Pesantren Al-Mizan Majalengka, Jabar mendata kembali santri yang baru balik ke pondok asuha KH Zainal Muhyidin (Foto: NU Online/Tata Irawan)
Tata Irawan
Kontributor
Majalengka, NU Online
Pengasuh Pesantren Al-Mizan Jatiwangi, Majalengka, Jawa Barat KH Zainal Muhyidin mengatakan, saatnya aktivitas pesantren dimulai kembali setelah libur yang disebabkan oleh pandemi Covid-19 dengan memanggil santri-santrinya untuk kembali ke pondok.
"Para santri sudah saatnya untuk kembali ke pesantren untuk melanjutkan pembelajaran dan kajian ataupun kegiatan belajar mengajar di pesantren yang kita cintai ini, yaitu Pesantren Al-Mizan," katanya kepada NU Online, Ahad (28/6).
Dikatakan, sebagian pesantren sudah mulai mengembalikan santri-santrinya. Hal ini dilakukan atas kebijakan yang diambil dan sudah melalui musyawarah yang matang melalui dewan pengasuh.
"Kebijakan ini sebagai wujud atas kesiapan pesantren dalam menyambut new normal atau tatanan kenormalan baru," ungkapnya.
Dijelaskan, Pesantren Al-Mizan sudah menyusun berbagai skema pengembalian para santrinya serta menyiapkan panduan protokol kesehatan setelah santri kembali ke pesantren dan memulai aktivitas sebagaimana pada umumnya.
"Sudah berlangsung seminggu kegiatan pondok pesantren beraktivitas. Santri Al-Mizan mulai berdatangan baik yang baru maupun yang lama. Kedatangan santri telah diatur sedemikian rupa sesuai daerah masing-masing," ucapnya.
Seperti yang telah berjalan lanjutnya, kedatangan santri dimulai dari domisili di Majalengka dan sekitarnya, dilanjutkan asal Sumedang dan seterusnya sesuai yang telah diumumkan.
Kiai Zaenal menyampaikan, jadwal yang terakhir untuk kembali ke pesantren adalah santri asal luar Jawa. Pesantren harus melakukan langkah-langkah antisipasi dalam menghadapi Covid-19 agar proses pembelajaran bisa segera dibuka kembali.
"Pesantren tidak mungkin meliburkan para santrinya sampai waktu yang tidak diketahui," tandasnya.
Pengurus Pesantren Al-Mizan lakukan tes suhu menggunakan thermogun kepada santri yang baru datang ke pondok
Dijelaskan, ada beberapa protokol dan syarat diperbolehkannya santri kembali. Di antaranya membawa surat keterangan sehat, melakukan isolasi mandiri di rumah selama 14 hari sebelum keberangkatan, menyiapkan stok masker, dan hand sanitizer.
"Sebelum kedatangan santri, Satgas Covid-19 pesantren juga telah melakukan berbagai persiapan, seperti menyiapkan alat pengecek suhu (thermogun), cairan disinfektan, hand sanitizer, dan pos-pos kedatangan. Hal ini dilakukan agar santri benar-benar steril dari virus corona dan pesantren terjaga dari penyebaran virus membahayakan itu," jelasnya.
Ketua Satgas Covid-19 pesantren, Muhammad Fadli menejelaskan, dirinya telah berkoordinasi dengan kecamatan dan Puskesmas setempat bahwa dalam beberapa hari ini akan ada gelombang kedatangan santri.
"Setelah kedatangan santri, pondok memberlakukan lockdown lokal membatasi aktivitas santri di luar pondok pesantren selama 14 hari," jelasnya.
Fadli menerangkan, selama dua hari pada fase kedatangan santri berjalan dengan baik. Tidak ada hambatan yang berarti, hanya saja beberapa santri mengonfirmasi tidak bisa datang tepat waktu sesuai yang ditentukan pesantren.
"Data terbaru, hari Ahad (28/6) sekitar pukul 15.00 WIB santri yang datang selama dua hari ini mencapai 100 santri," ungkapnya.
Salah satu santri asal Kabupaten Cirebon, Dea Putri (18) mengungkapkan kegembiraannya bisa bertemu lagi dengan teman-temannya walaupun harus dalam keadaan pandemi ini.
"Pastinya senang, bisa ketemu teman-teman meski harus tetap jaga jarak," tuturnya.
Kontributor: Tata Irawan
Editor: Abdul Muiz
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Gambaran Orang yang Bangkrut di Akhirat
2
Khutbah Jumat: Menjaga Nilai-Nilai Islam di Tengah Perubahan Zaman
3
Khutbah Jumat: Tolong-Menolong dalam Kebaikan, Bukan Kemaksiatan
4
Khutbah Jumat: 2 Makna Berdoa kepada Allah
5
Khutbah Jumat: Membangun Generasi Kuat dengan Manajemen Keuangan yang Baik
6
Rohaniawan Muslim dan Akselerasi Penyebaran Islam di Amerika
Terkini
Lihat Semua