Jember, NU Online
Menjadi pengurus NU memang gampang-gampang susah. Gampang karena untuk menjadi pengurus NU tidak sulit. Tidak melalui proses yang ruwet. Susah karena untuk bekerja tidak sesederhana yang dibayangkan.
Demikian diungkapkan Rais Syuriyah PCNU Jember, KH Muhyiddin Abdusshomad saat menyampaikan pengarahan dalam Rapat Pembentukan Kepengurusan Lembaga NU di aula PCNU Jember, Sabtu (6/9).
Menurut Kiai Muihyiddin, yang terpenting adalah tanamkan niat dalam hati bahwa menjadi pengurus NU adalah untuk meneruskan perjuangan para ulama, sehingga terasa ringan dalam bekerja namun tetap semangat.
“NU ini kan warisan para ulama, seperti KH Hasyim Asy’ari, KH Wahab Hasbulllah, KH As’ad Syamsul Arifin, dan sebagainya. Jadi kita di NU untuk membantu meneruskan perjuangan mereka,” ucapnya.
Ia menegaskan, ketika para pengurus NU sudah memantapkan hati untuk berkhidmah di NU, maka nawaitu untuk mengabdi dengan ikhlas harus didahulukan.
Dikatakan, tugas pengurus NU sesungguhnya cukup banyak. Masyarakat butuh pendampingan dan pelayanan NU di berbagai bidang. Karena itu, butuh semangat dan kebersamaan untuk melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepada pengurus NU.
“Semuanya harus dipikul bersama agar tidak terasa berat. Kalau sendiri-sendiri berat,” ungkapnya.
Ia berharap agar semangat untuk mengabdi di NU harus terus menggelora di jiwa para pengurus NU. Sebab tugas-tugas di NU itu sifatnya sukarela. Artinya tidak ada paksaan. Tidak ada sanksinya jika tidak dilaksanakan. Tapi kalau punya semangat, maka semuanya terasa indah.
“Semangat itu adalah semangat mengabdi untuk kejayaan NU. Dan dari situ timbul untuk bekerja, memberikan pelayanan bagi masyarakat. Inilah ladang pengabdian kita, dan nanti kita petik hasilnya di akhirat,” jelasnya.
Kiai Muhyiddin menegaskan, dewasa ini begitu banyak persoalan di masyarakat yang membutuhkan keterlibatan NU. Dari sisi akidah, masyarakat sudah lama disusupi ajaran-ajaran yang menyimpang. Para penyebar ajaran itu mempunyai semangat yang militan, bergerak ke sana ke mari tanpa kenal lelah meski sering ditolak oleh masyarakat.
Dari sisi sosial, masyarakat juga mengalami persoalan keterbelakangan ekonomi dan pendidikan, banyak pengangguran, dan sebagainya. “Itu semua beban sosial yang harus kita bantu mencari jalan keluarnya,” pungkasnya.
Pewarta: Aryudi AR
Editor: Muiz