Dharmasraya, NU Online
Santri Putri Pondok Pesantren Nurul Izzah Sungai Rumbai, Kabupaten Dharmasraya, Sumatera Barat berhasil mencatat tinta emas dengan menjadi juara pertama dalam Kompetisi Sains Madrasah (KSM) 2019 bidang Matematika tingkat Kabupaten Dharmasraya. Siswi berprestasi tersebut atas nama Ngatini, saat ini duduk di kelas XI Aliyah.
Kepala Madrasah Aliyah Nurul Izzah Ansuprizal mengatakan, keberhasilan dari siswinya ini tak lepas dari usaha gigih para peserta didiknya. Dan selanjutnya, ada pengaruh dari bimbingan para dewan guru serta doa majelis guru lewat tawasul.
"Tugas guru itu mendampingi dan mengarahkan peserta didik. Ada siswi kita yang suka belajar matematika maka kita bimbing dengan serius. Alhamdulilah usaha yang kita lalui selama ini membuahkan hasil dengan menjuarai KSM Matematika," katanya, Rabu (7/8).
Ia menambahkan, siswi lain yang berhasil dalam lomba kali ini yaitu Meilia Anjelina kelas XI. Ia berhasil merebut juara 3 KSM dalam bidang pelajaran ekonomi. Meilia dan Ngatini berhasil menyingkirkan puluhan peserta lainnya dari perwakilan madrasah se-Kabupaten Dharmasraya.
"Selanjutnya para pemenang ini akan berkompetensi lagi tingkat Provinsi Sumatera Barat pada 14 Agustus 2019 nanti," jelas Ansuprizal.
Lebih lanjut ia menjelaskan, MA Nurul Izzah juga menawarkan pendidikan dengan biaya ringan bagi semua kalangan. Bahkan ada bantuan khusus bagi peserta didik yang tidak mampu tapi berprestasi.
"Kita ingin pendidikan dinikmati oleh semua orang, tapi bukan berarti murah dengan kualitas jelek. Dua siswi kita yang menang kemarin itu buktinya," ujarnya.
Selain itu, pihaknya juga menggabungkan antara pendidikan formal di madrasah dan non formal di pesantren. Seusai belajar di madrasah, para santri dibimbing untuk belajar ilmu agama Islam lebih mendalam di pesantren.
Di pesantren, peserta didik lebih ditekankan kembali pada pendidikan karakter. Seperti kejujuran, sopan santun, tenggang rasa, tasamuh, tawasut, bertanggung jawab, dan ikhlas. Dengan begitu, diharapkan para siswa-siswi nanti bisa menjadi generasi muda muslim yang ideal dan berkarakter.
"Di sini kita lebih menekankan pada teori yang langsung praktek dalam kehidupan sehari-hari. Seumpama pembiasaan membaca buku, gotong royong, dan semangat belajar kelompok," ungkap pria asal Kabupaten Bungo ini.
Ia juga menolak istilah ilmu umum dan agama. Baginya, semua ilmu itu berasal dari Allah, sehingga semua itu penting sesuai kebutuhan. "Dua siswi kita itu pintar matematika dan ekonomi tapi juga pintar ngaji Al-Qur'an. Ini bagus, kayak ulama zaman dahulu. Lihat Ibnu Sina, selain alim ilmu agama juga ahli kedokteran. Jadi jangan dipisah-pisahkan," pungkasnya. (Syarif Abdurrahman/Muiz)