaimana menulis sebuah cerita non fiksi seperti novel dari awal sampai menjadi sebuah buku," urai Kang Ayi sapaannya di sela-sela acara.
Sementara itu, Cucu Suhayat yang bertindak sebagai moderator acara juga mengulas peluang besar para santri dalam dunia tulis menulis baik fiksi maupun non fiksi.
"Sampai saat ini karya-karya tulisan para santri masih besar peminatnya baik berupa novel maupun pemikiran-pemikirannya yang dibukukan sehingga menambah kaya khasanah dunia santri saat ini," imbuhnya.
Dalam kegiatan pelatihan itu juga diselingi materi tambahan tentang memanfaatkan media sosial terutama youtube dalam menunjang kiprah santri dewasa ini yang disampaikan salah seorang jurnalis Erik A Kurnia yang juga Manager Bisnis dan Kerjasama Radar Sumedang.
"Mengutip hasil survei Nielsen 2018, sebanyak 80 persen penduduk Indonesia saat ini mengkonsumsi konten dari platform youtube. Semakin tingginya penetrasi pengguna youtube ini harus dimanfaatkan bagi siapapun yang memiliki smartphone untuk berbagi konten video-video menarik," terangnya.
Dari fenomena lahirnya milyader youtuber juga harus dipahami bahwa semua orang saat ini adalah broadcaster. "Ada sebuah adagium saat ini bahwa everyone is broadcaster, dengan adanya youtube semua orang sekarang bisa menjadi seorang broadcaster," pungkasnya.
Kontributor: Erik
Editor: Abdul Muiz