Daerah

Ribuan Pelayat Antarkan Kiai Ali As’ad ke Peristirahatan Terakhir

Jumat, 5 Februari 2016 | 03:30 WIB

Yogyakarta, NU Online
Sejak Kiai Ali As’ad dikabarkan wafat pada hari Rabu (03/02) sekitar pukul 14.30 WIB, kediamannya tidak pernah sepi dari para peziarah. Mereka berduyun-duyun datang memberikan penghormatan terakhir terhadap kiai yang dikenal sebagai santri kesayangannya Kiai Ali Maksum tersebut. Hingga hari pemakamannya, pada Kamis (04/02), para peziarah seolah tak ada habisnya, ribuan pelayat datang, mulai dari para kiai, santri, pejabat dan masyarakat berbaur menjadi satu di halaman Pesantren Nailul Ula yang ia dirikan.

Hadir dalam acara pemakaman tersebut, Rais Syuriyah PWNU DIY KH Asy’ari Abta, Katib Syuriah PWNU DIY KH. Hasan Abdullah, Mustasyar PWNU DIY Prof. Asif Hadi Pranata, Rais Syuriah PCNU Sleman KH. Mas’ud Masduqi, Pengasuh Pesantren al-Munawwir Krapyak KH Najib Abdul Qadir, Pengasuh Pesantren Nurul Ummahat KH Abdul Muhaimin, Ketua MUI DIY KH Thoha Abdurrahman, Katib Aam PBNU Periode 2010-2015 KH Malik Madani,  Bupati Sleman Sri Purnomo dan beberapa pengurus wilayah NU DIY lainnya. 

Sebagai wakil keluarga sekaligus teman seperjuangan ketika nyantri di Pesantren Krapyak, KH Abdul Muhaimin dalam sambutannya mengatakan bahwa Kiai Ali adalah kiai yang alim dan perjuangannya untuk umat tak diragukan lagi,

“Sejak nderek Kiai Ali Maksum hingga saat ini, perjuangan Kiai Ali As’ad tidak diragukan lagi. Beliau selalu menjadi rujukan umat,” ujar KH. Muhaimin di hadapan ribuan pelayat. 

Dalam kesempatan tersebut, KH Muhaimin juga menyampaikan wasiat KH Ali As’ad.

“Sebelum wafat, KH Ali As’ad berwasiat agar para putra-putri beliau melanjutkan perjuangannya, merawat Pondok Pesantren Nailul Ula dan meneruskan majelis-majelis taklim yang sudah berjalan,” tandasnya. 

Sementara itu, Rais Syuriyah PWNU DIY KH Asy’ari Abta ketika menyampaikan mauidhoh hasanahnya mengungkapkan bahwa meninggalnya KH Ali As’ad merupakan peristiwa besar.

“Meninggalnya orang satu kampung itu ringan dibandingkan dengan meninggalnya orang alim satu, seperti KH Ali As’ad ini,” tegasnya. 

KH Ali As’ad wafat dalam usia 64 tahun. Ia meninggalkan seorang istri (RR Nuroniah), empat orang putra (Chalwa Anjumi Tanawwar, Miqdam Raidal Haq, Rajif Dienal Maula, Amyaz bil Aufaq) dan 3 orang cucu. Semasa hidupnya ia banyak menerjemahkan beberapa kitab. Ia juga salah satu kiai yang merintis berdirinya Majalah Bangkit PWNU DIY dan menjadi pimpinan redaksi yang pertama kali di bawah bimbingan langsung KH Ali Maksum. (Nur Rokhim/Mukafi Niam)