Dekan Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Jember, Jasuli saat menyampaikan orasi ilmiah di Pondok Pesantren Maqnaul Ulum, Desa Sukorejo, Kecamatan Sukowono, Kabupaten Jember,Kamis (20/8). (Foto: NU Online/Aryudi AR)
Aryudi A Razaq
Kontributor
Jember, NU Online
Seiring kemajuan zaman yang semakin pesat, tantangan santri kian berlipat-lipat. Hegemoni media sosial dalam kehidupan menghadirkan tantangan yang tidak kecil bagi kalangan santri. Karena itu, santri tidak hanya dituntut untuk pandai membaca kitab, tapi bisa beradaptasi dengan perkembangan zaman.
Hal tersebut diungkapkan Dekan Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Jember, Jasuli saat menyampaikan orasi ilmiah dalam Haul Masyayikh, Haflatul Imtihan, dan Wisuda Madrasatul Mu’allimin-Mu’allimat al-Islamiyah Pesantren Maqnaul Ulum, Desa Sukorejo, Kecamatan Sukowono, Kabupaten Jember, Jawa Timur, Kamis (20/8).
Menurutnya, bagi santri bisa membaca kitab kuning adalah suatu keniscayaan. Sebab, kitab kuning memang menjadi tradisi sekaligus ciri khas keilmuan santri. Adalah menjadi aneh jika santri tidak bisa membaca kitab kuning.
"Sebagai sumber ilmu, kitab kuning tak pernah basi sampai kapanpun. Namun bisa membaca kitab kuning saja tidak cukup untuk terjun dan bersaing dalam kehidupan, karena zaman terus berkembang secara dinamis. Karena itu, santri harus melengkapi diri dengan sains, teknologi, dan ilmu pengetahuan yang lain," ujarnya.
“Biar santri bisa bersaing, baik di lapangan kerja maupun dalam pemikiran dan peran-peran kemasyarakatan,” sambungnya.
Wakil Sekretaris Pimpinan Cabang (PC) Gerakan Pemuda (GP) Ansor Jember itu menegaskan bahwa saat ini sudah tidak lazim membuat dikotomi antara ilmu agama dan ilmu umum. Sebab sesungguhnya, sumber utama ilmu itu adalah satu, yaitu Al-Qur’an. Sehingga jika masih ada yang mendikotomikan antara keduanya, itu merupakan langkah mundur.
“Santri modern adalah yang mempunyai ilmu pengetahuan yang lengkap, sehingga di manapun ia terjun dapat beradaptasi, dan mampu mengkontribusikan perannya,” jelasnya.
Di bagian lain, alumnus Pesantren Maqnaul Ulum, Desa Sukorejo, Kecamatan Sukowono, Kabupaten Jember itu, berharap agar masyarakat tak perlu ragu untuk menitipkan anaknya ke pesantren. Sebab pesantren dewasa ini sudah mengalami perubahan yang cukup signifikan. Tidak sedikit pesantren yang mengakomodasi kurikulum modern tanpa mengabaikan perannya sebagai lembaga tafaqquh fid din (pendalaman ilmu agama).
"Santri tak usah minder menunjukkan identitas kesantariannya. Sebab, begitu banyak santri yang menggapai prestasi membanggakan, baik di tingkat regional, nasional, bahkan internasional. Banyak santri, bahkan dari Jember sendiri, yang bisa mengukir prestasi di tingkat nasional," ucapnya.
“Hebatnya prestasi itu di bidang yang bukan agama, misalnya olimpiade matematika, fisika, dan sebagainya. Kalau juara di bidang keagamaan, itu sudah biasa. Identitas santri saat ini sangat membanggakan. Bahkan tak sedikit tokoh publik yang penampilannya dimirip-miripkan dengan identitas santri,” pungkasnya.
Pewarta: Aryudi AR
Editor: Abdul Muiz
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Isra Mi’raj, Momen yang Tepat Mengenalkan Shalat Kepada Anak
2
Khutbah Jumat: Kejujuran, Kunci Keselamatan Dunia dan Akhirat
3
Khutbah Jumat: Rasulullah sebagai Teladan dalam Pendidikan
4
Khutbah Jumat: Pentingnya Berpikir Logis dalam Islam
5
Khutbah Jumat: Peringatan Al-Qur'an, Cemas Jika Tidak Wujudkan Generasi Emas
6
Gus Baha Akan Hadiri Peringatan Isra Miraj di Masjid Istiqlal Jakarta pada 27 Januari 2025
Terkini
Lihat Semua